blog visitors

Kenikmatan Bu de Aminah

Kisah ini kualami tahun 1992, saat mulai kuliah di kota Y. Aku, Hartomo, dari keluarga sederhana dan jauh tinggal di kota kecamatan sehingga mengharuskan untuk kost di kota Y. Kebetulan ada keluarga di kota yang biasa aku sebut Bude, namanya Bude Aminah. Dengan pertimbangan biaya, akhirnya aku tinggal serumah dengan Bude Aminah sekeluarga. Bude Aminah tinggal bersama suaminya PakdeToyo, mereka punya anak perempuan yang ikut suaminya di luar kota, sehingga bude dan pakde hanya ditemani pembantunya bernama Mbok Tuminem. Sebagai anak muda sangat wajar jika nafsu seksku sangat besar menggebu-nggebu. Apalagi dengan postur tubuh saya yang gagah, kekar dan atletis. Dengan tinggi badan 180 cm, berat 70 kg, ditambah wajah yang ganteng menjadi modalku untuk menaklukan wanita. Selama tinggal bersama bude itulah hampir tiap malam aku onani, mengocok batang kemaluanku yang besar dan panjang ini dengan tangansendiri. Itu disebabkan kesintalan dan kemontokan tubuh Bude Aminah yang membuatku selalu terangsang tiap hari. Tiap malam aku sering mendengar desah nafas dan lenguhan orang bersetubuh, yaitu antara bude dan pakde karena kamar kami bersebelahan saja. Aku yakin setiap laki-laki manapun akan selalu kepingin merasakan hangatnya tubuh Bude Aminah dan merasakan jepitan kemaluannya dari tubuh sintal dan kencang itu. Walau sudah berumur 45 tahun, tapi bude pintar merawat diri hingga badannya tetap langsing dan ramping padat berisi persis cewek berumur 30 tahunan. Dengan tinggi badan 170 cm, berat 62 kg, ditunjang kulit kuning cenderung sawo matang bersih, rambut hitam ikal bergelombang besar-besar sebahu, apalagi tonjolan buah dada yang sangat besar ukuran 36C menggantung di dadanya yang lebar, membuat penampilannya menambah daya rangsangku. Perut masih singset dan pinggul besar membulat penuh, berisi daging padat kencang sintal ditambah pantat menonjol mancung ke belakang, penuh gairah orang yang memandangnya. Dengan tubuh seksi itu aku yakin nafsu seks Bude Aminahpasti besar dan meledak-ledak. Jika sedang berjalan, pantatnya bergetar naik turun dan payudaranya yang besar kencang menonjol itu bergoyang kanan-kiri, membuat batang kemaluanku langsung tegang mendesak di celanaku. Hari itu Bude Aminah bilang, "Tom, nanti ikut makan malam bareng Bude dan Pakde ya, mau to..?" "Nanti malam itu, ulang tahun perkawinan Bude dan Pakde," timpal budeku sambil senyum genit sekali. Siang itu bude hanya memakai kaos 'you can see' putih transparan dengan belahan dada sangat rendah serta lubang lengannya begitulebar tanpa BH lagi, sehingga dari samping dengan jelas terlihat buah dadanya yang besar kencang menonjol ke depan, apalagi bulu ketiaknya hitam lebat. Dipadu dengan rok span pendek sekali, panjangnya hanya sampai di pangkal pantat, sehingga paha membulatbesar putih mulus itu 95% jelas terpampang di depan mataku. "Ya.., iya a.. a.. aku pasti ikut Bude..," celetukku sambil gagap karena terangsang melihat tubuh budeku yang sintal dan padat berisi. Aku semakin terangsang ketika melihat mencuatnya beberapa rimbunan bulu kemaluan bude yang hitam lebat itu, karena rok spannya yang sangat pendek. Akhirnya tiba waktu yang kutunggu-tunggu dari siang tadi. Aku sudah siap dengan pakaian rapih ingin ikut makan malam bersama bude dan pakde. "Mas Tomo makan malamnya sudah siap, silakan Mas, sudah ditunggu Bude Amin di meja makan," kata Mbok Inem pembantunya bude yang umurnya sepantaran dengan Bude Aminah, sekitar empat puluhan. Walaupun hanya pembantu, tapi Mbok Inem pintar merawat tubuhnya, badannya yang subur mirip dengan penyanyi Waljinah yang montok dan bahenol, aku sempat membayangkan betapa nikmatnya jika penisku dijepit vagina wanita bertubuh sintal dan bahenol seperti penyanyi Waljinah. "Aduhh.. hemm.. ehh.. nikmatnya mengocokkan penis di vaginanya Bu Waljinah." Mbok Inem yang bertubuh pendek dengan tinggi badan 155 cm, berat kira-kira 50 kg, memiliki payudara yang lebih besar dari punya Bude Aminah ukuran 38C. Dengan kulit hitam manis menambah seksi badannya. Aku dengan santai berjalan menuju ruang makan. Betapa kagetnya aku waktu itu, ternyata Bude Aminah hanya memakai kaos berenda besar-besar tanpa BH dan celana dalam, sehingga susu montok dan besar itu jelas terlihat, apalagi rambut kemaluannya yang hitam keriting sangat lebat, mulai dari bawah pusar sampai di vaginanya yang menggunung besar. Apalagi pakde juga hanya pakai kaos singlet dan tanpa celana, sehingga batang kemaluannya yang tidur kelihatan ditumbuhi rambut kemaluan yang jarang. "Silakan Tom, mari duduk sini..," ajak pakde dan bude hampir bersamaan. Aku hanya menggangguk menahan perasaan terangsang yang sangat hebat. Aku pun makan agak tersendat-sendat karena mataku terpecah konsentrasinya antara makan dan melirik tonjolan susu besar yang montok dan sintal milik Bude Aminah. Padahal bude hanya senyum-senyum menggodaku, sedangkan pakde sibuk melahap makanan di meja itu. Setelah kuamati, ternyata tangan kiri Bude Aminah sedang mengocok-ngocok batang kemaluan pakde dari bawah meja. Akhirnya mereka berdiri, setelah kelihatan Pakde Toyo merem melek menahan rangsangan dari bude. "Tom, aku sama Pakde ke kamar dulu ya, terusin aja makannya..," kata Bude Aminah sambil tangannya masih memegang batang kemaluanPakde Toyo yang sudah tegang, walau ukurannya lebih kecil dari penisku jika tegang. "Mau kemana Bude, kok cepet-cepet makannya..?" sahutku berlagak bodoh. "Ini nih, kontol Pakdemu minta dijepit sama gawuknya Bude yang merekah nikmat ini lho..," sambung Bude Aminah sambil melebarkan kaki kanannya untuk memperlihatkan gundukan cembung vaginanya yang hitam tertutup bulu kemaluan itu. Keduanya masuk kamar dan menutup pintu. Aku lalu makan dengan tergesa-gesa, karena terburu-buru ingin melihat adegan saling kocok antara bude dan pakdeku. Pintu kamar yang tanpa dikunci itu lalu kubuka sedikit perlahan-lahan. Dengan cahaya lampu yang cukupterang, aku dapat melihat pakde mulai menusuk-nusuk vagina bude yang cembung itu. Karena posisi senggama mereka membelakangiku,maka terlihat batang kemaluan Pakde Toyo yang agak kekecilan mengocok dan menusuk-nusuk vagina bude yang merah merekah, terlihat terlalu longgar buat batang kemaluan Pakde Toyo yang berukuran kecil itu. Untuk beberapa lama kedua manusia setengah tua itu saling mengocok, menggenjot dan berdekapan erat menahan nikmatnya kocokan pada kemaluannya masing-masing. Baru 15 menit, Pakde Toyo kelihatan sudah bergetar menahan laju sperma yang akan segera muncrat keluar. Padahal Bude Aminah belum apa-apa, dan kelihatan kecewa karena hanya sebentar penis itu menusuk vaginanya. Akhirnya tiba saatnya tubuh Pakde Toyo mengejang hebat dan berteriak-teriak. "Ahh.. oohh.. enakk sekali.. Jeng.., ougghh.., aahh.. heemm..!" desah Pakde Toyo. "Crot.., cret.. cret.. serr..!" sperma Pakde Toyo keluar membanjiri rongga vagina Bude Aminah yang merekah itu jadi basah oleh cairan sperma Pakde Toyo yang cukup banyak. Aku lalu beranjak pergi ke kamar sambil menahan tegangnya penis di balik celana yang makin sesak saja. Dari kejauhan terdengar pembicaraan antara Pakde Toyo dengan Bude Aminah, seperti akan pamitan mau pergi ke luar kota. Pakde Toyo yang seorang konsultan kadang-kadang harus berhari-hari tinggal di luar kota karena tuntutan pekerjaannya sebagai konsultan. "Wah, malam ini Pakde mau pergi ke luar kota, jadi aku bisa mengocok Bude nih..," gumanku dalam hati. "Tom, Pakde pergi dulu ya, jaga rumah baik-baik selama aku pergi..!" teriak Pakde Toyo dari balik pintu kamarku. "Iya Pakde, jangan khawatir deh..!" sahutku cepat. "Tom.., Tom.., Tom sini sayang, temenin Bude..!" teriak Bude Aminah dari kamarnya. "Cepat Tom, aku sudah nggak tahan nih..!" rengek Bude Aminah. Lalu dengan tergesa-gesa aku berlari menuju ke arah kamar budenya. Setelah membuka pintu, lalu aku segera masuk dan menguncinya. Aku melihat Bude Aminah berbaring telentang berselimut, ternyata sudah telanjang, sehingga tubuh bongsor bahenol dan sintal montok itu jelas kulihat. Kini tampak tubuh putih mulus dan bahenol itu terbuka. Dadanya yang membusung ke depan dengan buah payudara yang besar dan menonjol mancung ke atas itu terlihat semakin menantang dan membuat nafsuku semakin tidak tertahan. Disingkapnya selimut itu ke bawah hingga buah dada Bude Aminah tersembul di hadapanku. Bibirku langsung menyambut dengan kecupan. "Aahh.., hhmm..," desah Bude Aminah, kecupanku membuatnya merasakan kenikmatan khas dari mulutku saat aku mulai menyedot putingnya. Bude Aminah terus mendesah sambil berusaha melepaskan celana yang kukenakan. Setelah berhasil melepaskan celana panjang itu, tangan Bude Aminah langsung meraih batang penisku yang telah tegang mengeras. Dirabanya lembut sambil mengusap-usap kepala kemaluanyang begitu disukainya itu. "Oohh.., Bude.., oohh.." kini desahan Tomo terdengar menimpali desahan Bude Aminah. Kecupanku pun kini menuju ke arah bawah dada Bude Aminah yang terus-menerus mendesah menahan nikmatnya permainan lidahku yang terasa menari di permukaan kulitnya. Perlahan aku menuju ke daerah bawah pusar Bude Aminah yang ditumbuhi bulu-bulu hitam sangat lebat agak keriting dari sekitar daerah kemaluannya hingga di dekat pusar. Dengan pasrah Bude Aminah mengangkang, membuka pahanya lebar untuk memberi jalan padaku yang semakin asyik itu. Jari tanganku kini menyibak belahan kemaluan Bude Aminah yang menantang, dan dengan penuh nafsu aku mulaimenjilati bagian dalam dinding vagina wanita paruh baya itu. Aku begitu buas menyedot-nyedot klitoris di antara belahan vagina itu, sehingga Bude Aminah semakin tampak terengah-engah merasakannya. "Uuhh.., uuhh.., uuhh.., oohh.., oohh.., teruuss sedoot Sayaang.., oohh pintaar kamu Tomo.., oohh..!" kini terdengar Bude Aminahsetengah berteriak. Aku semakin bersemangat mendengar teriakan keras Bude Aminah yang begitu menggairahkan. Seluruh bagian dalam dinding vagina yangberwarna kemerahan itu kujilati habis sambil sesekali tanganku bergerak meraih susu Bude Aminah yang montok itu. Dengan gemas aku meremas-remasnya. Kenikmatan itu pun semakin membuat Bude Aminah menjadi liar dan semakin tampak tidak dapat menguasai diri. Ia kini membalik arah tubuhnya menjadi berlawanan denganku, hingga terjadilah adegan yang lebih seru lagi. Kami kini saling meraih kemaluan, aku menjilati liang vagina Bude Aminah, sementara itu Bude Aminah menyedot batang kemaluanku keluar masuk mulutnya. Ukuran penisku yang besar dan panjang itu, kira-kira ukuran panjang 22 cm diameter 4,5 cm, membuat mulutnya penuh sesak. Ia begitu menyenangi bentuknya yang besar dan berotot, penis yang selalu membuatnya haus. Penisku lah yang selamaini dapat memuaskan nafsu birahinya yang selalu membara. Dibanding milik Pakde Toyo, tentulah ukuran penisku jauh lebih besar, penis Pakde Toyo tidak lebih dari setengah ukuran penisku.Ditambah lagi dengan kemampuanku yang sanggup bertahan berjam-jam, sedang suaminya paling hanya dapat membuat wanita itu ngos-ngosan. Sungguh suatu kepuasan yang belum pernah ia rasakan dari siapa pun seumur hidupnya selain dari Aku. Belasan menit sudah kami saling mempermainkan kemaluan kami masing-masing, membuat kami merasa semakin ingin melanjutkan indehoyitu ketahap yang lebih hebat. Nafsu kami yang telah tidak tertahankan itu membuat kami seperti tidak perduli akan hal-hal lain.Bude Aminah kini langsung menunggangiku dengan arah membelakangiku. Digenggamnya sejenak batang kemaluanku yang sudah tegang dan siap bermain dalam vaginanya itu, lalu dengan penuh perasaan Bude Aminah menempelkannya di permukaan liang vaginanya yang telah basah dan licin, dan "Sreepp bleess", penisku menerobos masuk diiringi desahan keras dari mulut kami yang merasakan nikmatnya awal senggama itu. "Ooo.., ehh..," teriak Bude Aminah histeris seketika merasakan penisku menerobos masuk ke liang vaginanya yang seakan terasa sangat sempit oleh ukuran batang kemaluanku. Sehingga jika ditekan serta ditusukkan ke dalam kemaluan merekah itu, bibir luar vagina itu ikut melesak ke dalam, dan jika ditarik keluar, bibir kemaluan itu ikut tertarik keluar, membuat pemandangan yang sangat indah. Pertautan antara penisku yang besar dan berotot dengan vagina Bude Aminah yang kencang dan seret itu seperti tiada habisnya. "Aahh.., Buudee.., enaakk..!" balasku sambil mulai mengiringi goyangan pinggul Bude Aminah yang mulai turun naik di atas pinggangku. Mataku hanya menatap tubuh Bude Aminah dari belakang punggungnya. Tanganku meraih pinggang Bude Aminah sambil membelainya seiring tubuhnya yang bergerak liar di atas pinggangku. "Ohh Tomo.., oohh Sayang.., enaaknya yah Sayang oohh.., Bude suka kamu Sayang oohh.., enaknya Tom.., kontol kamu enaakk..!" desah Bude Aminah sambil terus bergoyang menikmati penisku yang terasa semakin lezat saja. Aku pun tidak kalah senang menikmati goyangan Budeku itu, mulutku juga terdengar mendesah nikmat. "Aauu.., oohh vagina Bude juga nikmat, ooh lezatnya oohh Bude, oohh goyang terus Bude..!" "Sini tanganmu Sayang, remas susu Bude..!" tangan Bude Aminah menarik tanganku menuju buah dadanya yang menggantung dan bergoyang mengikuti irama permainan kami. Aku meraihnya dan langsung meremas-remas, sesekali puting susu itu kupilin. Bude Aminah semakin histeris. "Aauu.., oohh enaak, remeess teruus susu Bude Tom.., oohh.., nikmat.., oohh Tomo.." "Ohh Bude Aminah.., oohh Bude enaknya, goyang terus Bude, oohh terus goyang oohh sampai pangkal Bude oohh.., tekan lagi oohh angkat lagi oohh.., mmhh oohh vaginanya enaakk Bude oohh..!" teriakku mengiringinya. Kamar yang luas itu kini penuh oleh teriakan nyaring dan desahan bernafsu dari kami yang sedang meraih kepuasan seks secara maksimal itu. Bude Aminah benar-benar seperti kuda betina liar yang baru lepas dari kandangnya. Gerakannya di atas tubuhku semakin liar dan cepat, menunjukkan tanda-tanda mengalami klimaks permainannya. Sementara itu aku hanya biasa saja, aku masih asyik menikmati goyangan liar Bude Aminah sambil meremasi payudara Bude Aminah bergiliran satu per satu. Lima belas menit saja adegan itu berlangsung, kini terlihat Bude Aminah sudah tidak dapat lagi menahan puncak kenikmatan hubungan seksual kami. Lalu dengan histeris Bude Aminah berteriak keras dan panjang mengakhiri permainannya. "Ooouu.., oo.., aa.., iihh.., aku keluaarr.., oo.., nggak tahaann laagii enaaknyaa Tomo.., oohh..!" teriaknya panjang setelah menghempaskan pantatnya ke arah pinggangku yang membuat kepala penisku terasa membentur dasar liang rahimnya. Cairan kental yang sejak tadi ditahannya kini muncrat dari dalam rahim Bude Aminah dan memenuhi rongga vaginanya. Sesaat aku merasakan vagina Bude Aminah menjepit sangat kuat, nikmat sekali rasanya. Lalu aku merasakan penisku tersembur cairankental dalam liang kemaluan Bude Aminah. Vagina itu terasa berdenyut keras seiring tubuh Bude Aminah yang mengejang sesaat, lalu berubah lemas tidak berdaya. "Ooohh Tom, Bude nggak kuat lagi.. Istirahat dulu ya Sayang..?" pintanya padaku sambil melepaskan gigitan vaginanya pada penisku. "Baiklah Bude," sahutku pendek. Aku mencoba menahan birahiku yang masih membara sambil memeluk tubuh Bude Aminah dengan mesra. Batang kejantananku masih berdiri tegang dan keras. Dengan mesra kucumbu kembali Bude Aminah yang kini terkapar lemas. Aku kembali meraba belahan kemaluan Bude Aminah yang masih basah oleh cairan kelaminnya. Jariku bermain mengutil titik kenikmatan di daerah vagina Bude Aminah. Bibirku pun tidak tinggal diam, aku kembali melanjutkan jilatanku pada sekitar puting susu Bude Aminah. Sesekali kuremas buah dada berukuran besar yang begitu kusenangi. Kemudian beberapa saat berlalu, Bude Aminah menyuruhku berjongkok tepat di atas belahan buah dada itu, lalu Bude Aminah meraih sebuah bantal untuk mengganjal kepalanya. Ia meraih batang penisku yang masih tegang dan mulai mengulumnya, tangan Bude kemudian meraih payudaranya sendiri dan membuat penisku terjepit di antaranya. Hal itu rupanya cukup nikmat bagiku, sehingga aku kini mendongak menahan rasa lembut yang menjepit batang kemaluanku. Sementara itu tanganku terus bermain di permukaan vagina Bude Aminah. Sesekali kumasukkan jariku ke dalam liang kemaluan itu, dan mempermainkan klitorisnya sampai kemudian beberapa saat lamanya Bude Aminah mulai bangkit kembali. "Hmm.., Tomo, kamu memang pintar Sayang, kamu buat Bude puas dan nyerah, sekarang kamu buat aku kepingin lagi, aduuh benar-benarhebat kamu Tom..," puji Bude Aminah padaku. "Saya rasa suasana ini yang membuat saya jadi begini Bude, saya begitu menikmatinya sekarang, nggak ada rasa takut, kuatir ketahuan Pakde Toyo atau was-was. Bude juga kelihatan semakin menggairahkan akhir-akhir ini, saya semakin suka sama badan Bude yang semakin sintal dan montok.." "Ah kamu bisa aja, Tom. Masa sih Bude montok, yang bener aja kamu..," "Bener lho, Bude. Saya begitu senang sama Bude belakangan ini, rasanya kenikmatan yang Bude berikan semakin hari semakin hebat saja." "Mungkin aku yang semakin bersemangat kalau lagi main sama kamu, gairah Bude seperti meledak-ledak kalau udah main sama kamu. Tapi, ayo dong kita mulai lagi, Bude jadi mau main lagi nih kamu bikin. Iiih hebatnya kamu sayang..," kata Bude Aminah sambil mengajakku kembali membuka permainan kami yang kedua kali.
Masih di atas tempat tidur itu, kini aku mengambil posisi di atas Bude Aminah yang berbaring menghadapnya. Tubuhku siap menindihtubuh Bude Aminah yang bahenol itu. Perlahan tapi pasti aku masuk dan mulai bergoyang penuh kemesraan. Kuraih tubuh Bude Aminahsambil menggoyang penuh perasaan. Sepasang kemaluan kami kembali saling membagi kenikmatannya. Suara desahan khas mulai terdengar lagi dari mulut kami, diiringi kata-kata rayuan penuh nikmat dan gairah cinta. Kini aku semakin garang menidurinya. Gerakanku tetap santai, namun genjotan pinggulku pada tubuh Bude Aminah lebih bertenaga. Hempasan tubuhku yang kini turun naik di atas tubuh Bude Aminah sampai menimbulkan suara decakan pada permukaan kemaluan kami yangberadu itu. Bibir kami saling pagut, kecupan disertai sedotan di leher kami berduan semakin membuat suasana itu menjadi tegang dan menggairahkan. Teriakan-teriakan keras keluar dari mulut Bude Aminah setiap kali aku menekan pantatnya ke arah pinggul Bude Aminah. Beberapa saat lamanya kami lalu berganti gaya. Bude Aminah menempatkan dirinya di atas tubuhku, dibiarkannya aku menikmati keduabuah dadanya yang menggantung. Dengan leluasa kini aku menyedot puting susu itu secara bergiliran. Tidak puas-puasnya aku menikmati bentuknya yang besar itu, aku begitu bersemangat sambil sebelah tanganku meraba punggung Bude Aminah. Buah dada besar dan lembut nan mulus itu pun menjadi kemerahan akibat sedotan mulutku yang bertubi-tubi di sekitar putingnya. Sementara Bude Aminah kini asyik bergoyang mempermainkan irama tubuhnya yang turun naik, bergoyang ke kiri kanan untuk membagi kenikmatan dari kemaluankami yang sedang beradu. Penisku yang tegang dan keras itu seakan bagai batang kayu jati yang tidak tergoyahkan. Sekuat Bude Aminah mendorong ke arah pinggulku, sekuat itu pula getaran rasa nikmat yang diperolehnya dariku. "Ooohh.., oohh.., oohh.., enaknya Tomo.., oohh enaknya kontol kamu Sayang.., Bude ketagihan.., oohh lezatnya.., aahh.., uuhh.., sedoot teruus susu Bude.., oohh Sayang oohh," desah Bude Aminah bercampur jeritan menahan rasa nikmat dari goyang pinggulnya di atas tubuhku. Untuk kesekian kalinya sensasi kenikmatan rasa dari batang kemaluanku yang besar dan panjang itu seperti bermain di dalam liang vaginanya. Liang kemaluan yang biasanya hanya merasakan sedikit geli saat bersenggama dengan suaminya itu kini seperti tidak memiliki ruang lagi oleh ukuran penisku. Seperti biasanya, saat dalam keadaan tegang penuh, penisku memang menjadi sangat panjang hingga Bude Aminah selalu merasakan batang kemaluanku sampai membentur dasar liang rahimnya yang paling dalam. Dan keperkasaanku yang sanggup bertahan berjam-jam dalammelakukan hubungan seks itu kini kembali membuat Bude Aminah untuk kedua kalinya mengalami ejakulasinya. Dengan gerakan yang tiba-tiba dipercepat dan hempasan pinggulnya ke arah tubuhku yang semakin keras, Bude Aminah berteriak panjang mengakhiri ronde kedua permainannya. "Aahh.., ahh.., aa.., aahh.., Bude ke.., lu.., ar laagii.., oohh.., kuatnya kamu Sayang, oohh..!" jeritnya kembali mengakhiri permainan itu. "Oohh Bu.., enaak oohh vagina Bude nikmat jepitannya, oohh..!" balasku sambil ikut menggenjot keras menambah kenikmatan puncak yang dialami Bude Aminah. Aku masih saja tegar bergoyang, bahkan saat Bude Aminah telah lemas tidak sanggup menahan rasa nikmat yang berubah menjadi geli itu. "Aawww.., gelii.., Tomo stop dulu, Bude istirahat dulu Sayang, ohh gila kamu Tom, kok bisa kayak gini yah..?" "Habiis Bude sih goyangnya nafsuan banget, jadi cepat keluar kan..?" "Nggak tahu ya Tom, Bude kok nafsunya gede banget belakangan ini, sejak ngerasain kontol kamu, Bude benar-benar mabuk kepayang..," kata Bude Aminah sambil menghempaskan tubuhnya di sampingku yang masih saja tegar tidak terkalahkan. "Sabar Bude, saya bangkitkan lagi deh..!" seruku sekenanya. "Baiklah Tom, Bude juga mau bikin kamu puas sama pelayanan Bude, biar adil kan..? Sini Bude karaoke kontol kamu..! Aduuh jagoanku.., besar dan panjang oohh.., hebatnya lagi..," lanjut Bude Aminah sambil beranjak meraih batang kemaluanku yang masih tegang itu, lalu memulai karaoke dengan memasukkan penisku ke mulutnya. Aku kembali merasakan nikmat dari permainan yang dilakukan Bude Aminah dengan mulutnya, batang kemaluan besar yang panjang dan masih tegang ini dikulum keluar masuk dengan buas oleh Bude Aminah yang sangat berpengalaman dalam melakukan hal ini. Sambil berlutut, aku menikmatinya sambil meremas kedua buah payudara Bude Aminah yang ranum. Telapak tanganku merasakan kelembutan buah dada nan ranum yang begitu kusukai. Dari atas tampak olehku wajah wanita paruh baya yang cantik dengan mulut penuh sesak oleh batang penisku yang keluar masuk. Sesekali Bude Aminah menyentuh kepala penisku dengan giginya, hingga menimbulkan sedikit rasa geli. "Auuwww.., nikmat Bude, sedot terus aahh, aduuh enaknya..!" "Mm.., mm..," Bude Aminah hanya dapat menggumam akibat mulutnya yang penuh sesak oleh batang kemaluanku. Aku begitu menikmati detik demi detik permainannya, aku begitu menyenangi tubuh bongsor wanita yang berumur jauh lebih tua dariku. Nafsu birahiku pada wanita dewasa seperti Bude Aminah memang sangat besar. Aku tidak begitu menyenangi wanita yang lebih mudaatau seumur denganku. Aku beranggapan bahwa wanita dewasa seperti Bude Aminah jauh lebih nikmat dalam bermain seks dibandingkangadis ABG yang tidak berpengalaman dalam melakukan hubungan seks. Setiap kali aku melakukan senggama dengan Bude Aminah, aku selalu merasakan kepuasan yang tiada duanya, Bude Aminah sangat mengerti apa yang kuinginkan. Demikian pula Bude Aminah, baginya akulah satu-satunya pria yang sanggup membuatnya terkapar di ranjang. Tidak seorang pun dari mantan kekasih gelapnya mampu membuatnya meraih puncak kepuasan seperti yang didapatkan dariku. Sepuluh menit sudah aku dikaraoke oleh Bude Aminah. Kemudian kini kami kembali mengatur posisi saat Bude Aminah kembali bangkit untuk yang ketiga kalinya. Bude Aminah yang telah terkapar dua kali berhasil dibangkitkan lagi olehku. Inilah letak keperkasaanku, aku dapat membuat lawan mainku terkapar beberapa kali sebelum aku sendiri meraih kepuasan. Aku sanggup bermain dalam waktu dua jam penuh tanpa istirahat. Sejenak kami bermain sambil berdiri, saling menggoyang pinggul, mirip sepasang penari samba. Namun kemudian dengan cepat kami menuju kamar mandinya dan masuk ke dalam bak air hangat yang luas, sambil mengisi bak rendam itu dengan air. Kami melanjutkan permainan di situ, kami masuk ke dalam bak dan langsung mengatur posisi di mana aku menempatkan diri dari belakang dan memasukkan penisku dari arah pantat Bude Aminah. Adegan seru kembali terjadi, teriakan kecil menahan nikmat itu terdengar lagi dari mulut Bude Aminah yang merasakan genjotanku yang semakin nikmat saja. Diiringi suara tumpahan air dari kran pengisi bath tube itu suasana menjadi semakin menggairahkan. "Aahh.., nikmat Tom, ahh.., oohh kontol kamu Sayang, oohh enaak, mmhh lezaatnya oohh.., genjot yang lebih keras lagi dong.., oohh enaak..!" teriak Bude Aminah sejadi-jadinya saat merasakan nikmat di liang vaginanya yang dimasuki batang kemaluanku. Aku juga kini lebih menikmati permainannya, aku mulai merasakan kepekaan pada batang kemaluanku yang telah membuat Bude Aminah menggapai puncak dua kali itu. "Oohh.., Bude.., vagina Bude juga nikmat sekali.., oohh saya mulai merasa sangat nikmat oohh.., mmhh.., Bude oohh, Bude Aminah, oohh Bude cantik sekali oohh.., saya merasa bebas sekali..," oceh mulutku menimpali teriakan gila dari Bude Aminah yang juga semakin mabuk oleh nikmatnya goyang tubuh kami. Kami berdua memang tampak liar dengan gerakan yang semakin tidak terkendali. Beberapa kali kami merubah gaya dengan beragam variasi seks yang sangat atraktif. Kadang di pinggiran bath tub itu Bude Aminah duduk mengangkang dengan pahanya yang terbuka lebar,sementara aku berjongkok dari depannya sambil menggoyang maju mundur, mulutku tidak pernah lepas menghisap puting susu Bude Aminah yang montok dan besar. Bunyi decakan cairan kelamin yang membeceki daerah pangkal kemaluan yang sedang beradu itu pun kini terdengar bergericik seiring pertemuan kemaluan kami yang beradu keras oleh hempasan pinggulku yang menghantam pangkal paha Bude Aminah. "Aduhh.., enaknya goyang kamu Sayang oohh.., teruus.., aahh genjot yang keraass.., oohh sampai puaass.., hhmm enakk sayangg.., mmhh nikmaattnya.., oohh.., enaknya genjotan kamu.., oohh.., Tomo Sayang ooh kamu pintar sekali, oohh Bude ngak mau berhenti samakamu.., oohh.., jagonya kamu Sayang, oohh genjot terus yang keras..!" "Ohh Bude Aminah, Bude juga punya tubuh yang nikmat, nggak mungkin saya bosan sama Bude, oohh.., apalagi susu ini.., oohh mm.., enaknya.., baru sekali ini saya ketemu wanita cantik manis dengan tubuh yang begitu aduhai seperti Bude, ooh Bude Aminah.., goyang Bude juga nikmat sekali, ooh meski Bude sudah punya anak tapi vagina ini rasanya nikmat sekali Bude, oohh susu bude juga mm.., susu yang paling indah yang pernah saya lihat.., auuhh enaaknya vagina ini.., oohh.., kontol saya mulai sedikit peka Bude..," balasku memuji Bude Aminah. Kami berdua terus saling menggoyang sambil memuji kelebihan masing-masing, ocehan kami berkisar pada kenikmatan seks yang sedangkami alami saat ini. Aku memuji kecantikan dan kemolekan tubuh Bude Aminah, sedang ia tidak henti-hentinya memuji keperkasaan dan kenikmatan yang ia dapatkan dariku. Beberapa saat berlalu, kami kembali merubah variasi gayanya menjadi gaya anjing. Bude Aminah menunggingkan pantatnya ke arahku, lalu aku menusukkan kemaluannya dari arah belakang. Terjadilah adegan yang sangat panas saat aku dengan gerakan yang cepat dan goyang pinggul yang keras memnghantam ke arah pantat Bude Aminah. Ia kini menjerit lebih keras, demikian pula denganku yang saat ini mulai merasakan akan menggapai klimaks permainanku. "Oohh.., oohh.., oohh.., aauuhh.., ennaakk.., Tom.. mo Syang.., genjoot.., Bude mau keluaar lagii.., oohh.., nggaak tahan lagi Sayang.., nikmaat oohh..!" jeritan keras Bude Aminah yang ternyata juga sedang mengalami ejakulasi. Vaginanya merasakan puncak kenikmatan itu seperti sudah diambang rahimnya. Ia masih mencoba untuk bertahan. Demikian halnya denganku yang kini sedang mempercepat gerakan pinggulku menghantam pantat Bude Aminah untuk meraih kenikmatan maksimal dari dinding vaginanya. Kepala penisku pun mulai berdenyut menandakan puncak permainanku akan segera tiba. Buru-buru kuraih tubuh Bude Aminah sambil membalikkan arah menjadi berhadapan, lalu kemudian aku mengangkat sebelah kakinya itu ke atas, dan dengan gesit memasukkan penisku kembali ke liang vagina Bude Aminah. "Ooh Bude, saya juga mau keluar. Kita pakai gaya ini yah? Saya mau keluarkan sekarang juga.., aauuhh Bude Aminah sayang.., oohh.., enaakk.., oohh.., vagina Bude njepit.., enaak..!" teriakku diambang puncak kenikmatannya. Aku begitu kuat merasakan cairan sperma yang sudah siap meluncur dari penisku yang dalam keadaan puncak ketegangan. Kemaluanku terasa membesar, sehingga vagina Bude Aminah terasa semakin sempit dan nikmat. Bude Aminah pun merasakan hal yang tidak kalah nikmatnya, vaginanya seakan sedang merasakan nikmat yang super hebat dan membuatnya tidak dapat lagi menahan keluarnya cairan kelamin dari arah rahimnya. "Oohh.., aahh.., Bude keeluuaarr laagii.., aahh enaakk.., Tomoo..!" teriak Bude Aminah mengakhiri permainannya, disaat bersamaanaku juga mengalami hal yang sama. Aku tidak dapat lagi menahan luncuran cairan spermaku, sehingga penisku pun menyemprotkan cairan ke dalam rongga vagina Bude Aminah dan membuatnya penuh. Dinding vagina itu seketika berubah menjadi sangat licin akibat dipenuhi cairan kelamin kami. Aku tidak kalah seru menikmati puncak permainannya, aku berteriak sekeras-kerasnya. "Aahh.., saya keluaarr juga Bude Aminah, oohh.., oohh.., sperma saya masuk ke dalam vagina Bude.., oohh.., lezaat.., oohh Bude Aminah sayaanng.., oohh Bude Aminah.., enaak..!" jeritku sambil mendekapnya dengan keras dan meresapi semburan sperma dalam jumlah yang sangat banyak. Cairan putih kental itu sampai keluar meluber ke permukaan vagina Bude Aminah. Akhirnya kami ambruk dan saling mendekap dalam kolam air hangat yang sudah penuh itu. Kami berendam, dan kini saling membersihkan tubuh yang sudah lemas akibat permainan seks yang begitu hebat. Kami terus saling mencumbu dan merayu dengan penuh kemesraan. "Tomo sayang..!" panggil Bude Aminah. "Ya, Bude..?" "Kamu mau kan terus main sama Bude..?" "Maksud Bude..?" "Maksud Bude, kamu mau kan terus kencan gini sama Bude..?" "Oh itu, yah jelas dong Bude, masa sih saya mau ninggalin wanita secantik Bude," jawabku sambil memberikan kecupan di pipi Bude Aminah. "Bude pingin terus bisa menikmati permainan ini, nggak ada yang bisa memuaskan birahi Bude selain kamu. Pakde Toyo nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan kamu. Dulu sebelumnya Bude juga pernah pacaran sama pegawai bawahan Pakde Toyo, tapi ah merekasama saja, hanya nafsu saja yang besar, tapi kalau sudah main kaya ayam, baru lima menit sudah keluar." "Yah saya maklum saja Bude, tapi Bude jangan kuatir. Saya akan terus menuruti kemauan Bude, saya juga senang kok main sama Bude.Dari semua wanita yang pernah saya kencani, cuma Bude deh rasanya yang paling hebat bergoyang. Bentuk tubuh Bude juga paling saya suka, apalagi kalau yang ini nih..," kataku sambil memilin puting susunya. "Auuw.., Tomo..! Gelii aahh.., Bude udah nggak tahan.., nanti lagi ah..!" jerit Bude Aminah merasakan geli saat aku memilin puting susunya. Kami terus bercumbu rayu hingga saat beberapa puluh menit kemudian mengeringkan badan kami, lalu beranjak menuju tempat tidur. Di sana lalu kami saling dekap dan hanyut dalam buaian kantuk akibat kelelahan setelah permaian seks yang hebat itu. Kami pun tertidur lelap beberapa saat kemudian. Masih dalam keadaan telanjang bulat, kami terlelap dalam dekapan mesra kami. 

Hutan Nikmat

Sebenarnya aku hanya mau jalan-jalan saja hari itu. Karena di rumahku suntuk, akhirnya kuputuskan untuk jalan-jalan di hutan sekedar refreshing. Setelah lama jalan-jalan dan hari sudah menjelang sore, hutan itu juga sudah mulai gelap, aku melihat ada sosokyang sedang berjalan ke arahku. Makin lama, semakin jelas ternyata dia wanita, kutebak umurnya tidak lebih dari 15 tahun, malahmungkin kurang karena tubuhnya masih langsing dan dadanya juga belum begitu besar. Dia memakai celana pendek dan T-shirt. Ya ampun, pahanya yang putih itu membuatku menelan ludah. Pasti dia anak orang kaya yang sedang berkemah atau menginap di salah satu villa yang ada di sekitar hutan ini. Aku tidak tahu kenapa dia bisa sampai masuk hutan, sendirian lagi, yang jelas aku tidak tahan kalau harus melepaskan kesempatan yang baik ini, karena aku kebetulan sudah lama tidak pernah merasakan bagaimana nikmatnyatidurbersama anak di bawah umur. Aku cepat-cepat merunduk ke semak-semak yang ada sambil menunggu dia lewat. Begitu dia lewat langsung kusergap dari belakang sambil menutup mulutnya, soalnya biar sudah malam tapi kami masih ada di pinggiran hutan, jadi aku tidak mau ambil resiko orang-orang mendengar teriakan anak ini. Sambil meronta-ronta, kubawa dia masuk lebih jauh ke tengah hutan. Kalau sudah masuk di dalam hutan, aku jamin tidak ada yang bisa dengar teriakan dia, soalnya orang-orang di sekitar situ percaya kalau hutan itu angker, padahal mereka tidak tahu kalau ada tempat seukuran yang agak lapang tempat aku biasa menyepi. Ketika aku sampai ke tempat pribadiku, ada sinar bulan purnama yang menerangi tempat itu, kebeneran juga soalnya sekitarku sudah gelap gulita. "Lepaskan! Lepaskan! Jangan Om!" dia langsung berteriak-teriak ketika mulutku lepas dari mulutnya. Om? Enak aja dia panggil aku Om, langsung saja aku kepalkan tanganku dan kupukul keras-keras di perut. Dia langsung tersungkur ke tanah sambil memegang perutnya dan mengerang. Tidak hanya itu, langsung kutendang punggungnya sampai dia berguling-guling menabrak batang pohon yang sudah roboh. Setelah itu kutarik rambutnya yang sebahu sampai wajahnya dekat dengan wajahku. "Sekarang dengerin anak kecil!" kataku pelan tapi pasti. "Aku bukan om elo, tapi elo sebaiknya jangan banyak tingkah, kalo tidak mau mati! aku hanya pengen ngajarin elo kesenengan yang belon pernah elo dapetin di sekolah elo! Tau?!" Dia hanya menangis sambil mendorong-dorongku, tapi tenaganya sudah lemah gara-gara kutendang tadi. "Jawab goblok!" bentakku sambil menampar pipinya berkali-kali sampai memerah. "Ampuun, ampun!" dia menjerit kesakitan karena tamparanku tadi. Aku langsung saja tidak buang waktu, dia langsung kudorong ke batang kayu roboh tadi, sambil kutindih, kutelanjangi dia. Mulai dari T-shirtnya terus celana pendeknya, kutarik BH-nya sampai putus. Terakhir kulepaskan juga celana dalamnya sekaligus sepatu dengan kaos kakinya. Akhirnya dia telanjang bulat sambil meronta-ronta karena tangannya kupegangi dengan tangan kiriku. Wow, kulitnya benar-benar putih mulus, dadanya belum begitu besar tapi sudah membulat, kemaluannya juga masih jarang rambutnya. Dia mengerang lemas ketika kuraba dan remas dadanya. "Hei, lo suka ya! Sabar aja entar aku tunjukin yang lebih enak!" aku melihat sekelilingku, dan aku akhirnya menemukan cabang pohon dengan diameter sekitar 5 cm. Dia sudah tidak bisa bergerak karena kesakitan gara-gara pukulanku, tapi untuk amannya kupukulijuga perutnya berkali-kali sampai perutnya membiru. Dia masih sadar tapi yang pasti dia tidak mungkin bisa bergerak untuk lari dariku. "Nah, enaknya aku mulai dari mana nih?" tanyaku pada dia. "Dari depan atau dari belakang?" dia hanya bisa mengeluarkan desahan sakit, sambil mengeleng-gelengkan kepalanya. "Aku mulai dari depan aja ya? Pasti lo masih perawan kan?" Selesai berbicara begitu, aku langsung mendorong cabang pohon tadi masuk ke liang kewanitaannya. Karena sempit aku sampai harus melebarkan bibir kemaluannya supaya cabang tadi bisa masuk sedikit. Dia merintih-rintih ketika cabang tadi mulai masuk sedikit demi sedikit. Aku terus mendorong cabang tadi sambil memutar-mutarnya. Dia langsung menjerit kesakitan ketika kulakukan itu. Itu yang aku ingin dengar dari tadi, batang kemaluanku langsung tegang sekali. Ketika dia menjerit sekeras-kerasnya aku merasa cabang pohon tadi tidak bisa masuk lebih dalam lagi. Lalu aku mulai menarik dan mendorong cabang tadi sambil memutar-mutarnya, yang pasti akan membuat dia lebih kesakitan kalau kudengar dari jeritannya. Kepalanya mengeleng-geleng sampai terantuk-antuk ke batangpohon tempat dia berbaring sampai memohon aku agar aku berhenti. Bodoh benar dia, tentu saja aku tidak akan berhenti. Setelah beberapa kali tusukan, cabang pohon tadi mulai berubah jadi merah, karena darah yang keluar dari kemaluannya. Ada juga yang meleleh keluar dan mengalir turun lewat pahanya. Aku terus menusuk-nusuk liang kemaluannya sampai sekitar 10 menit, sampai dia tidak bisa mengerang hanya bisa mendesah dan mengigit bibir kesakitan. Kulihat ada darah juga di sekitar bibirnya gara-gara digigit terlalu keras olehnya. Akhirnya aku tidak bisa tahan lagi, aku harus masukan batang kemaluanku. Langsung saja kubuka celanaku, kemaluanku langsung bergoyang-goyang tegang. Lalu kucabut cabang pohon tadi dari liang kemaluannya, kulihat bibir-bibir kemaluannya langsung menutup lagi, diiringi tarikan nafas anak itu. Karena aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kubalikkan badannya yang sudah lemah lunglai itu sehingga pantatnya menghadap ke arahku. Kubuka belahan pantatnya, kulihat lubangnya kecil sekali, wah dia akan kesakitan kalau kumasukan batang kemaluanku, tapi aku tidak perduli, yang jelas aku tidak bisa membayangkan bagaimana nikmatnya jepitan lubang itu. Sambil membuka belahan pantatnya kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang kecil tadi, lalu kupegang bahu anak tadi erat-erat sambil mulai mendorong masuk. Ya ampun, sempit sekali, aku sampai meringis-ringis, dia juga mulai meronta-ronta begitu sadar apa yang telah kukerjakan di pantatnya. Tapi pelan-pelan, lubang tadi mulai membuka membuat batang kemaluanku mulai masuk sampai kepala kemaluanku dan terus majupelan-pelan. Ketika kudorong kemaluanku, dia kembali merintih-rintih seakan-akan kehabisan nafas. Akhirnya dengan dorongan terakhir yang keras masuk juga batang kemaluanku ke lubang pantatnya. Lalu aku tidak menunggu-nunggu lagi, langsung saja aku maju mundur. Aku tidak pelan-pelan lagi sekarang, kugerakan pinggulku cepat dan keras. Sampai badan anak tadi terguncang-guncang, terdorong maju mundur. Kulihat dada dan perutnya mulai berdarah-darah karena bergesekan dengan kulit pohon yang kasar. Lama-kelamaan kemaluanku jadi kemerah-merahan, selain gara-gara sempit sekali, ada juga darah yang menempel ke batang kemaluanku. Sekitar 15 menit kugerakan pinggulku, darah yang keluar sudah ada di mana-mana. Sampai meleleh turun lewat pahanya ke tanah. Aku merasa aku akan keluar tidak lama lagi, begitu sudah hampir puncaknya, aku langsung mencabut kemaluanku dan langsung kutarikrambut anak itu. Dia langsung mengerang sakit, dan saat itu juga aku masukan kemaluanku ke mulutnya yang terbuka. Dia langsung tersengal-sengal karena kemaluanku masuk langsung masuk ke kerongkongannya, membuatnya sulit bernafas. Dia berusaha menarik kepalanya tapi tidak bisa, malah gara-gara gerakannya itu dan gesekan kemaluanku dengan lidahnya aku tidak bisa menahan lagi. Sambilmengerang kukeluarkan spermaku ke mulutnya langsung masuk lewat kerongkongan. Kulihat dia melotot ketika ada cairan ketal masukke dalam kerongkongannya. Kutahan kemaluanku di mulut anak itu sampai sekitar satu menit, sampai spermaku habis kukeluarkan ke mulutnya, ada juga yang kulihat meleleh keluar, mengalir lewat dagu, leher dan menempel di puting susunya. Akhirnya kutarik kemaluanku yang sudah mulai lemas dari mulutnya. Dia langsung tersungkur ke tanah dan muntah-muntah mengeluarkan isi perutnya. "Dasar lu goblok tidak tau barang enak!" kataku. "Muka lu kotor tuh, aku bersiin ya?" sambil berkata itu aku langsung kencing ke mukanya, air seniku membasahi seluruh wajah, rambut sampai dadanya. Langsung saja dia muntah-muntah lagi sampai lemas tidak berdaya, karena tidak ada lagi yang bisa dikeluarkandari perutnya. Jamku sudah menunjukan jam 2 pagi, ketika aku kembali berpakaian. Aku hampiri dia yang tergolek lemas, kulihat air matanya mengalir terus walaupun dia tidak mengeluarkan suara tangisan. "Lu mau lagi?" tanyaku. Dia tidak bergerak hanya kulihat wajahnya yang pucat bertambah pucat lagi. "Ah, tapi punya lu udah rusak gara-gara ini. Aku jadi tidak nafsu!" kataku. "Lain kali aja deh!" kataku sambil menunjukan cabang pohon yang berlumuran darah ke wajahnya. Setelah selesai aku berbicara itu, langsung saja kupukul dadanya pakai cabang pohon yang kupegang, kupukul punggungnya, pahanya,kemaluannya. Kadang juga kutendang perutnya sampai dia tidak bergerak lagi, matanya melotot ngeri. Kuraba nadinya, ternyata masih ada denyutan. Aku langsung berdiri dan berjalan meninggalkan dia keluar hutan. Aku tidak peduli mau ada yang menemukan dia atau tidak, kalau dia tidak kuat dia bakalan mati juga. Lagipula siang nanti aku mau ke Jepang, jadi tidak ada yang bisa menemukanaku.

Nikmatnya ABG SMU


Kali ini adalah pengalaman sex saya dengan ABG yang masih SMU bernama Linda. Setelah saya mengirimkan cerita saya tersebut, sayamendapat email dari Linda yang katanya tertarik dengan pengalaman saya dan kebetulan dia sedang di Lombok dalam rangka liburan bersama keluarganya. Kami janjian lewat email bertemu pada bulan Oktober di sebuah rental internet di Mataram. Tentu saja pembaca, saya yang menentukan lokasinya di rental internet tersebut, karena hari itu saya masih harus membalas beberapa email yang ingin berkenalan denganku dan mencari tahu tentang pariwisata di Lombok. Pada hari Kamis, saya sudah stand by di rental tersebut, berdebar-debar juga rasanya saya menunggu Linda, seperti apa rupanya ya. "Selamat pagi, Om namanya Andi khan?" "Ya, betul.. Ini Linda ya!" tanya saya kembali padanya. Di hadapan saya sekarang adalah seorang ABG keturunan tionghoa yang cantik. Saya perkirakan umurnya baru 16 tahun, tinggi 160 cm, berat 47 kg dan berkulit putih mulus khas cina dengan rambut lurus sebahu, memakai baju hem ketat warna krem, celana jins hitam tiga perempat yang pas. Duduk di samping saya tampak mengintip CD-nya yang berwarna putih. Kontol saya langsung tegak bagaikanMonas melihat cewek cantik ini. "Gimana khabarnya?" tanyaku membuka percakapan sambil mempersilakannya duduk. "Baik Om, senang rasanya liburan ke Lombok" "Oh ya? Udah kemana aja Linda?" "Ke pantai Senggigi, terus Suranadi dan tempat gerabah itu" "Terus Linda sekarang sama siapa?" "Sama Papa, Mama dan sepupu, Linda tinggal di Senggigi Beach Hotel" "Wah, asyik dong.." "So pasti, tapi lebih asyik kalo diantar sama tour guide seperti Om" "Itu sich gampang Lin, yang penting ada komisinya lho" canda saya. "Tenang Om, dijamin nggak nyesel dech nganterin Linda" Linda orangnya supel dengan senyumnya yang manis mirip artis mandarin dan aroma tubuhnya yang sangat wangi. 'Adik' saya sudah nggak bisa diam nich. "Ceritanya Om Andi tuch asli khan?" "Tentu saja asli lho, dari pengalaman pribadi" "Enak dong" "Enak apanya Lin?" pancing saya mulai memepetkan tempat duduk. Ini baru kesempatan namanya. Asik khan pembaca, bisa berduaan sama abg yang tentu saja masih seger-segernya.. "Gituannya lho.." jawabnya tersipu malu. "Emangnya Linda pernah gituan sama pacar?" "Ya.. Hampir pernah" "Hampir pernah gimana, nggak usah malu dech, ceritain dong" "Siapa tahu Om bisa bantu" ujarku sambil tangan kiri saya merangkul pundaknya. Wah, Linda tampaknya nggak marah nich saya pegang pundaknya, berarti ada lampu hijau dong. "Janji ya Om, nggak bilang siapa-siapa" "Janji dech" saya menunjukkan tanda victory padanya. "Gini Om, Tony pacar saya itu kalo udah nafsu cepat keluarnya, padahal Linda belum apa-apa" "Maksudnya.." tanyaku pura-pura blo'on padahal tahu maksudnya. "Iya, pas kontolnya Tony nempel di anunya Linda, udah keluar duluan" "Oh gitu, itu istilah kedokterannya ejakulasi dini" "Terus ngatasinya gimana dong Om" "Ya, Linda harus bisa foreplay dulu, maksudnya pemanasan gitu" "Ya udah Om, tapi Tony maunya terburu-buru en lagian mainnya kasar sich" "Linda mau Om bantuin?" tanya saya yang sudah tidak lagi melihat isi layar monitor sejak tadi. "Maksud Om..?" "Ya.. Gimana caranya foreplay" "Hus.. Om ini ngaco, Linda khan pacarnya orang" "Bukannya ngaco, Linda ya tetap pacarnya Tony, Om khan cuma memberikan petunjuk" jawab saya sungguh-sungguh membujuknya agar mauforeplay, habis potongan tubuhnya itu, alamak geboy abis, mungkin rajin fitnes ya atau aerobic. "Tapi.. Ada orang lho di sini Om, Linda khan malu" "Nggak ada orang di sini kok, sini Om pangku" rayuku sambil menarik pinggangnya untuk duduk di pangkuan saya menghadap monitor komputer. "Om.. Jangan.." celetuknya ragu dan canggung. "Udah.. Atasnya doang kok, gimana?" tanya saya sambil membuka dua kancing atas hemnya hingga kelihatan BH merahnya, tangan kanansaya langsung masuk meremas payudaranya. "Ja.. Ngan.. Om.. Geli.." "Gimana rasanya Lin.." "En.. Ak.. Sst.. Mmh" Linda kelihatannya sudah agak terangsang dengan permainan tangan saya, ditambah lagi ciuman saya yang mendarat secara tiba-tiba pada lehernya. Tangan kiri saya juga mulai aktif meremas payudaranya yang sebelah. Ciuman pada lehernya saya ubah jadi menjilat,jadi kedua tangan meremas dan kadang-kadang memelintir kedua putingnya itu yang makin lama makin mengeras. "Mmh.. Mmh.." gumam Linda. Beberapa menit kemudian.. "Udah.. Om.. Sst.. Udah.." tahan Linda sambil melepaskan saya dan merapikan bajunya. "Ada apa Lin, contoh foreplay belum abis lho" goda saya tersenyum. "Mmh.. Iya sich Om, cuman nggak leluasa di sini" "Maunya Linda dimana?" "Tempat yang sepi orangnya gitu" Saya lihat tempat rental internet itu sudah mulai ramai kedatangan pengunjung, mungkin Linda agak terganggu juga konsentrasinya. "Gimana kalo di hotel aja Lin, di sana lebih tenang" usulku. "Iya dech.. Tapi jangan di Senggigi ya Om", jawabnya sambil tangannya mengandeng saya mesra. "Oke, nanti OM cariin yang agak jauh dari Senggigi" Dan kami pun check in di salah satu hotel yang agak jauh dari Senggigi, karena saya tahu Linda tidak mau ketahuan keluarganya, katanya dia bilang sama keluarganya mau ke rental internet selama 3 jam. Karena itu kami pergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. "Wah, di sini baru tenang nich" kata Linda sambil memperhatikan hotel yang lumayan tenang karena tempatnya agak jauh dari Senggigi dan kota. "Nah, sekarang gimana? Mau nerusin caranya foreplay?" "Mmh.. Gimana ya" Linda agak ragu kelihatannya. Wah, anak ini harus dirangsang lagi supaya mau foreplay, soalnya si 'buyung' sudah tegak seperti pentungan pak satpam. Kemudian saya membuka kaos atas saya dan celana panjang jins hingga tinggal CD, sengaja saya membuka baju menghadap ke Linda. "Wow.. Apaan tuch Om, kok kembung" kata Linda sambil menunjuk ke kontol saya. "Linda mau lihat punya Om ya" Kutanggalkan semua celana dalam saya hingga saya bugil dan kelihatan kontol yang tegak itu. "Wow.. Kontol Om bengkok dikit ya.." terheran-heran Linda melihat bentuk kontol saya. "Ini baru asli lho Lin, tanpa pembesaran" ujarku sambil mendekatinya. Tangan saya aktif membuka hem kremnya dan celana jins hitam tiga perempatnya. Sekarang tampak jelas BH merahnya dan CD putihnya yang cantik, pemandangan yang indah. Saya gendong Linda dan menaruhnya dengan lembut di sofa itu, kemudian saya mencium dan menjilat bibirnya serta tangan saya meremas payudara dan mencopot pengait BH-nya. "Om.. isep.. sst.. susu.. nya.. Linda.." rengeknya meminta saya menghentikan ciuman dan beralih ke payudaranya, ciuman dan hisapan saya giatkan, kemudian puting itu saya gigit perlahan. "Terr.. us.. Om.. sst.. sst.." rintihnya sambil memindahkan kepala saya pada payudaranya. Tangan kiriku mengusap payudara sebelah kiri dan tangan kanan saya masuk dalam CD-nya dan mengusap-usap vaginanya yang ditumbuhibulu halus, kemudian saya masukkan jari keluar-masuk dengan lancar. "Ouh.. Mmh.. Enak.. Om.. Nah.. Gitu.." Saya turun lagi mencium perutnya yang putih bersih, turun lagi mencium CD-nya yang mulai basah. "Buka.. Aja.. Om.. Cepet.. Sst" celotehnya yang sudah bernafsu sekali sambil membuka CD-nya. Sekarang terlihat jelas sekali vaginanya yang masih kencang dan saya jilat dengan pelan dan semakin ke dalam lidah saya menari-nari. "Sst.. Terr.. Us.. Om.. Mmh.." rintihnya tak karuan sambil menjepit kepala saya. Beberapa menit saya permainkan vaginanya dan paha bagian dalam Linda yang sudah sangat basah sekali. "Om.. Mmhmm.. Ganti.. Om.. Sstss" "Gantian gimana Lin.." goda saya sambil telentang. "Gantian Linda isep kontolnya Om, tapi jangan keluar dulu ya" "Beres, nanti Om pakai kondom kok" "Mmh.." Linda tidak menjawab, soalnya sudah mulai menghisap kontol saya, pertama-tama cuma masuk setengah tapi lama-kelamaan masuklah semua kontol saya. "Terr.. Us.. Lin.. Jilat.." perintah saya sambil memegang kepalanya dan mendorong pelan supaya kontol saya masuk semua ke mulutnya. Beberapa menit kami melakukan oral sex, Linda ternyata menikmati permainan itu. "U.. Dah.. Lin.. Om.. Nggak tahan.. Nich" "Iya Om, Linda juga pengin ngerasain senggama gaya kuda ama kontolnya Om yang bengkok itu hi.. hi.." celotehnya tertawa sambil mengambil posisi menungging. "Sabar ya Lin, Om pasang kondom dulu" Kemudian setelah saya pasang kondom, saya masukkan ke vaginanya, tenyata meleset. "Aduh.. Om.. Pelan.. Dong" rintihnya kesakitan. Memang vagina Linda masih sempit kelihatannya dan posisi tersebut agak susah sich. "Lin tolong bantuin pegangin kontol Om" "Sini Linda bantuin masukin tapi pelan ya" Linda kemudian memegang kontol saya dan mengarahkan ke vaginanya dan saya dorong pelan, pelan tapi pasti dan bless.. masuk seluruhnya dengan dorongan saya yang terakhir agak keras. "Aduh Om sakit" "Nggak apa-apa kok Lin, udah masuk kok" "Sst.. Om.. Gini rasanya ya.. Sst.." "Gi.. Mana.. Lin.." "E.. Nak.. Sst.. Agak cepetan Om.. Sst" "Nahh.. Sst.. Gitu.." Genjotan demi genjotan saya giatkan sambil tangan kiri memegang perutnya dan tangan kanan memegang payudaranya. Plok.. Plok.. Plok.. Demikian kira-kira bunyinya. Kira-kira beberapa menit saya ngentot dengan Linda dengan posisi doggy style. Dan semakin lamasemakin cepat. "Ce.. Pat.. Sst.. Sst.. Om.. Aah.. Linda mau keluar nich" rintihnya tertahan. "Sa.. ma.. an.. Lin.. keluarnya.. sst.. yess.." jawab saya sambil mempercepat sodokan kontol saya. "Sst.. Lin.. Da.. Sst.. Kel.. Uar.. Om.. Argh.." jerit Linda. Tiba-tiba tubuh Linda mengejang dan saya pun juga, akhirnya crot.. crot.. crot.. Keluar cairan putih dalam kondom saya, bersamaan dengan muncratnya cairan di vagina Linda. Tubuh kami pun lemas menikmati sensasi yang luar biasa itu. "Trim's ya Lin, rasanya gimana?" tanya saya sambil mengecup pipinya. "Enak sekali Om, baru kali ini Linda puas" "Gimana ML ama Om Andi Lin?" tanya saya sambil mencium pipinya. "Puas rasanya ke Lombok, dapat plusnya lagi" katanya sambil ke kamar mandi dan beberapa menit sehabis mandi kemudian Linda sudahmerapikan bajunya. "Sampe besok ya, sehari lagi Linda pulang lho" "Okey, kapan ketemu lagi?" "Terserah Om dech, tapi jangan terlalu malam ya, nanti Papa curiga lho" "Gimana kalo jam 19.20 Om jemput?" "Okey dech, seperti biasa ya" Maksudnya seperti biasa adalah, Linda kujemput pakai mobil sewaan di Senggigi, tapi agak jauhan. Karena jika ketahuan bapaknya khan bisa berabe. Pukul 19.30 Linda sudah berada dalam mobil bersama saya, dengan memakai rok jins span warna biru dipadu dengan kaos ketat warna putih selaras dengan warna kulitnya. Aduh mak, makin cantik aja nich ABG, pikirku. "Kita kemana Om?" "Bandara Selaparang" "Ngapain ke sana?" tanyanya heran. "Udah nggak usah banyak tanya, nanti juga tahu" "Linda ama Papa cuma dikasih ijin satu jam lho Om" "Maka itu, Om mau kasih hadiah buat Linda" "Wah, terima kasih Om" jawabnya sambil mencium pipi saya mesra. Saya pilih bandara itu agar bisa romantis dan bisa lebih pribadi, tahu khan pembaca maksud saya, he.. he.. he... Setelah sampai di bandara, saya parkir mobil di tempat yang agak sepi, kebetulan juga kacanya hitam pekat. Saya ajak Linda pindah ke tempat duduk belakang mobil Kijang itu agar lebih leluasa kalau mepet-mepetan. "Mana hadiahnya Om?" tanya Linda tidak sabaran, karena tidak tahu apa hadiahnya. "Om cuma mau kasih hadiah seperti kemaren" selidik saya menunggu tanggapannya. "Maksud Om?" "Iya, seperti yang Om ajarkan kemarin, nah itu hadiahnya, tapi Linda mau nggak?" "Idih, si Om maunya.." jawab Linda sambil tersipu. Bagi saya itu sudah cukup merupakan tanda setuju dari Linda hingga tanpa menunggu jawaban dari Linda, saya langsung mencium bibirnya dan tangan saya sudah mendarat pada pahanya. Saya elus-elus pahanya yang putih dan masih terbalut oleh jins biru yang sangat seksi hingga memperlihatkan lekuk-lekuk bodinya. Linda juga kelihatannya ingin menghabiskan malam terakhirnya bersama saya dengan tergesa-gesa membuka celana saya sampai separuh dan melahap kontol saya yang sudah kencang dari tadi. "Teru.. Ss.. Lin.." perintah saya sambil membuka kaos dan BH putihnya yang berenda itu. "Mmh.. Mmbmnb.." celotehnya tidak jelas karena mulutnya penuh dengan kontol saya yang maju mundur dihisapnya dengan irama yang cepat. "Ud.. Ahh.. Lin.. Om.. Mau.. Kel.. Uar.. Arghh.." Tiba-tiba Linda melepaskan kulumannya, dan berganti posisi dengan saya yang berjongkok dan Linda yang duduk sambil membuka rok spannya. Pemandangan yang sangat indah pembaca, Linda memakai CD kuning yang bergambar hati atau cinta. "Ayo Om, jangan diliatin aja" "Ya.." jawab saya sambil mencium vaginanya yang masih terbungkus CD kuningnya, jilatan demi jilatan membuatnya geli hingga pinggulnya ke kiri ke kanan tak beraturan. "Uda.. Hh.. Om.. Buka aja.. Sst.. mmh.." katanya menyuruh saya membuka celana dalamnya. Dengan dibantu Linda, saya membuka celana dalam beserta sok spannya hingga ia tinggal mengenakan BH saja. Vaginanya yang ditumbuhi bulu halus itu mengeluarkan aroma harum khas wanita, beberapa saat saya cium dan jilat pada bagian dalam vaginanya. "Sst.. Arggh.. En.. Akk.. Om.. Nah gitu.. Sst" "Jil.. At.. Om.. Bagian yang itu.. Ya.. Sst.." pintanya pada saya yang membuatnya sangat terangsang. Sambil menjilat seluruh bagian vaginanya, tangan kanan saya masuk ke dalam BH-nya dan meremas payudaranya dengan lembut dan kadang-kadang memelintir putingnya yang sudah keras sekali. "Ayo.. Om.. Sst.. Linda.. Nggak.. tahan.. Nih.." rintihnya memohon pada saya. Saya sudah mengerti maksudnya, Linda sudah sangat terangsang sekali ingin melepaskan hasratnya dengan segera. Kemudian saya berganti posisi dengan Linda saya pangku berhadapan dengan saya sambil membuka penutup payudaranya itu. Maka kami berdua sudah bugildi dalam mobil itu, untung saja keadaan bandara waktu itu belum terlalu ramai karena kedatangan pesawat masih lama. "Pel.. Lan ya Om" kata Linda sambil menggesek-gesekkan bibir vaginanya sebagai pemanasan dulu. "Gimana Lin..?" "Udah Om, sekarang aja" ajak Linda sambil memegang kontolku mengarahkannya pada lubang kemaluannya sambil saya juga menyodoknya pelan, kemudian pada akhirnya bless.. masuklah semua kontol saya. "Arg.. Sst.. Mmh.." rintih Linda karena masuknya kontol saya yang kemudian maju mundur dengan lembut. Kontol saya serasa diremas-remas dalam lubang kemaluan Linda yang masih sangat kencang sekali, denyut-denyut yang menimbulkan rasa nikmat bagi saya dan tentunya juga Linda yang menggerakkan pinggulnya ke kiri ke kanan meraih kenikmatannya sendiri. "Om.. Sst.. kemot su.. sunya Linda.. Sst.. Mmh.." "Mmh.. Mmh.." Sambil menyodok vaginanya, saya menjilat, kadang mengulum kedua payudaranya bergantian. Posisi itu menimbulkan bunyi yang saya tirukan kira-kira ceplok.. ceplok.. Beradunya kontolku dalam vaginanya disertai rintihan dan jeritan kecil dari Linda membuat saya ingin segera memuntahkan lahar putih yang sudah dari tadi saya tahan. "Ce.. Peet.. Sst.. Om.. Linda.. Mau kelu.. Ar.. Sstss.. aahh.." celotehnya meminta saya menyodoknya lebih cepat dan gerakan pinggulnya semakin cepat. "Ya.. Lin.. Ayo.." jawab saya dengan sodokan yang tak kalah cepatnya dengan pinggulnya dan pada akhirnya muncratlah lahar itu secara bersamaan crot.. crot.. crot.. "Argh.. Ahh.." jerit kecil Linda menyertai muncratnya lahar itu. "Ahh.." kami berdua duduk dengan lemas dan puas dalam mobil. "Trim's ya Lin" jawab saya sambil mencium keningnya. "Sama-sama Om" jawab Linda sambil memeluk saya dengan erat. Malam itu kami habiskan dengan makan malam dan sebelum pulang ke hotel, Linda meminta sekali lagi 'pelajaran' pada saya di pinggir pantai Senggigi yang berpasir putih dan dalam cahaya bulan yang bersinar terang tapi tidak di dalam mobil. Sampai-sampai sayakewalahan menuruti berbagai macam gaya yang ingin dicobanya. Saya baru tahu bahwa ternyata Linda yang keturunan tionghoa yang masih ABG itu nafsu sexnya juga tinggi. Selamat jalan Linda, semoga saja kamu puas jalan-jalan ke pulau Lombok. Nanti kalau jadi study tour SMU-nya ke Lombok lagi, bilang Om Andi saja ya, jangan lupa emailku, pasti akan kuantarkan teman-temannya juga. ***** Bagi pembaca wanita yang ingin jalan-jalan ke pulau Lombok dengan pantai Senggigi yang berpasir putih dan ingin melihat Budaya Bali dan lombok, bisa menghubungi saya via email, nanti saya antarkan kemana saja, pokoknya ditanggung senang. Saya biasanya ke rental internet membaca email pada hari Senin A?aEsAca,-aEs Rabu. Ini adalah pengalaman aktual tanpa tambahan dan karangan yang berlebihan. 

Misteri Sebuah Lubang

"Apa yang sedang kauintip melalui lubang itu, Valita Lardis?" tanya Yosely Montana kepada temannya yang sedang asyik mengintip sesuatu melalui sebuah lubang pada dinding kamarnya. Lubang itu memang suudah ada sejak mereka kos di kamar ini enam bulan lalu. Kamar di sebelah kamar mereka adalah kamar kosong yang dikunci dan tidak pernah ditempati sejak mereka pindah ke sini. "Ada dua orang yang berhubungan seks di kamar sebelah, Yosely," "Benarkah? Coba aku lihat!" Valita mundur dan sekarang giliran Yosely yang mengintip pemandangan di kamar sebelah melalui lubang kecil itu. Meskipun lubang itu kecil, tetapi dia dapat melihat pemandangan yang ada di seluruh kamar itu. Tampaklah pemandangan mengesankan. Si pria yang berkulit agak hitam sedang menusuk liang vagina teman tidurnya yang kelihatannya berkulit agak putih. Si wanita terus mengerang-ngerang dengan histeris. Si pria terus menusuk-nusuk lubang vagina dan lubang anus silih berganti. Wanita itu sesekali memainkan puting susu si pria. Karena merasa terangsang semakin dalam, si pria pun membalikkan badan si wanita dan mempercepat gerakan memompa yang tadi. "Aarghk..!!" sesekali terdengar jeritan si wanita. "Teruskah, Sayang! Lebih cepat lagi! OH my God.." "Uh.. Uh..! Uh..!" si pria berkali-kali melenguh berusaha mengatur napas dan mempertahankan agar dia tidak mencapai orgasme dalam waktu singkat. Dia mau membuat si wanita mencapai orgasme beberapa kali baru dia sendiri rela melepaskan sperma ke dalam liangvagina si wanita. Harapannya tercapai sebab beberapa saat kemudian, tubuh si wanita menegang dan si pria merasakan lubang vagina si wanita menarik penisnya lebih dalam selama beberapa kali. Akhirnya, pertahanan si pria pun runtuh. "Oh my God.." kata si pria. "Spermaku keluar.. Aarghkk..!!" terdengar erangan kenikmatan yang tiada tara. Begitu permainan di kamar sebelah selesai, Yosely pun membalikkan badannya. Dia tersentak kaget mendapati Valita yang telanjang bulat. Dengan beberapa erangan yang penuh kenikmatan, Valita menusuk-nusuk vaginanya dengan botol parfum yang terbuat dengan plastik. Dia melapisi kondom ke botol parfum itu. Tampaklah botol parfum itu keluar masuk vaginanya sendiri. Yosely menggeleng-gelengkan kepalanya. Valita memang wanita yang bernafsu besar. Yosely sendiri tidak habis pikir mengapa Valita bisa bekerja di sebuah apotik. Mengapadia tidak menjadi wanita penghibur saja? "Aahh..!! Bantu aku meneruskan permainan ini, Yosely. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Bantu aku mencapai orgasme. Oh.." jeritan Valita melengking tinggi. Yosely melakukan gerakan maju mundur dengan botol parfum. Sudah 10 menit berlalu tetapi Valita belum mencapai puncak kenikmatan.Yosely terus melakukan gerakan maju mundur menusuk-nusuk liang vagina temannya. Beberapa saat-saat terakhir, tampaklah setetes cairan keluar dari liang vagina Valita. Tubuh Valita pun menegang menikmati setiap detik orgasme yang menderanya. "Oh.. Tidak..! Nikmatnya bukan main, Yosely," "Kau memang wanita genit, Valita. Lihat sedikit pemandangan saja sudah terangsang. Setiap kali kau terangsang kau pasti melampiaskannya melalui masturbasi. Untunglah kau tidak menjadikan aku sebagai sasaranmu," "Ayo kita lihat pemandangan di kamar sebelah! Mungkin mereka belum puas dan mereka meneruskan permainan mereka ke babak kedua," Yosely pun merasa penasaran juga karena sejak dia melihat dari tahap permulaan sampai tahap mencapai puncak kenikmatan, dia belum melihat wajah kedua orang itu walau hanya sekali. Dia sendiri heran mengapa dia tidak bisa melihat wajah kedua orang itu padahal melalui lubang itu dia bisa melihat seluruh isi kamar sebelah. Dia pun menempelkan bola matanya ke lubang itu. Namun, kedua orang itu sudah menghilang. Yosely terperanjat. "Mereka menghilang, Valita. Keduanya menghilang entah ke mana. Mereka berpakaian dan merapikan tempat tidur dalam waktu yang begitu cepat. Coba kau lihat! Tempat tidur itu sepertinya belum pernah ditiduri dan sepertinya tidak pernah ada orang yang berhubungan seks di atas tempat tidur itu. Tempat tidurnya rapi sekali," kata Yosely dengan tatapan penuh keheranan. "Kau pikir mereka adalah orang-orang yang lamban sepertimu? Kau mandi, berdandan dan berpakaian saja butuh waktu satu jam. Mungkin mereka adalah sepasang kekasih gelap. Karena mereka berselingkuh, mereka tidak boleh berlama-lama di sini. Nanti orang lain akan menangkap basah mereka. Sudahlah! Ayo tidur! Besok mungkin akan melihat pemandangan yang sama lagi.." kata Valita sambil tersenyum-senyum penuh maksud. Yosely pun tidur begitu lampu kamar sudah dimatikan. Dalam hatinya dia berpikir semoga apa yang dikatakan oleh Valita tadi benar. Kini dia mulai merasakan sesuatu yang aneh, yang membuatnya takut, sesuatu yang mengancam. Ya Tuhan! Apa yang telah terjadi sebenarnya? Kejadian tadi sepertinya adalah kejadian yang wajar. Namun, jauh di lubuk hatinya Yosely tahu ada sesuatu yang aneh dari permainan seks tadi. Dia belum bisa menyebutkan yang mana keanehan itu. ***** Malam ini sangat berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Cuaca di luar sangat mendung. Yosely yang bekerja sebagai pegawai kantorsangat lelah sekali karena seharian suntuk dia sudah berhadapan dengan lembaran-lembaran kertas dan laporan-laporan yang membuat matanya sakit. Kepalanya terasa sakit. Dia membaringkan badannya di atas tempat tidur. Sementara itu, Valita sedang asyik mengintip sesuatu yang berada di kamar sebelah. Pasti adalah orang yang berhubungan seks lagi. Dasar wanita genit! Yosely menimbang-nimbang. Dia sudah tinggal di sini selama enam bulan. Sejak kapan lubang itu ada ya? Dia ingat sewaktu pertama kali pindah ke sini lubang itu tidak ada. Dia menerka-nerka dan akhirnya dia teringat kembali. Lubang itu tercipta sewaktu dia menancapkan paku di dindingnya guna menggantung gambar di sana. Tetapi, gambar itu sekarang sudah rusak dan pakunya pun sudah dicabut. Yang tersisa hanyalah lubang itu. "Aneh! Mengapa setiap gerakan yang mereka lakukan selalu sama dengan gerakan pada malam-malam sebelumnya ya? Apa mereka tidak bosan terus melakukan gerakan yang sama? Ini sudah kelima kali aku selalu menyaksikan gerakan yang sama. Aku juga tidak pernah melihat wajah kedua orang itu. Apa mereka adalah orang yang sama dengan orang yang berhubungan seks di kamar itu pada malam-malam sebelumnya?" Tiba-tiba Valita menyeletuk. Yosely spontan terbangun, "Coba aku lihat!" Sewaktu Yosely melihat, permainan itu sudah sampai setengah. Si pria mulai menjilati vagina si wanita. Gerakan lidahnya sungguh lincah sampai-sampai si wanita menggelinjang di tempat tidur. Beberapa kali dia meremas-remas penis dan testis si pria. Dia jugamengulum-ngulum penis yang kokoh itu dengan sekuat tenaga. Kenikmatan yang dirasakan si pria membuatnya semakin bersemangat. Dia terus menjilati vagina si wanita. Bahkan, sesekali dia berhasil memasukkan lidahnya ke dalam lubang vagina si wanita. Tak lamakemudian akhirnya si wanita mencapai puncak kenikmatan disertai dengan jeritan orgasmenya yang melengking tinggi. Permainan jilat-menjilat pun dilanjutkan dengan gerakan memompa. Dengan sekejap, si pria berhasil menancapkan penisnya ke dalam vagina teman tidurnya. "Yang kencang, Sayang," "Pasti. Aku sudah tidak tahan lagi," Si pria pun menempelkan tubuhnya ke tubuh si wanita. Dengan demikian, puting susunya dan dadanya yang yang berbulu pun menempel dengan kedua payudara di wanita. Kedua gunung kembar itu sungguh menantang. Dia memainkan lidahnya terlebih dahulu di atas gunung kembar itu sebelum dia memulai gerakan menusuk. Si wanita mengerang-erang halus. Setelah selesai menjilat payudara si wanita, gerakan tusuk-menusuk pun dimulai. Gerakan itu sungguh membangkitkan gairah. Gerakan penis yang membelai otot-otot vagina dan gesekan antara gunung kembar si wanita dengan dada si pria yang berbulu sungguh menggairahkan. Lagi-lagi mereka mengulang-ngulang gerakan yang sama dengan malam-malam sebelumnya. Yosely sungguh penasaran. Dia ingin sekali melihat wajah mereka. Di sisi lain kamar itu, Valita berdiri menegang dengan tubuhnyayang telanjang. Dia sudah tidak bisa membendung gairahnya yang menggebu-gebu. Dia memasukkan botol parfum yang sudah berlapis kondom ke dalam vaginanya. Dia juga melakukan gerakan maju mundur disertai dengan desahan napasnya yang sarat akan nada kenikmatan. Yosely terus menatap pemandangan di kamar sebelah tanpa henti. Tanpa sadar dia sendiri juga menggosok-gosok liang kemaluannya dengan tangannya sendiri. Di tengah-tengah kenikmatannya, tiba-tiba dia tersentak kaget. Dia melihat kedua orang di kamar sebelah sedang tidur sambil menempelkan kedua punggung mereka. Namun, penis dan vagina yang ada di bawah tetap bersatu. Masih tampak gerakan tubuh si pria yang diiringi dengan gerakan penis yang keluar masuk dari vagina si wanita. Gerakan itu tidak mungkin bisa dilakukan. Itu sangat aneh! Yosely membalikkan badannya. Dia melihat Valita sudah tergeletak lemas di atas tempat tidur. "Apakah mereka sudah selesai? Aku sangat lelah karena aku sudah orgasme tiga kali berturut-turut," Mendengar perkataan Valita, Yosely merasa lebih aneh lagi. Sudah setengah jam berlalu. Mengapa mereka berdua belum mencapai orgasme walau hanya sekali? Tidak! Ini tidak mungkin.. Yosely kembali menempelkan bola matanya ke lubang itu. Adegan tadi sudah berubah. Sekarang si wanita membungkuk di atas tempat tidur. Si pria pun menusuk-nusuk si wanita dari belakang. Tusukan itu sangat cepat. Kelihatannya tusukan itu sangat nikmat. "Uh..!Uh.." terdengar erangan si pria walau hanya samar-samar. "Nikmat sekali, Sayang! Teruskan.. Teruskan.. Lebih dalam lagi," kata si wanita di antara desahan napasnya yang tersengal-sengal. Setelah itu, dia tiba-tiba saja mengangkat kepalanya dan menatap tajam-tajam ke arah lubang dimana Yosely mengintip. Wajah wanita itu sangat mengerikan. Dia tidak memiliki bagian bola mata yang berwarna hitam. Seluruh bola matanya berwarna putih pucat. Sepasang bola mata itu terus menatap ke arah Yosely dengan tatapan yang menyimpan beribu kebencian yang dalam. Yosely mulai gemetaran. "Aku sudah mau keluar, Sayang. Bagaimana kalau aku keluarkan saja di lubang itu?" tanya si pria. Si pria pun mengangkat kepalanya dan kedua bola matanya pun sama dengan kedua bola mata si wanita. Bola matanya putih pucat. Perlahan-lahan si pria berjalan menghampiri lubang itu. Crot! Crot! Crot! Spermanya disemprotkan ke arah lubang itu dan tentu saja sperma itu mengenai bola mata Yosely. "Tidak..!!" jeritan Yosely melengking tinggi. Dia terjatuh dari tempat tidurnya dan kepalanya mengenai kaki meja yang terletak di samping tempat tidur. Dia merasakan kesakitan yang amat sangat mendera kepalanya. Dia ingin berteriak memanggil Valita yang tertidur tetapi kegelapan menariknya ke arah yang semakin dalam. ***** "Kau sudah sadar? Semalam kau kenapa? Begitu aku bangun pagi ini, aku melihat kau tergeletak pingsan di lantai. Dokter sudah memeriksamu. Untunglah kau tidak apa-apa," kata Valita cemas. "Kau memanggil dokter ke sini? Aduh..! Bayarannya pasti sangat mahal," "Tidak apa-apa!" senyum Valita. "Aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu. Aku bersedia membayar berapa pun asalkan kau selamat, Yosely. Tadi aku mengira kau sudah meninggal. Aku takut sekali.." "Apa yang harus ditakuti di sini, Valita? Kau mengetahui sesuatu?" tanya Yosely di antara penasaran dan cemas. "Kamar di sebelah menyimpan suatu tragedi, Yosely. Pemilik tempat kos ini sudah menceritakan semuanya padaku. Delapan tahun laluada sepasang pengantin muda yang kawin lari. Mereka menginap di tempat kos ini. Meskipun mereka sudah melarikan diri orang tua si gadis tetap saja bisa menemukan anak mereka dan memaksa anak mereka pulang. Si gadis tentu saja tidak mau karena dia sangat mencintai suaminya. Terjadilah baku hantam antara Ayah si gadis dengan si pria. Si pria tewas di tangan Ayah si gadis". "Si gadis tidak rela menyaksikan kematian suaminya. Oleh sebab itu, dia pun bunuh diri di hadapan kedua orang tuanya. Sesaat sebelum kematian dia sempat mengatakan bahwa dia sangat menyesal telah dilahirkan ke dunia ini sebagai anak dari kedua orang kejam itu. Akibat kejadian, si Ayah pun dijebloskan ke dalam penjara dan si Ibu mengalami gangguan kejiwaan. Dia dihantui oleh kesedihan dan rasa bersalah terhadap putrinya. Sebaiknya kita segera pindah dari sini, Yosely. Setelah kita pulang kerja nanti, kita akan membicarakan hal ini lagi. Kau istirahatlah!" Valita berlalu dengan wajah yang serius. Yosely tertegun karena dia tidak pernah melihat Valita bicara dengan nada yang seseriustadi. Perlahan-lahan dia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Dia ingin segera pindah dari sini. Dia harus segera pindah dari sini. Rasa sakit kembali mendera kepalanya seakan-akan kepalanya mau pecah.

Perkosa SPG Cantik

Cerita ini muncul karena ulah SPG sombong yang menjaga pameran otomotif di salah satu plaza di kotaku. Pada waktu itu aku dan teman-temanku (berempat) sedang jalan-jalan ke plaza itu, lalu kami melihat ada pameran mobil di sana. Iseng-iseng aku dan teman-teman melihat mobil-mobil yang memang keren-keren itu, meskipun penampilan kami memang sangat jauh dengan pengunjung-pengunjung lainnya yang rapi-rapi. Sekalian cuci mata juga, soalnya para SPG-nya cantik-cantik dan putih-putih serta mulus-mulus, mereka memakai rok mini yang benar-benar serasi dengan tubuh mereka yang langsing dan tinggi, kaki mereka yang jenjang sangat indah dipandang dari ujung kaki sampai ke paha yang terbalut rok mini ketat warna merah. Wajah mereka yang rata-rata Indo seperti bintang sinetron sangat menyenangkan untuk dipandang, memang sangat cocok untuk mendampingi mobil-mobil mewah yang sedang dipamerkan. Sambil melihat, kupegang-pegang saja mobil yang di pamerkan dan kucoba membuka dan metutup salah satu pintunya. Tiba-Tiba.., "Mas, tolong kalau mau lihat ya dilihat saja, jangan dipegang-pegang, nanti harus dibersihkan lagi", aku menoleh ke arah teguran itu berasal, ternyata teguran tersebut berasal dari salah seorang SPG yang cantik, meskipun aku tersinggung, aku sempat tertegun melihat paras dan body cewek SPG yang satu ini. Wajah SPG yang ini seperti campuran Indo Belanda, kebarat-kebaratan seperti itulah. Masih setengah sadar, SPG itu ngomong lagi, "Tolong minggir dulu ya.. ini ada pembeli yang mau lihat". Aku menoleh ke sekitar, "Mana pembelinya.." pikirku, yang ada masih lihat-lihat mobil di sebelah, kali ini aku serasa benar-benar dilecehkan oleh SPG itu, dalam pikiranku, "Sombong sekali cewek satu ini.. padahal kan dia juga sebagai penjaga, belum tentu bisa beli mobil itu juga."Sambil berpikir begitu, tak terasa aku bertatap pandang dengan cewek SPG itu, yang lebih mengesalkan wajahnya seakan-akan melihatku sebagai makhluk yang tidak sepantasnya berdiri di situ. Kulihat juga senyumnya yang benar-benar menyebalkan, seolah-olah menantang dan sudah menang. Seraya tersenyum aku minggir juga. "Ayo, cabut!" aku mengomando teman-temanku dengan nada yang masih kesal karena pelecehan tadi. Aku langsung mengarahkan mereka ke tempat parkir dengan tidak menyembunyikan wajah yang kesal. Mobil Espass kami pun meluncur. Sepanjang perjalanan, kami terdiam, teman-temanku tahu aku masih kesal, jadi mereka agak malas ngomong. Setelah beberapa saat Aguk yang memegang kemudi memecah kesunyian, "Kenapa lu? masih kesal sama SPG itu?" tanyanya kepadaku. Belum sempat aku menimpali, Bimo buka suara, "Lu nggak remas aja pantatnya, biar tau rasa dia." Tawa mereka berderai, tapi aku masih diam, melihat gelagatku yang tidak bisa diajak bercanda, teman-temanku ikutan diam. Tiba-Tiba Dodot mengeluarkan ide bagus, "Eh.. gimana kalo kita culik aja tuh cewek!" Hatiku yang kesal ini bagaikan mendapat siraman air yang menyegarkan, "Betul juga", pikirku, "Biar ntar dia rasain gimana akibatnya kalau melecehkan aku" Aku tersenyum menyeringai ke arah Dodot, dan kami langsung memutar mobil ke arah plaza itu lagi. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, mulai terlihat karyawan-karyawan dari plaza tersebut keluar untuk pulang. Kami dengan sabar menunggu di depan plaza itu sambil mengawasi orang-orang yang keluar. "Gimana kalau keluar dari samping pertokoan?" tanya Bimo. "Ah.. ya berarti nasibnya beruntung", jawabku cepat. "Itu! itu!" Dodot setengah berteriak menunjuk ke suatu arah. Mata kita semua langsung menjelajah ke arah yang ditunjuk Dodot. "Bagus!" pikirku ketika melihat si SPG berjalan keluar plaza untuk mencari kendaraan. Dia bersama seorang temannya yang kelihatannya SPG juga, sudah mengenakan sehelai kain untuk menutupi roknya yang mini, mereka berjalan menelusuri trotoar, rupanya rute angkutannya bukan di jalan ini. Kami segera membuntutinya pelan-pelan sampai mereka berhenti di perempatan yang sudah dikuasai oleh banyak angkota. Mereka langsung masuk ke salah satu bemo yang ada, begitu bemo tersebut berangkat, kami pun langsung mengikutinya. Sampai di sebuah jalan, yang untungnya sepi sehingga sangat mendukung operasi kami ini, si SPG turun. Tidak sedikit pun dia menaruh curiga bahwa sebuah mobil telah mengikuti angkutannya sejak tadi. Setelah bemo tersebut meninggalkannya cukup jauh, kami mulai mendekati SPG itu yang kelihatannya masih harus berjalan kaki untuk mencapai rumahnya. Tanpa buang-buang waktu Aguk mensejajarkan mobil kami di samping SPG itu dan Dodot langsung membuka pintu samping Espass. Kulihat SPG tersebut terkejut melihat ada mobil yang sangat dekat dengan dirinya, dan tanpa disadari tangan Dodot sudah merenggut tangan dan menarik tubuhnya ke dalam mobil. "Srreekk..", pintu samping ditutup, mobil kami langsung melaju tanpa bekas, sementara si SPG masih kebingungan dan akan berteriak, tetapi dengan sigap Bimo langsung menutup mulutnya sehingga yang terdengar hanya gumaman. Si SPG mencoba meronta, namun sebuah pukulan ditengkuknya yang diluncurkan oleh Dodot membuatnya langsung pingsan. Aku menoleh ke belakang, Bimo dan Dodot tersenyum memandangku seolah-olah ingin menyatakan bahwa operasi penculikan sudah berhasil. Kulihat kain yang menutupi rok mininya tersingkap, dan meskipun di dalam mobil gelap, aku masih dapat melihat pahanya yang mulus. Dodot pun tak tahan langsung memijat dan meraba paha yang mulus itu. Mobil kami langsung meluncur ke rumah Aguk yang memang kosong dan biasa sebagai tempat kami berkumpul. Setelah sampai dan memarkir mobil di garasi, kami menggendong SPG yang masih pingsan itu ke dalam kamar. Di sana kami mengikatnya pada kursi kayu yang ada. Aku duduk di ranjang menghadap SPG yang masih lunglai itu yang terikat di kursi kayu. Teman-temanku kelihatannya memang menghadiahkan SPG itu ke padaku untuk diperlakukan apa saja. "Dot.. ambilin air." Dodot keluar kamar dan tak lama masuk dengan segelas air yang disodorkan kepadaku. Aku berdiri dan menyiramkan pelan-pelan ke wajah SPG itu. Ketika sadar, SPG itu terlihat sangat terkejut melihatku di depannya, "Kamu.." katanya seraya menggerakkan tubuhnya, dan dia sadar kalau tubuhnya terikat erat di sebuah kursi. Kali ini aku yang tersenyum, senyum kemenangan. "Mau apa kamu?" masih dengan sombong SPG itu bertanya setengah menghardik kepadaku. "Kalau kamu macam-macam, aku akan teriak",lanjutnya lagi. Aku hanya tersenyum, "silakan saja teriak, nggak bakal terdengar kok", kataku sambil menyalakan tape si Aguk, kebetulan lagunya dari band Metallica, Unforgiven, kusetel agak keras, meskipun aku yakin bahwa kamar Aguk letaknya terisolir, jadi tidak mungkin teriakannya didengar orang lain. Ketakutan mulai terlihat di wajah SPG itu, wajahnya yang cantik sudah mulai terlihat memelas memohon iba. Namun kebencian di hatiku masih belum padam, aku ingin memberinya pelajaran! "Siapa namamu?" tanyaku dengan nada datar. "Vera", jawabnya. "Ampun Mas, maafkan aku, aku disuruh boss untuk bersikap begitu", katanya seolah membela diri. Tidak peduli dengan pembelaan dirinya, langsung kusibakkan kain yang menutupi roknya, lalu dengan kasar kutarik roknya hingga kepangkal paha. Vera menatapku ketakutan, "Jangan, jangan Mas.." ucapnya memelas seakan tahu hal yang lebih buruk akan menimpa dirinya. Lagi dengan kasar kutarik bajunya sehingga kursi yang didudukinya bergeser dan kancing bajunya hampir lepas semua. Terlihat oleh kami bulatan payudara yang masih tertutup BH berwarna putih. Tak tahan melihat itu Aguk dan Dodot yang berdiri di sampingnya langsung meremas-meremas payudara itu. Vera sangat ketakutan, ditengah ketakutannya dia berusaha meronta, namun hal itu semakin meningkatkan nafsu kita. Jari-jariku langsung meraba secara liar daerah liang kewanitaannya yang masih tertutup CD, mengelus dan berputar-putar dengan lincah dan sekali-sekali mencoba menusuk. "Tidakk.. tidakk.." Vera berkata lirih seolah ingin menolak takdir. "Breett.. breett.." kubuka dengan paksa seluruh baju Vera sehingga yang terlihat hanya BH dan CD-nya saja. "Naikkan ke atas meja", kataku, serta merta ketiga temanku langsung bekerja sama memegangi Vera dan mengikatnya di atas meja. Vera meronta-ronta sekuat tenaga namun tentu saja usahanya tidak mampu melawan tiga tenaga cowok. Sekarang dia sudah telentang di atas meja dengan tangan terikat di sudut-sudut meja, kedua kakinya agak menjulur ke bawah karena mejanya tidak cukup panjang, namun kami mengikatnya secara terpisah pada dua kaki meja. Kami sendiri posisinya sekarang di samping tubuhnya. Lalu dengan sekali tarik kulepas BH-nyadan menonjollah dua bagian payudaranya yang cukup padat berisi. Sekarang kami melihat sebuah tubuh yang putih mulus dan langsing dengan tonjolan payudara yang bergoyang-goyang karena Vera masih berusaha meronta. Karena meronta, terlihat CD-nya yang agak transparan semakin mengetat memperlihatkan lekuk-lekuk liang kewanitaannya. "It's showtime!" teriakku yang disambut oleh kegembiraan teman-temanku dan wajah ketakutan Vera. Aku langsung mengambil beberapakaret gelang, lalu kulingkarkan di payudara Vera sampai terlihat mengeras dan merah. "Aduhh.." erang Vera, masih kutambah penderitaannya dengan menjepitkan jepitan yang biasa digunakan Aguk untuk alat elektronik, bentuknya bergerigi dan terbuat dari logamtipis yang di-chrome, kujepitkan di kedua puting susunya. "Aduhh.. ahh.. aduuhh" Vera mengerang kesakitan. Aguk lalu memberiku sebuah alat seperti pecut, yang terbuat dari beberapa tali tampar kecil sekitar 5 buah yang salah satu ujung-ujungnya dijadikan satu pada sebuah pegangan dari rotan. Entah untuk apa alat ini biasanya digunakan Aguk, pikirku, tapi peduli apa, yang penting sekarang benda ini ada gunanya. "Jangan.. ampunn Mas.." pinta Vera, melihat aku mengibas-ngibaskan pecut itu. Aku tersenyum sadis, lalu tanganku kuangkat dan sebuah pecutan kuarahkan ke payudaranya. "Ctass.." Tubuh Vera menggelinjang, dan buah dadanya langsung bergoyang ke kanan ke kiri menahan sakit. "Aduhh.." teriaknya sambil menitikkan air mata. Beberapa garis merah terlihat di kedua buah dadanya, di sekitar puting. "Lagi?" tanyaku kepada Vera, yang tentu saja dijawab dengan gelengan kepala, "Ampunn.. ampunn tolongg.." rintihan bercampur tangis Vera menjadi satu. Tanpa rasa iba pecut kuayun lagi, kali ini sasarannya adalah pahanya. "Mmmpphh.." Vera menggigit bibir bawahnya menahan sakit. Sekali lagi kuayun pecut itu, sekarang ke arah pusar, garis-garis merah segera menghiasi tubuh Vera. Entah aku sangat menikmatinya sehingga tak terasa sudah beberapa ayunan pecut mengarah ke tubuh Vera. Tubuhnya terlihat bergetar, menggelinjang menahan sakit dan perih. Wajahnya yang basah oleh air mata dan keringat sudah benar-benar menunjukkan penderitaan. Tapi aku masih belum puas. Kulihat teman-temanku, ketiganya tersenyum seakan memberikan dukungan kepadaku untuk terus menyalurkan hasratku. 
 Kudekati telinga Vera, dia yang sudah ketakutan padaku, dia berusaha menjauhkan kepalanya, mungkin dikiranya aku mau menggigit telinganya. Kubisikkan sesuatu di telinga Vera, "Vera, gimana kalau kita ganti alatnya, sekarang pakai ikat pinggang saja ya", bisikku sambil menyeringai sadis. Vera menunjukkan ekspresi terkejut setengah tidak percaya bahwa dia akan menerima siksaan yang lebih hebat. "Ampun.. lepaskan saya.." ibanya meskipun tahu aku tidak akan melepaskannya. Kubuka ikat pinggangku yang terbuat dari kulit, kulilitkan sebagian pada telapak tanganku, Vera melirikku dengan ketakutan yang amat sangat, nafasnya tersenggal-senggal meskipun dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengaturnya. Mungkin dengan mengatur napas dia berharap sabetan ikat pinggangku tidak akan terlalu sakit. Kuangkat tinggi tanganku dan kuayunkan dengan keras, Vera memejamkan matanya, saat ikat pinggangku mendarat di pahanya terdengar meja yang ditiduri Vera agak berderit karena tubuh Vera secara spontan bergetar keras menahan sakit. "Ahh.. ampun.. ampun.. hahh.. hahh.." Vera berkata tersendat-sendat. Kali ini bukan hanya garis merah yang tampak, tetapi semacam jalur merah tercetak di paha Vera. "Ceplass.. Ceplass.." sabetan ikat pinggangku semakin liar menghujani tubuh Vera. Vera sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya menggeleng ke kiri ke kanan menahan penderitaan yang kuberikan. Puas dari samping, "Bagaimana kalau pukulan yang mengarah langsung ke liang kewanitaannya?" pikirku. Lalu aku mulai menyobek CD-nya dan minta kepada dua temanku untuk melepaskan ikatankaki Vera dan mengikatnya kembali pada posisi menekuk ke atas dan mengangkang, sehingga liang kewanitaannya terbuka lebar. Veraberusaha meronta dan menutup liang kewanitaannya dengan kakinya, namun ikatan kami cukup erat sehingga kedua kakinya tidak bisamengatup. Persis menghadap liang kewanitaannya, aku mengelus-elusnya sambil tersenyum sinis. Vera mengangkat kepalanya dan menatapku dengan pandangan nanar. Aku mulai menjauh, ikat pinggang mulai kuputar-putar, lalu.., "Ceplass.." ikat pinggang itu mendarat dengan tepat di bibir liangkewanitaan Vera. Kali ini Vera meronta-ronta dengan sangat dan cukup lama, tampaknya dia sangat kesakitan, kepalanya ditengadahkan ke atas sembari mengguncang-guncangkan pantatnya di atas meja. Aku berjalan ke sampingnya, "Lagi?" tanyaku seolah tak menghiraukan penderitaannya. Vera tidak mengatakan apa-apa, kelihatannya dia sudah pasrah. Aku tersenyum penuh kemenangan, kusentuh bibir liang kewanitaannya yang tentunya masih pedih, Vera menggelinjang, tak peduli kugesek-gesekan jariku di liang senggamanya, tubuh Vera terus menggelinjang. "Sakitt.. sakitt.." gumamnya lirih. Seolah tak peduli, kembali aku mengambil dua jepitan, dan kujepit di kedua bibir liang kewanitaan yang memerah itu. Vera menatapku dengan pandangan tak percaya akan kesadisanku. "Oke", kataku, "Tidak ada lagi pukulan..", Vera diam saja tanpa ekspresi, "..tapi sekarang waktunya bermain lilin", lanjutku sambil menyunggingkan senyum. Kali ini Vera menolehkan wajahnya yang layu, berkeringat dan basah karena air matanya. Bisa kubaca dalam pikirannya, "Oh.. apa lagi yang akan diperbuatnya pada tubuhku.. malangnyanasibku.." Memang di kamar Aguk ada beberapa lilin untuk jaga-jaga jika lampu mati, ada yang kecil dan ada juga yang besar supaya awet. KuambilZippo-ku, kunyalakan satu lilin yang kecil. Lidah api menari berputar-putar melelehkan batang lilin yang menahannya. Menembus lidah api itu, kulihat pandangan Vera yang berharap aku hanya bercanda. Kujawab dengan pandangan juga yang menyatakan bahwa aku serius.Segera lilin yang kupegang kumiringkan di atas payudara Vera. Kulihat ekspresi Vera yang memandang lekat batang lilin yang terkena nyala api, pandangannya seolah berharap agar lilin tersebut tidak meleleh atau apinya tiba-tiba mati. Tapi tentu saja itu tidak terjadi, yang terjadi adalah tetesan pertama jatuh dan menetes di atas puting susu Vera sebelah kanan. "Hhh.." Vera mendesah, punggungnya terlihat bergerak ke atas menahan panas lilin yang meleleh. Tetesan demi tetesan bergerak jatuh, dan Vera terlihat semakin kesakitan karena tetesan tersebut jatuh di tempat bekas pecut dan sabetan ikat pinggangku tadi. Tiba-tiba teman-temanku ikut bergabung, mereka semua memegang lilin bahkan tidak hanya satu tapi tiga atau empat sekaligus. Merekadengan gembira meneteskan ke bagian-bagian sensitif Vera, seperti buah dada, pusar, sekitar liang kewanitaan dan paha. Kali iniVera seperti ular kepanasan, dia meliuk-liukkan tubuhnya menahan panas tetesan lilin. Seperti biasa, setelah puas pada bagian tubuh Vera, aku pun mengambil sebuah lilin dengan diameter yang besar dan menyalakannya.Setelah menunggu agak lama supaya lelehan lilin cukup banyak di atas lilin itu, aku kembali mengelus-elus liang kewanitaan Vera. Vera langsung berkata, "Tidakk.. jangan.. jangan Mas..", aku pun tersenyum penuh nafsu mendengar nada yang memelas itu. Tapi tetap saja lilin yang besar itu kumiringkan di atas liang kewanitaan Vera, Vera berusaha mengelak dengan menggeser pantatnya, "Pintar juga dia", pikirku, tapi karena lelehan lilin ini masih banyak, dengan leluasa aku "menaburkan" tetesan-tetesannya ke liangkewanitaannya. Tak ayal bagaikan lahar panas tetesan tersebut mengalir ke liang kewanitaan Vera dan mungkin ke dalamnya. "Errgghh.." gumam Vera, dia langsung menggoyang-goyangkan pantatnya dan menengadahkan kepalanya menahan panas dan sakit, dengan mulutnya yang menggigit rapat dan matanya terpejam erat. Kemudian kucoba untuk memasukkan sebuah lilin kecil ke anusnya, sulit sekali karena anusnya begitu rapat, aku memasukkan jariku terlebih dahulu dan menggesek-geseknya agar anusnya membesar. "Aduh.. aduh.." ucap Vera, tapi aku tidak peduli, setelah anusnya membesar mulai kutancapkan sebuah lilin di anusnya. Dan ide cemerlangkumuncul lagi, kunyalakan lilin yang menancap itu dan setelah cukup lama, kutiup apinya dan kubalik, jadi yang menancap adalah bagian yang barusan menyala. "Jess.." bunyi panas lilin bercampur dengan cairan yang keluar dari anus Vera. Tentu saja Vera menggeliat kesakitan, pantatnya dibentur-benturkannya ke meja seakan ingin melepaskan lilin yang menancap di anusnya. Aku tersenyum senang sambil kumasuk-keluarkan lilin tadi di anus Vera. Karena sudah puas menyiksa Vera, aku kasih kesempatan kepada teman-temanku untuk menyetubuhinya. Teman-temanku begitu gembira, mereka langsung beraksi, sementara aku melihat pertunjukkan ini dengan kepuasan total. Mereka melepas ikatan Vera yang sudah tidak berdaya itu, lalu tubuhnya dibalik dan pantatnya ditarik ke atas sehingga dalam posisi menungging. Aku melihat Vera diam saja,mungkin dia sudah capai dan pasrah serta tidak punya harapan hidup lagi. Wajahnya yang cantik terlihat sangat lesu dan seolah-olah siap diperlakukan apa saja. Dodot dengan tubuhnya yang besar mulai membuka celana dan melakukan penetrasi, langsung sodomi. Vera membelalak tak menyangka bahwa ada benda sebesar itu yang harus masuk ke anusnya. Belum selesai dia "menikmati" penderitaankarena ulah Dodot, Aguk langsung menyelinap ke bawah tubuh Vera dan berusaha memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaan Vera. Vera melolong kesakitan karena anus dan liang kewanitaannya yang sudah lecet dan perih terkena sabetan ikat pinggang dan tetesanlilin, masih harus bergesekan dengan batang kemaluan teman-temanku. Tubuhnya terguncang ke depan berulang-ulang setiap kali Dodot dan Aguk menghunjamkan batang kemaluannya. Payudaranya berguncang keras persis di atas wajah Aguk yang dengan penuh nafsu meremas sekuatnya. Masih tersiksa dengan keadaan begitu, Bimo mengeluarkan kepunyaannya dan minta dikaraoke oleh Vera. Rintihan Vera menjadi tersendat-sendat karena tersedak dan batuk, Bimo bukannya kasihan malahan dia semakin terangsang sehingga dia menghunjamkan batang kemaluannya ke mulut dan tenggorokan Vera berulang-ulang. Aku tersenyum saja melihat kelakuan teman-temanku yang brutal, lalu kudekati Vera sambil berkata, "Vera.. punggungmu masih muluslho.. aku cambuk ya.." Karena tidak mungkin menggunakan pecut dan ikat pinggang sebab bisa mengenai Aguk yang berada di bawah tubuh Vera, maka aku menggunakan rotan yang tadi sebagai pegangan untuk pecut, rotan ini ujungnya memecah sehingga sangat cocok untuk menimbulkan rasa sakit. Segera kuraih rotan itu dan kupukulkan berulang-ulang ke punggung Vera. Tubuh Vera terlihat menggelinjang dan menggeliat seiringdengan hujaman-hujaman yang diberikan oleh Dodot, Aguk dan Bimo serta siksaan cambukan rotan dariku. Dodot yang melihat punggung Vera terkena pukulan rotanku sangat terangsang dan segera memuntahkan maninya ke liang dubur Vera, lalu dia pun mencabut batang kemaluannya. Karena pantatnya kosong, atau tidak ada orang, aku pun dengan leluasa memukul pantatnya dengan rotan. Kulihat Vera sangat menderita, pantat yang baru saja dimasuki paksa oleh Dodot masih harus menerima siksaan rotanku. Giliran Bimo yang ejakulasi, maninya langsung menyemprot ke tenggorokan Vera, membuatnya menjadi sulit bernafas dan seperti mau muntah. Melihat begitu semakin keras kupukulkan rotan ke pantatnya, bahkan ke belahan pantatnya. Tiba-tiba Vera lunglai, kelihatannya dia tak tahan lagi menerima siksaan kami, dia pingsan. Aguk yang belum selesai masih terus melakukan aksinya, sehingga tubuh Vera yang pingsan itu terguncang-guncang ke sana ke mari, akhirnya Aguk pun mencapai puncaknya dan menyemprotkan air maninya di dalam liang kewanitaan Vera yang masih pingsan. Aku sendiri sudah merasa puas dengan balas dendamku ini. Kami berempat tertawa dan puas. Kami lalu membawa tubuh Vera untuk di"buang", sebetulnya kami ingin menyimpannya untuk kenikmatan sehari-hari tetapi terlalu beresiko. Akhirnya tubuh Vera kami lempar di depan plaza tempat dia bekerja. Aku tersenyum puas karena sudah memberi pelajaran kepada SPG yang sombong itu, tapi dalam hati aku merasa ketagihan untuk menyiksa SPG yang lain, kusampaikan ini ke teman-temanku danmereka semuanya setuju untuk suatu waktu menculik dan menyiksa SPG yang lain.

Ibu Rini

Aku termasuk pria yang paling suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Itu mulai dari umurku yang ke-30, sekarang umurku sudah mencapai 37. Memang tidak semua wanita yang lebih tua termasuk kesukaanku. Karena aku paling senang melihat yang terutama kulitnya berwarna kuning langsat. Apalagi ibu-ibu yang kerut mukanya tidak kalah dengan anak perawan saat ini. Ada kemungkinan biasanya mereka paling teratur merawat badan mulai dari minum jamu hingga luluran. Sebulan yang lalu aku pergi kerumah sepupuku Ary di daerah Bogor, kebetulan rumahnya berada didalam gang yang tidak bisa masuk mobil. Jadi mobilku aku parkir di depan gang dekat sebuah salon. Setiba dirumah Ary, aku disambut oleh istrinya. Memang istri si Ary yang bernama Sandra 30 tahun memang dikategorikan sangat sexy, apalagi dia hanya mengenakan daster. "Mas Ary sedang ke Pak RT sebentar Mas, nanti juga balik," sapa si Sandra. "Oh ya.." jawabku singkat. Aku disuruh duduk diruang tamu, lalu dia kembali dengan satu cangkir the manis, karena kursi diruang tamu agak pendek, maka dengan tidak sengaja aku dapat melihat persis sembulan kedua belah dada si Sandra yang tidak mengenakan BH. Wach pagi-pagi sudah dibuat pusing nich pikirku. Tapi aku hilangkan pikiranku jauh-jauh, karena aku pikir dia sudah termasuk keluargaku juga. Akhirnya setelah Ary tiba, kami bertiga ngobrol hingga sore hari. Lalu aku izin untuk menghirup udara sore sendirian, karena akuakan nginap dirumah si Ary hingga besok pagi. Aku berjalan kedepan gang sambil melihat mobilku, apakah aman parkir disana. Setelah melihat mobil aku mampir ke salon sebentar untuk gunting rambut yang kebetulan sudah mulai panjang. Disana aku dilayani olehseorang ibu, umur kurang lebih 40-45 tahun, kulit kuning langsat, body seperti layaknya seorang ibu yang umurnya seperti diatas, gemuk tidak, kurus tidak, sedangkan raut mukanya manis dan belum ada tanda-tanda keriput dimakan usia, malah masih mulus, sayarasa ibu tsb sangat rajin merawat tubuhnya terutama mukanya. "Mas mau potong rambut atau creambath nich," sapa ibu tersebut. "Mau potong rambut bu" jawabku. Singkat cerita setelah selesai potong rambut ibu tersebut yang bernama Rini menawarkan pijat dengan posisi tetap dibangku salon.Setelah setuju sambil memijat kepala dan pundak saya, kami berkomunikasi lewat cermin di depan muka saya. "Wach pijatan ibu enak sekali" sapaku. "Yach biasa Mas, bila badan terasa cape benar, memang pijatan orang lain pasti terasa enak" jawabnya. "Ibu juga sering dipijat kalau terlalu banyak terima tamu disalon ini, soalnya cape juga Mas bila seharian potong/creambath rambut tamu sambil berdiri" jawabnya lagi. "Sekarang ibu terasa cape enggak" tanyaku memancing. "Memang Mas mau mijitin ibu" jawabnya. "Wach dengan senang hati bu, gratis lho.. kalau enggak salah khan biasanya bila terlalu lama berdiri, betis ibu yang pegal-pegal, benar enggak bu?" pancingku lagi. "Memang benar sich, tapi khan susah disini Mas" jawab Bu Rini sambil tersenyum. Naluriku langsung berjalan cepat, berarti Bu Rini ini secara tidak langsung menerima ajakanku. Tanpa buang-buang waktu aku berkata "Bu, ibu khan punya asisten disini, gimana kalau aku pijit ibu diluar salon ini?" pancingku lagi. "Mas mau bawa ibu kemana?" tanya Bu Rini. "Sudahlah bu.. bila Bu Rini setuju, saya tunggu ibu dimobil di depan salon ini, terserah ibu dech mau bilang/alasan kemana ke asisten ibu" Ibu Rini mengangguk sambil tersenyum kembali. Singkat cerita kami sudah berada didalam hotel dekat kebun raya Bogor. Ibu Rini mengenakan celana panjang, dengan baju terusan seperti gamis. Aku mempersilahkan Bu Rini telungkup diatas tempat tidur untuk mengurut betisnya, dia mengangguk setuju. "Enggak nyusahin nich Mas" "Tenang saja bu, enggak bayar koq bu, ini gratis lho." jawabku. Lalu aku mulai mengurut tumit ke arah betis dengan body lotion. Celana panjang Bu Rini aku singkap hingga ke betisnya, tapi karena paha Bu Rini terlalu besar ujung celana bagian bawah tidak bisa terangkat hingga atas. Ini dia kesempatan yang memang aku tunggu. "Bu maaf nich, bisa dibuka saja enggak celana ibu masalahnya nanti celana ibu kena body lotion, dan aku memijatnya kurang begituleluasa, nanti ibu komplain nich" Kulihat Bu Rini agak malu-malu saat membuka celana panjangnya, sambil langsung melilitkan handuk untuk menutupi celana dalamnya.Lalu aku mulai memijit betis beliau dengan lotion sambil perlahan-lahan menyingkap handuknya menuju pahanya. Kulihat dari belakang Bu Rini hanya mendesah saja, mungkin karena terasa enak pijitanku ini. Saat mulai memijit pahanya body lotion aku pergunakanagak banyak, dan handuk sudah tersingkap hingga punggungnya. Aku mulai renggangkan kedua kaki Bu Rini, sambil memijat paha bagian dalam. Tampaknya Bu Rini menikmatinya. Tanpa buang waktu dalam keadaan terlungkup aku menarik celana dalam Bu Rini ke bawah sambil berkata "Maaf Bu yach". Dia hanya mengangguk saja sambil terpejam matanya, mungkin karena Bu Rini sudah mulai terangsang saat aku pijit pahanya dengan lotion yang begitu banyak. Wow kulihat pantat Bu Rini tersembul dengan belahan ditengahnya tanpa sehelai rambut yang mengelilingi vagina ibu tersebut. Aku mulai lagi memijit paha bagian atas hingga ke pantatnya dengan menggunakan kedua jempolku. Kutekan pantat Bu Rini hingga belahannya agak terbuka lebar, dengan sekali-kali aku sapu dengan keempat jariku mulai dari vagina ke atas hingga menyentuh lubang anusnya. "Och.. Och.." Hanya itu yang keluar dari mulut Bu Rini, rupanya dia mulai sangat amat terangsang, tapi dia type yang pasif, hanya menerima apayang akan diperbuat kepadanya. Aku mulai nakal, kulumuri kelima jariku dengan lotion lalu aku mulai sapu dari anus hingga kebawah ke arah vagina ibu Rini dan diimbangi dengan makin naiknya pantat Bu Rini. "Och.. Och.. Mas teruskan Mas.. Och.." Pelan-pelan kumasukan jari telunjuk dan tengah ke dalam vaginanya, lalu kukocok hingga mentok kedinding bagian dalam vagina, sambil perlahan-lahan jempolku menekan lubang anus Bu Rini. Kulihat Bu Rini agak meringis sedikit, tapi tetap tidak ada sinyal menolak. Jempolku sudah masuk ke dalam anus Bu Rini, perlahan-lahan sambil kulumuri agak banyak body lotion kukocok juga lubang anusBu Rini, hingga sekali tekan jempolku masuk ke lubang anus, sedangkan jari telunjuk dan tengah masuk ke vaginanya, dan aktifitas itu aku lakukan hingga 3 menit. Dan kulihat Bu Rini sudah tidak lagi meringis tanda kesakitan disekitar lubang anusnya, tapi sudah terlihat diwajahnya rasa kenikmatan, meskipun matanya terus terpejam hanya beberapa kali tersengah. "Och.. Och.." Setelah itu aku jilat kuping Bu Rini dengan lidahku sambil berbisik. "Aku masukan yach Bu kontolku" Ibu Rini hanya mengangguk setuju tanpa membuka matanya. Lalu aku buka seluruh pakaianku, lalu aku ganjel perut Bu Rini dengan bantal yang kulipat, supaya pantat dan lubang vaginanya agak menguak ke atas. Lalu aku masukan kontolku ke dalam vagina Bu Rini dan kukocok hingga 15menit, lalu kulihat lendir putih sudah mulai keluar dari lubang vagina Bu Rini. Rupanya Bu Rini sudah mencapai klimaks hingga mengeluarkan pejunya duluan, lalu aku seka dengan handuk dan kuayun kembali kontolku hingga 15 menit kemudian, hingga Bu Rini mencapai klimaks yang kedua kali. Sedangkan kontolku makin tegang saja tanpa isyaratakan memuncratkan peju. Karena sudah pegal juga pinggangku, aku ambil body lotion kulumuri anus Bu Rini sambil kubuka lubang anus tersebut hingga masuk ke dalam, lalu aku pelan-pelan menekan ujung kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Rini. "Och.. Pelan-pelan Mas.." Bu Rini mengeluh. Terus kutekan kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Rini, lalu pelan-pelan aku cabut kontolku. Memang kontolku terasa amat terjepit oleh lubang anus Bu Rini, ini membuat aku mulai terangsang. Kutekan lagi kontolku ke dalam lubang anus Bu Rini, dan pelan-pelan mulai kukocok lubang anus Bu Rini dengan kontolku ini sambil melumuri body lotion supaya lubang anus Bu Rini tidak lecet, terus kulakukan aktifitas ini hingga 5menit dan tiba-tiba peju dikontol mulai mengadakan reaksi ingin berlomba-lomba keluar. Lalukucabut kontolku, dan kulepaskan seluruh pejuku bertebaran diatas sprei. Setelah itu Bu Rini langsung membersihkan badannya kekamar mandi, lalu kususul Bu Rini di kamar mandi yang sudah tanpa sehelaipun benang ditubuhnya, lumayan bodynya cukup montok, tetenya sudah agak kendur tapi masih menantang seperti buah pepaya yang masihtergantung dipohon, perutnya juga sudah mulai ada lipatan lemaknya, tapi tetap enak dipandang, karena memang warna kulitnya seluruhnya kuning langsat. Lalu aku bantu Bu Rini saat hendak memakai sabun ditubuhnya, demikian juga aku dibantu juga oleh Bu Rini. Setelah selesai mandi kontolku mulai bangun kembali, lalu kuminta Bu Rini untuk main kembali, Bu Rini memberikan isyarat ok. Dankusuruh Bu Rini duduk dikursi tanpa mengenakan pakaian selembarpun, kuangkat kedua kakinya ke atas dengan posisi mengangkang lalu kusuruh Bu Rini memeluk kakinya kuat-kuat, lalu aku jongkok dan mulai menyapu vagina Bu Rini dengan lidahku, sambil jari telunjukku ikut masuk ke dalam vagina bagian bawah sambil mengocoknya. Disini Bu Rini tampak mendesah agak keras. "Och.. Och.. Och.. Masukan saja Mas.. Aku enggak kuat" Tanpa buang waktu lagi karena memang kontolku mulai keras kembali, kutekan kontolku ke dalam lubang vagina Bu Rini kembali sambil setengah berdiri, sedangkan kedua kaki Bu Rini sudah bersandar di depan bahuku, terus kusodok vagina Bu Rini dengan kontolku, hingga 30 menit lebih aku belum bisa juga mengeluarkan pejuku. Lalu kuminta Bu Rini untuk mengisap kontolku supaya cepat keluar pejuku ini. Kedua kakinya kuturunkan lalu aku memegang kedua pipinya ke arah kontolku, lalu aku memasukan kembali kontolku ke dalam mulut BuRini, disini kulihat Bu Rini mengimbangi dengan isapan serta air liurnya yang mulai menetes dari mulutnya untuk membuatku cepatmencapai puncak. Memang benar-benar lihai Bu Rini, sebelum mencapai waktu lima menit aku sudah tidak tahan lagi menahan pejuku muncrat didalam mulutnya. Setelah itu kami berdua membersihkan diri kembali kekamar mandi, lalu kami kembali ke salon Bu Rini. Sebelum keluar dari mobil, aku sempat berbisik kepada Bu Rini. Memang yang lebih tua, sangat paham dalam pengalaman dalam hal ini dibanding dengan yang masih muda. Bu Rini hanya tersenyum manis saja, sambil turun dari mobilku dan kembali masuk ke dalam salonnya.