blog visitors

Jilbab Penuh Nafsu

Namaku Iwan , pegawai sebuah instansi dan mendapat tugas sebagai penanggung jawab IT di tempatku bekerja. Kisah ini dimulai pada tahun 1998 antara aku dan rekan kerjaku yang ber****** lebar yang akhirnya tanpa dapat kami tolak menjadi sepasang kekasih yang terlarang.
Namanya Fitria, berusia 28 tahun, sudah bersuami dan mempunyai seorang putri yang lucu berusia 3 tahun. Wajahnya manis khas orang jawa dengan tubuh yang berbalut baju longgar dan ber****** lebar. Tutur katanya halus , lembut dan merdu membuat lawan bicaranya betah berlama-lama ngobrol dengannya walalupun Fitria selalu menjaga pandangan matanya apabila dia bicara dengan lawan bicara terlebih bila lawan bicaranya adalah kaum lelaki. Fitria adalah rekan kerjaku yang baru ditempatkan di tempatku bekerja di kota Sumedang sedangkankan rumahnya di Bandung bersama orangtuanya sehingga putrinya yang lucu tersebut diasuh oleh neneknya apabila dia bekerja, dan suaminyapun kerja di Bandung sebagai seorang konsultan kunstruksi.
Awalnya perkenalan kami hanya sebatas rekan kerja dan aku tak berani macam-macam padanya karena dari ****** yang Fitria gunakan menunjukkan bahwa Fitria adalah seorang wanita solehah yang sangat menjaga kehormatan dirinya.

Sebenarnya akupun dari Bandung dan keluargaku ada di Bandung, tapi aku lebih sering tidur di kantor karena malas kalau harus tiap hari pulang pergi Bandung-Sumedang.
Bulan-bulan pertama Fitria bekerja dia masih menggunakan kendaraan umum baik itu mikrolet ataupun bus untuk pulang pergi Bandung-Sumedang, sehingga ia mempunyai beberapa kenalan yang bekerja di tempat lain tapi masih di Sumedang dan rumah di Bandung sehingga Fitria dan beberapa temannya ikut numpang kepada salah seorang temannya yang memiliki kendaraan pribadi dengan biaya bensin dibayar patungan.

Berhubung tempat kerja teman-temannya itu berbeda sehingga waktu pulangnya tidak bersamaan kebetulan di tempat kami waktu pulangnya adalah jam 2 siang sedangkan waktu pulang teman-temannya adalah jam 3 dan bahkan sampai jam 3.30 sore, maka Fitriapun harus menunggu di kantor kami selama satu atau satu setengah jam sampai teman-temannya menjemputnya pulang bersama.
Disinilah cerita itu bermula….

Sambil menunggu teman-temannya datang menjemput biasanya aku temani Fitria sambil ngobrol ngalor ngidul mengisi waktu di sebuah ruangan yang biasa di pake rapat karyawan karena posisi jendelanya menghadap ke jalan raya sehingga jika teman-temannya datang dan membunyikan klakson mobil kami mengetahuinya. Ruangan rapat ini letaknya bersebelahan dengan ruangan kerjaku dan dari ruangan kerjaku ini ada pintu yang menghubungkan ke ruangan rapat.
Isi obrolan biasanya adalah menceritakan kebahagiaan rumah tangga masing-masing, betapa Fitria sangat mencintai suami dan anaknya, demikian pula aku yang telah memiliki dua anak laki-laki yang lucu-lucu. Tak jarang sambil menunggu teman-temannya, Fitria menemaniku di ruang kerjaku ketika aku menyelesaikan tugas-tugas di komputer.

Pada suatu hari Fitria mengatakan bahwa suaminya ditugaskan di daerah Tidore Maluku Utara sehingga dimulailah hari-hari tanpa kehadiran suami di rumah. Tapi selama itu belum terjadi apa-apa diantara kami. Dan aku masih setia menemaninya menunggu teman-temannya datang menjemput. Dan isi obrolan sudah bertambah dengan kerinduannya terhadap kehangatan pelukan suami pada saat kesendiriannya dimalam hari dan gairah dalam dirinya sedang muncul, tapi semua itu tetap Fitria sampaikan dalam bahasa yang santun, tidak binal apalagi menggoda. Dan semua kerinduan dan kegairahan dia tumpahkan pada suaminya setiap suaminya pulang sebulan sekali.

Ketika kami sedang menunggu jemputan, Fitria bercerita bahwa teman seperjalanannya sudah berani berbicara yang isinya nyerempet-nyerempet ke arah yang berbahaya misalnya menanyakan bagaimana menyalurkan kebutuhan biologisnya pada saat suaminya tidak ada, dan kadang-kadang dia suka cerita tentang ketidak puasan terhadap istrinya dan obrolan-obrolan lain kadang-kadang berisi rayuan, tapi masih dalam sebatas ucapan tidak dalam tindakan yang kurang ajar. Hal ini dilakukan jika mereka hanya berdua sedangkan yang lain tidak ikut. Dan Fitria meminta pendapatku apa yang harus dilakukan. Kubilang ‘ngga usah ditanggapi atau alihkan saja topik pembicaraan, nanti juga dia akan mengerti bahwa kamu tidak terpancing oleh obrolannya dan selama dia masih bertingkahlaku wajar tidak perlu dihentikan kesempatan pulang bareng. Fitria menerima saranku.

Dari kejadian itu Fitria sering tukar pendapat dengan dalam berbagai hal dan dia merasa cocok ngobrol denganku, bahkan akhirnya Fitria sering juga cerita hal-hal pribadi rumahtangganya yang seharusnya tidak dia ceritakan ke orang lain dan akupun melakukan hal yang sama. Sehingga akhirnya kami menjadi semakin dekat dan dalam diriku muncul kerinduan pada Fitri jika sehari saja tidak bertemu dengannya dan hal ini secara iseng pernah aku katakan padanya dan diapun menjawab bahwa diapun merasakan hal yang sama sehingga dia berkata padaku apakah yang dia rasakan ini salah. Dan aku meyakinkan padanya bahwa yang kami rasakan itu adalah rasa persahabatan yang semakin akrab dan suatu hal yang wajar jika diantara sahabat yang akrab muncul rasa rindu yang mendalam jika tidak bertemu dan Fitriapun menyetujuinya.

Pada suatu hari, Ketika aku sedang mengerjakan tugas-tugas yang harus aku selesaikan di komputer, sambil menunggu teman-temannya datang, Fitria bertanya padaku: “Wan, isi komputermu apa saja ? pasti banyak hal-hal yang berbau porno yach?”. Kujawab sambil malu-malu “Biasa lah laki-laki…” Tapi Fitri tidak bertanya lebih lanjut.
Dan selanjutnya aku berkata padanya “Fit, sebenarnya aku tidak begitu suka dengan gambar-gambar porno, aku lebih suka dengan cerita-cerita dewasa yang banyak terdapat di internet, bagiku menbaca cerita lebih cepat terangsang dibandingkan dengan melihat gambar gambar atau menonton film porno. Aku biasa mendownload cerita-cerita porno dari internet kemudian aku cetak dan aku baca di malam hari pada saat aku jauh dari istriku. Dengan demikian berahiku akan tersalurkan.”

Fitria memandangku dengan pandangan menyelidik dan berkomentar “Ach… yang benar ? “
“Swear..” jawabku. Lalu kuambil sebuah cerita yang sudak kucetak rapih mirip sebuah novel dengan isi cerita yang tidak vulgar tetapi isinya sangat menghanyutkan dan sangat merangsangku sehingga aku tak bosan-bosan membacanya.
Dan kuserahkan padanya sambil berkata “Kalau tak percaya…, nich baca ! tapi jangan dibaca disini, bahaya…. bawa pulang aja dan baca di rumah malam-malam sambil tiduran membayangkan suamimu”

Dengan ragu-ragu dia memandangku…

“Ayo… ambil, nggak ada yang tahu ini…lagi pula ini khan hanya bacaan dan nggak ada gambarnya pula..”
Akhirnya dengan ragu Fitria menerima cerpen itu dariku. “Awas ya… kutunggu komentarmu..”

Keesokkan harinya, setelah jam pulang dengan tergesa-gesa Fitria menghampiriku seperti ada sesuatu yang ia tahan-tahan ingin segera ia tumpahkan padaku.

“Wan…, bener katamu. Aku sampai nggak tahan menahan rangsangan akibat bacaan ini…..Wuihhh gila isinya merangsang banget “ katanya sambil malu-malu, maklum cewe ber****** yang biasanya segala tingkahlakunya selalu dia kontrol.
“Lalu … kalau Fitria sampai sudah ‘nggak tahan, ngapain atuh setelah baca cerita itu ?” Tanyaku penuh selidik dan rasa ingin tahu tentang bagaimana caranya cewe ber****** mengendalikan berahi apabila sudah sangat terangsang dan tak ada tempat penyaluran..
“Ya… terpaksa Wan, aku pegang-pegang sendiri sampai aku melayang-layang dan akhirnya sampai dech ke puncak..”
“Kok bisa sampai begitu…. Kamu khan ber******?” tanyaku heran
“Wan…, walaupun aku ber******, aku tetap manusia biasa yang memiliki rasa berahi karena nafsu berahi itu adalah anugrah yang diberikan oleh Tuhan kepada seluruh manusia.” Jawabnya.
“Oh… begitu “ jawabku..

Sejak saat itu Fitria sering aku berikan cetakan-cetakan cerita dewasa yang aku download dari internet dan dia membacanya dirumahnya. Sehingga pada suatu hari pada saat aku belum mencetak cerita yang baru, aku berkata padanya,

“Fit…, udah baca langsung aja di komputer, aku belum sempat mencetaknya…nich, lagi pula lumayan menghabiskan waktu satu jam menunggu dengan baca cerita..”

Karena Fitria sudah sangat akrab denganku dia setuju aja dan duduk di hadapan komputerku membaca cerita. Pada saat itu masih banyak orang yang belum bisa menggunakan komputer termasuk salah satunya adalah Fitria dan Dia berkata “Wan.. jangan jauh-jauh donk…beritahu bagaimana cara menggunakan mouse dan bagaimana cara memindahkan halaman demi halaman..”
Maka dengan ragu-ragu aku berdiri tepat dibelakangnya memberi petunjuk. Dan karena Fitria masih belum lancar menggunakan mouse akhirnya tanganku berada diatas tangannya yang memegang mouse dengan tujuan memberi petunjuk.

Seerrr… serasa aliran darahku mengalir cepat ketika tanganku menyentuh tangannya..Ouhh.. halusnya. Fitria secara reflek menepis tanganku.. tapi dia sadar bahwa tanganku tidak bermaksud kurang ajar, hanya membantu menggerakkan mouse dan melakukan klik atau drag , walaupun nampaknya dia merasa risih jika tangannya bersentuhan denganku.
Fitria mulai membaca cerita paragraf demi paragraf dan terlihat tidak risih lagi bersentuhan kulit tangan denganku bahkan kadang-kadang tangannya yang berada diatas tanganku. Akupun turut membaca cerita yang tertera di monitor. Kebetulan cerita tersebut menceritakan kisah perselingkuhan yang kondisinya mirip dengan kondisi kami saat itu sehingga nampaknya Fitria sudah mulai terangsang. Hal ini dapat kurasakan pegangan ke tanganku yang kurasa lain seperti mengelus-ngelus, kemudian kudengar deru napasnya yang terasa berat serta badannya sudah mulai berkeringat.
Akupun sebenarnya mengalami hal yang sama, terangsang berat. Tapi bagaimana caranya dapat melakukan dengan Fitria yang aku hormati karena kealimannya.
Sebenarnya sejak Fitria sering curhat padaku, dihatiku sudah timbul rasa suka dan sayang padanya. Bukan rasa sayang sebagaimana layaknya sahabat tapi lebih dari itu rasa sayang terhadap seorang kekasih. Sering aku membayangkan betapa nikmatnya dapat tidur bersama dengannya. Tapi bayangan itu selalu kutepis dan kujawab tak mungkin seorang cewe ber****** melakukan perselingkuhan, apalagi sampai melakukan hubungan sex. dengan orang lain selalin dengan suaminya.

Dan pada saat seperti ini, nampaknya keinginanku seperti diberi jalan. Ketika seolah-olah tanpa sengaja bibirku menempel kekepalanya yang terhalang oleh ****** dia diam saja. Dan ketika pipiku kudekatkan ke pipinya seolah-olah ingin membaca tulisan yang terdapat dimonitor diapun diam saja dan ketika tangannya yang memegang mouse aku beri remasan lembut terlihat bahwa Fitria memejamkan mata seolah-olah menikmati dan angannya telah melayang akibat cerita yang sedang dibaca dan ia bayangkan.

“Ouhh …” tanpa sadar Fitria melenguh..

Kulihat tangan kiri Fitria sudah mulai gelisah, terkadang bergerak kearah selangkangan dan terkadang bergerak ke arah buah dadanya yang terhalang oleh ****** lebar dan baju longgar yang ia kenakan.
Aku mulai berpikir, ternyata yang Fitria katakan benar tentang rangsangan akibat membaca cerita porno pada dirinya sedemikian hebat sehingga membuat Fitria tidak bisa menguasai dirinya. Akupun yang sudah terangsang mulai memegang dan meremas tangan kirinya dan Fitri memejamkan matanya.

Dengan berdebar-debar dan perasaan takut dimarahi. Aku mulai mencium pipinya dari belakang dan Fitria tetap memejamkan matanya. Dan dengan nekad aku gerakkan wajahku kehadapanya dan mencium bibirnya dengan lembut. Dia seperti yang kaget dan tetap diam.
Aku terus mengulum bibirnya…, sehingga akhirnya dengan napas memburu yang tak kusangka-sangka dia mulai membalas ciuman bibirku dengan hisapan dan jilatan yang penuh nafsu dengan mata tetap terpejam.

Hisapan dan jilatan serta permainan lidah yang disuguhkan oleh Fitria sungguh luar biasa, aku tak menyangka cewe ber****** lebar ini demikian hot dan lihai dalam berciuman. Atau memang benar bahwa sebenarnya mereka mempunyai nafsu yang besar yang mereka belenggu sehingga begitu terlepas jadi tak terkendali.

Akhirnya kami sudah tidak memperhatikan monitor komputer lagi, tapi asyik dengan kenyataan bukan hanya ada dalam cerita. Kami berciuman sangat lama, hingga badanku terasa pegal karena terlalu lama membungkukkan badan. Aku tarik badan Fitria ke atas agar dia berdiri dan aku pepetkan badanya kedinding di sebelah jendela sehingga mataku masih bisa memperhatikan keadaan di luar ruangan. Tanganku mulai meraba dan meremas buah dadanya dari luar bajunya.
Nafsu Fitria semakin menggila, beberapa kali tanpa sadar dia mengeluhkan “ouh.. ehhh..” Aku usap dan tekankan tanganku di selangkangannya yang terhalang oleh rok panjangnya dan Fitripun semakin mengeratkan pelukan padaku serta menghisap bibirku dalam-dalam dan terkadang mengigit kecil bibirku penuh gemas.

Waktu itu terlihat olehku bahwa teman Fitria sudah datang menjemput dan berkeliling-keliling di sekitar kantorku mencari Fitri sedangkan temannya yang supir membunyikan tapi klakson sebagai tanda yang jemput telah datang. Olehku Fitri tidak diberitahu karena aku yakin Fitriapun tahu bahwa temannya telah datang tapi dia membiarkannya sambil memberikan tanda padaku untuk tidak bersuara. Sehingga akhirnya teman Fitria kembali ke mobil dan meninggalkan kantorku.

Setelah mereka pergi aku pergi menuju pintu ruang kerjaku untuk mengunci dari dalam sehingga aku bisa tenang bermesraan dengan Fitria yang telah lama kunanti-nantikan.
Kembali aku menghampiri Fitria yang masih berdiri bersandar didinding dekat jendela, kemudian aku memeluknya erat-erat seraya bibirku kembali mencari bibirnya dan kamipun kembali hanyut dalam ciuman yang sangat luar biasa penuh gairah dan nafsu berahi.

Tangan kiriku mulai mencari-cari celah untuk bisa menyentuh dan meremas payudara Fitria secara langsung. Akhirnya kutemui juga beberapa kancing yang terdapat dibalik ******nya yang lebar. Setelah berhasil, langsung tanganku menyelusup ke balik branya dan menyentuh serta meremas payudara Fitria dengan gemas. Fitria seperti mendesis dan mengguman tidak jelas yang menunjukkan dia sangat menikmati permainan ini.

“Hehhh…. Sssesssst… Ouuhhhh..”

Tangan kananku mulai menarik rok panjang Fitria ke atas dan mengusap kehalusan paha Fitria secara langsung.
Ouhh halusnya… Tanganku terus keatas ke selangkangannya dan mengusap vaginanya dari luar cd-nya. Dan kurasakan cd tersebut sudah basah. Rupanya Fitria sudah sangat terangsang. Tangan kananku mulai masuk ke balik cd Fitria dan merasakan kelembutan jembut yang ada disekitar lubang vagina Fitria dan mulai menggosoknya secara teratur.
Nampaknya Fitria sudah mulai hilang kendali, pinggulnya bergoyang-goyang tak teratur. Jari tengahku mulai menekan klitorisnya. Fitria semakin menggila
“Ouh ..ouh..ouh..”

Lalu jari tengahku mulai masuk kedalah lobang yang sudah sangat basah. Ohhh baru kali ini aku merasakan lobang vagina yang benar-benar beda.. Baru oleh jari tengahku saja aku bisa merasakan bedanya vagina Fitria dari vagina istriku. Vagina Fitria seolah-olah berpasir, mirip lendir telur penyu. Dan rasa butiran pasir tersebut seperti meraba dan mencari ujung-ujung saraf yang terdapat di jari tengahku ditambah lagi dengan kedutan-kedutan yang terus memijit jari tengahku tiada henti…

Ouhhh… tak terbayangkan rasanya jika yang kumasukkan ke dalam vagina ini bukan jari tengahku melainkan penisku, tak terbayang nikmat rasanya sehingga membuat nafsuku semakin menggila…

Dipuncak kenikmatan yang dirasakan oleh Fitria. Dia mulai kehilangan kendali dengan terus mengucapkan “Auw…auw… hohhh.. aduh…. Aduh “ dengan suara yang semakin keras.
Aku khawatir…apakah jariku menyakitinya, maka aku hentikan. Dan ketika akan kucabut. Fitria menahannya dan membisikkan dengan suara mendesis dan terbata-bata “Ja…ja..jangan hentikan.. aku sedang melayang… please…ouh…ouh…ouhhhhh…”
Aku semakin khawatir kalau suaranya dapat didengar oleh pesuruh kantor yang kadang-kadang suka berkeliling. Maka kubisikan sesuatu “ Fit…, aku khawatir eranganmu terdengar orang lain.. bisa berabe…Kita cari hotel saja di sekitar kota Sumedang ?”
Dia memandangku dengan pandangan yang tak rela tapi dapat memahami kekhawatiranku dan mengangguk setuju. Maka kuhentikan kegiatanku dan dia merapihkan ******, baju dan roknya dengan tergesa-gesa seperti orang yang ketagihan sesuatu dan tak dapat ditahan.
Sambil melihat kekiri dan kekanan dan bertingkah seperti tidak terjadi sesuatu, kami segera menuju motorku di tempat parkir dan segera keluar dari kantor. Tapi sebelumnya Fitria menuju ke ruangan telepon untuk memberitahu ibunya bahwa ia tidak bisa pulang dengan alasan ada pengarahan dari bupati di pendopo malam ini. Untung tidak ada yang melihat, karena sebagian besar rekan kerjaku telah pulang tinggal beberapa orang saja yang belum pulang.
Selama perjalanan diatas motor, tangan Fitria dengan liar meraba-raba disekitar selangkanganku dan terkadang meramas-remasnya dengan gemas namun lembut membuat diriku melayang-layang kenikmatan.

Sekitar jam lima sore kami telah tiba di hotel dan segera menuju resepsionis. Resepsionis tidak curiga pada kami karena melihat Fitria yang mengenakan ****** yang lebar dengan baju longgar dan rok panjang. Dan mereka dengan yakin menganggap kami sebagai pasangan suami istri yang kemalaman di kota Sumedang. Karena pada saat itu waktu telah menunjukan jam lima sore. Dan kami segera diberi kunci ruangan di lantai dua dengan balkon yang dapat melihat pemandangan alam Sumedang yang indah.

Begitu masuk kamar dan mengunci pintu, rupanya Fitria sudah tidak sabar lagi dan nampaknya nafsu birahinya yang meluap-luap di kantor tadi belum juga reda… sehingga langsung menyerangku yang masih dalam kedaan berdiri..
“Wan …ouh…Wan…ouh…” ucapnya dengan napas memburu langsung mencium bibirku dan menghisap bibirku dalam-dalam penuh nafsu dan kenikmatan. Tangannya meraba-raba badanku dan mulai menbuka kancing bajuku satu persatu dan begitu terbuka langsung dia singkapkan bajuku dan jilati dagu, leher, menyusuri dadaku dengan lidahnya dan mempermainkan putting susuku dengan lidah dan bibirnya dengan cara dan rasa nikmat yang tak pernah kubayangkan.
Tak pernah kubayangkan seorang cewe ber****** lebar dengan pakaian longgar yang menutupi seluruh tubuhnya dengan penuh nafsu birahi dan kenikmatan sedang memberikan kenikmatan kepadaku sedemikian hebatnya, membuat penis sangat tegang dan keras dibalik celanaku yang masih terpasang dengan lengkap.

Akupun membuka bajuku yang sudah tak terkancing dan melemparkannya, kemudian tanganku mulai membuka kancing bajunya satu persatu, setelah terbuka semua tampaklah sepasang gunung kembar yang sangat indah yang masih terbungkus BH kemudian kucari pengait BH tersebut dan kulepaskan sehingga nampak jelas bentuk Buah dada yang sangat indah yang tak terbungkus lagi. Buah dada cewe ber****** ini luar biasa indahnya dengan kulitnya halus dan bersih.

Tanpa membuang waktu, tangan kananku langsung mempermainkan buah dada indah sebelah kiri milik Fitria dan terkadang kupilin-pilin puting susunya sedangkan mulutku langsung menuju buah dada sebelah kanan dan menghisap-hisap serta memain lidahku diputingnya…
“ouh…Wan… ouh… “ Fitria mengerang dan badannya melenting serta kepala tertengadah ke atas sehingga hampir kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Akhirnya aku dorong dia ke arah tempat tidur sambil mulutku tetap diputing susu dan tangan kanan mempermainkan buah dada bagian kiri . Aku baringkan Fitria ke pinggir tempat tidur dengan posisi kepala di tengah dan kaki terjuntai di lantai.

Dengan gemas dan penuh kenikmatan berahi tangan , bibir dan lidahku bermain-main di kedua buah dada Fitria.
“Eeehh.. ohh.. hohhh… Wan ouh… hsssst…” erangan Fitria semakin keras. Tak terkendali .
Kedua tanganku langsung menuju ke lingkar pinggang roknya, membuka kancing, sletting dan menarik roknya kebawah hingga lepas.
Terpampanglah kaki yang putih mulus dan halus serta beraroma keringat yang sangat merangsang berahi. Kuciumi kedua kaki mulai dari betis hingga paha dengan penuh kenikmatan dan napas memburu.. Akhirnya mukaku tepat berada di depan vagina dan aku ciumi dari luar Cd-nya yang sudah sangat lembab.

Erangan Fitria semakin menggila dan pinggulnya tidak bisa diam sehingga membuat ciummanku menjadi tidak fokus. Aku semakin menggila… tanganku langsung menarik CD tersebut kebawah hingga lepas sehingga tampak vagina yang indah dengan jembut lembut mengitari lobang vagina yang berbentuk garis vertikal.

Mulutku langsung menuju ke vaginanya., namun kepalaku ditahan oleh tangan Fitria sambil berkata “jangan mencium vaginaku Wan… aku malu.. dan tak pantas. Dan belum pernah sekalipun vaginaku dicium..”

Namun aku tak mengindahkannya, dengan paksa akhirnya mulutku sampai juga ke permukaan vagina Fitria dan langsung kujilat-jilat dan kuciumi dengan nafsu..
Ouhhh…. Aroma vagina ini benar-benar membuatku melayang dan kehilangan kendali… benar-benar memabukkan. Aliran darah dan napasku semakin cepat.
Ketika lidahku mulai membelah lipatan vagina Fitria dan dan menjilati dari bawah hingga ke klitorisnya. Fitria menjerit…
“Auw…auw.. aduhhh… ouh….hehhkkkk “ napasnya seperti tercekik dan kemudian badan melenting dengan menengadahkan.

Kakinya memiting kepalaku dan kedua tangannya menekan kepalaku sekuat tenaga hingga aku tak bisa bernapas sambil berteriak
“Aaaaaauuuuwwwhhhh……….” Dan Fitria berkelojotan seperti binatang yang disembelih…
Kemudian selama beberapa detik badannya kaku dan melemah perlahan-lahan dan akhirnya terhempas…sehingga himpitan dan tekanan pada kepalakupun lepas. Rupanya Fitria baru saja mengalami orgasme yang begitu luar biasa

Kemuadian Aku berdiri dengan masih bercelana lengkap sambil memperhatikan Fitria yang masih menggunakan ****** yang bentuknya tak karuan serta baju longgarnya yang terbuka tapi belum lepas dari badannya memperlihatkan keindahan buahdadanya yang montok serta halus, mulus dan wangi.. Sedangkan bagian bawahnya sudah benar-benar telanjang memperlihatkan keindahan vagina yang masih rapat.

Jeda istirahat yang dialami oleh Fitria kugunakan untuk membuka celana panjangku sekaligus dengan celana dalamku. Sehingga akupun bertelanjang bulat dengan penis yang masing tegang dan keras, karena memang belum digunakan.
Perlahan-lahan aku menghampiri Fitria dan berbaring disisinya sambil wajahku menghadap ke wajahnya yang cantik dengan rona wajah yang sangat puas dan berbinar seolah sedang tersenyum dan mata terpejam. Kemudian matanya terbuka dan memandangku dengan sayu seraya berkata…

“Wan… barusan benar-benar luar biasa… belum pernah aku mengalami hal seperti ini sebelumnya… swear…”
“tapi Wan…. Aku belum merasakan dirimu seutuhnya … rasanya belum lengkap..” sambungnya lagi seraya tangannya merayap perlahan ke arah penisku dan mengusapnya lembut dan mengocoknya perlahan-lahan sehingga diriku melayang-layang kenikmatan..

Gila… Pikirku dalam hati…Luar biasa besar nafsu sex yang dimiliki oleh Fitria ini. Baru saja mengalami orgasme yang dahsyat, hanya dalam satu atau dua menit nafsu berahinya sudah bangkit lagi dan mulai merangsang diriku..

Fitria menarik badanku agar berada di atasnya dengan tangannya masih tetap memegang penisku. Kemudian pahanya dilebarkan dan mengarahkan penisku ke lobanga vaginanya. Akupun cepat tanggap, setelah penisku berada tepat di belahan vagina Fitria aku mulai menggerakkan perlahan. Tapi aku ingin merangsang dan menggodanya dengan cara hanya menggesek-gesek hingga ujung penisku menekan-nekan klitorisnya sambil tangan dan bibirku mempermainkan kedua buahdada Fitria.

Fitria mulai mengerang lagi…dengan suara serak dan napas memburu…
“ouh… Wan… ouhhhh…Wan…..” sambil kedua tangannya menekan-nekan pantatku. Tapi aku terus saja mempermainkannya.. sambil menikmati nikmatnya buah dada Fitria yang montok dan menggairahkan… Akhirnya Fitria mulai menjerit-jerit lagi..
“Ayo dong Wan…. Ayo… cepat… masukkan… ouh… ouh… huh… huh… “ seperti orang memelas dan menangis.

Akupun tak tega … dan sebenarnya akupun sudah tak tahan… Kumasukkan penisku ke lobang vagina Fitria yang sudah amat sangat basah berlendir.
Blesss….. mili demi mili batang penisku mulai menelusuri lobang surga milik Fitria.. hingga sampai ke pangkalnya, kemudian secara ritmis aku mulai mengocoknya perlahan-lahan dan makin bertambah cepat. Dan hal nikmat yang kurasakan tadi di kantor kualami kembali…
Lobang vagina milik Fitria ini benar-benar berlendir seperti butiran pasir. Dan butiran pasir itu demikian nikmatnya mengesek seluruh permukaan kulit penisku sehingga membuat setiap ujung syarat penisku mendapat sentuhan kenikmatan yang sangat luar biasa yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Ditambah lagi dengan dinding vagina Fitria yang terus menerus berkedut seolah meremas-remas seluruh batang dan kepala penisku. Betul-betul sangat luar biasa nikmat. Sehingga tanpa sadar aku berucap..

“Aduuhhh Fit… Aduhh fit ouhhh ouhhhh…”
“Kenapa… Wan, Ada yang salah…? “ tanyanya khawatir karena ucapanku terdengar olehnya.
“Bu…bukan….ta..ta.. tapi … sangat enakkkkkhhh … ouhhhh” Kataku terbata-bata.
Rupanya ucapanku tersebut membuatnya tersanjung dan makin bergairah.

Fitria balas menciumi dan menjilati seluruh badanku, mulai dari bibir, dagu, leher dada dan putting susuku sambil pinggulnya bergoyang dengan erotis. Tentu saja aku seolah-olah mendapat double ataupun triple kenikmatan dalam waktu yang bersamaan sehingga aku melayang-layang tanpa terkendali
Tiba-tiba Fitria menghentakkan badannya sehingga aku terbanting ke pinggir dan dia beralih berada diatasku tanpa penisku terlepas dari vaginanya, luar biasa jurus yang dimiliki oleh Fitria ini..

Badannya dirapatkan dengan badanku sehingga buah dadanya yang montok berhimpitan dengan dadaku dan kedua tangannya dibelakang punggungku dan meraih kedua pundakku seperti orang yang sedang melakukan olah raga angkat badan. Kemuadian pantatnya dengan lincah bergerak keatas-kebawah sehingga vaginanya mengocok-ngocok penisku. Badannya terguncang-guncang maju mundur di atas badanku sehingga buah dadanya bergesekan dengan dadaku dan kenikmatan seperti ini baru pertama kali juga aku merasakannya

“Ouh.. huh.. huh.. “ napaskupun tersengal-sengal menahan guncangan dan himpitan badannya serta menahan kenikmatan yang terlukiskan..
Namun, tiba-tiba gerakannya semakin cepat tak terkendali hingga tanpa sadar ******nya telah menutupi wajahku dan dengan tergesa-gesa ditarik hingga terlepas dan ia lemparkan sambil terus bergerak mengocokku dan menjerit-jerit menahan nikmat, hingga akhirnya dengan mata yang menutup rapat dan gigi yang terkatup rapat sambil menghisap dadaku, badannya kaku dengan pantat yang ditekankan dalam-dalam ke bawah hingga penisku menekan jauh kedalam vaginanya dan kaki yang terbujur lurus kaku. Fitria terdiam kaku beberapa detik yang diakhiri dengan berkontraksinya vagina dengan kedutan yang berulang-ulang dan keras memijit-mijit penisku disertai dengan siraman-siran khas yang kurasakan diseluruh batang dan kepala penisku…

“Ouhhhh.hhh hkkkk……” napasnya tercekik beberapa saat dan kemudian perlahan-lahan badannya melemas di atas tubuhku…
Dengan napas yang masih tersengal-sengal kecapaian Fitria berbisik ditelingaku
“Ini adalah the second amazing moment bagiku…. Benar-benar.. very excelent…”
Lalu sambungnya. “Wan…kamu belum yah… sambil mencium bibirku…?”
Aku hanya tersenyum menahan nikmat sambil merasa bangga di dalam hati diperlakukan seperti itu oleh Fitria yang cantik bak bidadari ini.

Aku membalas mencium bibirnya dan menghisap dalam-dalam dipadukan dengan mempermainkan lidah mengulas permukaan bibirnya dan tangan yang mengusap-ngusap punggungnya yang basah oleh keringat. Dan terkadang tanganku ke depan dadanya untuk meremas buahdadanya yang menempel erat dengan dadaku.
Rupanya nafsunya sudah mulai naik lagi… hal ini kurasakan dengan gerakan pantatnya yang mulai mengocok perlahan. Dan badannya terguncang kembali, namun hanya sekitar dua menit kemudian badannya mulai bergerak tak terkendali dan prilaku menuju orgasme yang khas kembali dia perlihatkan padaku… sampai terkulai lemas diatas tubuhku.

Hal ini terus berulang-ulang terus hingga beberapa kali hingga akhirnya ia terkulai benar-benar lemas di atas tubuhku sedangkan penisku masih tegang dan keras. Hal ini dikarenakan aku memang susah keluar bila ada di bawah karena aku tidak bisa mengendalikan permainan, tetapi bila aku berada di atas aku paling lama hanya sekitar dua puluh menit aku sudah keluar bahkan terkadang bisa lebih cepat kalau aku sudah terlalu bernafsu seperti pada saat ini.
Kemudian badannya menggelosor kesampingku seperti tanpa tenaga dan tak bertulang, kemudian memandangku sayu penuh kepuasan seraya berbisik..

”Kamu kok belum juga sich wan…? “ sambil lidahnya bermain dileher dan telingaku. Benar-benar luar biasa kemampuan sex yang dimiliki oleh Fitria. Walaupun sudah berkali-kali orgasme dan kehabisan tenagapun nafsunya belum surut juga. Apakah karena dia melihat bahwa penisku masih keras dan belum keluar..?
Aku yang memang masih bernafsu bernafsu langsung berada diatas tubuhnya dan perlahan-lahan Fitria membuka dan mengangkat pahanya memberi jalan kemudahan bagi penisku untuk memasuki lobang vaginanya yang memiliki lendir berpasir seperti lendir telur penyu itu.
Bless… kembali penisku menyelam di lendir berpasir yang sangat nikmat menghanyutkan dan membuat lupa diri.

Perlahan-lahan aku mulai menggoyangkan pantatku untuk mengocok vagina Fitria. Luar biasa memang Fitria ini, nafsunya cepat sekali bangkit. Kedua ujung kakinya mulai menekan-nekan pantatku dengan keras dan tangannya dengan keras menarik-narik punggungku untuk merapat kebadannya sambil seperti biasa menjerit-jerit menahan nikmat menuju orgasme. Dan akupun sebenarnya sudah tidak tahan ingin segera menuju puncak.
Maka gerakankupun kupercepat hingga akhirnya bergerak cepat dan tidak bisa kukendalikan. Hingga pada suatu titik dimana pantatku menekan keras serta badan dan tangan ku kaku dan napas serasa mau putus serta dari mulut terucap
“Oooouhhh……” dan crett….crett.. sprema dengan keras menyemprot lobang vagina Fitria beberapa kali.

Rupanya pada saat yang samapun Fitria mengalami orgasme yang berbarengan dengan ku sehingga keluhankupun disambut dengan terikan Fitria…
“Aaauuuwwwhhh ….hkkk…?” seperti biasa seperti suara napas tercekik dan tubuh kaku dengan vagina yeng berkontraksi. Hanya bedanya kontraksi yang kurasakan jauh lebih nikmat dan lama. Hingga benar-benar membuat kedua badan kami betul-btul ambruk nggak bisa bergerak lagi…
Fuihhh…. Sungguh persetubuhan yang sangat luarbiasa yang baru pertama kualami seumur hidupku ini.

Kemudian suasana menjadi hening… hanya terdengar dengusan nafas yang perlahan-lahan mulai teratur pelan dan kami benar-benar seperti orang yang tak sadarkan diri selama beberapa saat dengan posisi badanku telungkup tak bergerak menindih tubuh Fitria yang telentang dengan kedua tangan terbuka lebar dan juga tak bergerak kecapaian.
Entah berapa lama ketidaksadaran kami itu terjadi, hanya dalam setengah sadar kurasakan badan Fitri bergeser dan tangannya berusahan menggulingkan tubuhku sambil tetap berpelukan sehingga akhirnya kami tertidur lelap sambil berpelukan.

Kami tersadar dari tidur setelah rasa haus dan lapar membangunkan kami berdua. Ketika kulihat jam tanganku, waktu menunjukkan jam 8 malam. Pantas saja, apalagi kami baru saja melakukan pertarungan yang banyak menguras energi.

“Keluar..yuk..! kita makan ..” Ajakku padanya.
Fitria mengangguk sambil berkata..”Ayo…,tapi aku mandi dulu..yach ! nggak enak nich.. lengket sekali rasanya oleh keringat…”

Lalu segera Fitria bangkit dan berdiri serta berlenggang menuju kamar mandi. Ouh… betapa indahnya tubuh cewe ber****** lebar ini apabila sedang berjalan sambil telanjang bulat. Aku terpana memandang keindahan ini. Sambil pikiranku melayang membayangkan apa yang baru saja kualami. Betapa beruntungnya aku dapat menikmati persetubuhan yang luar biasa nikmat dan melelahkan dengan seorang cewe ber****** lebar yang tak terbayangkan akan dialami olehku tetapi memiliki kemampuan sex alami yang luar biasa.

Sehingga tanpa terasa gairahku bangkit lagi, hal ini ditunjukkan dengan bangkitnya penisku secara perlahan-lahan dari ketertidurannya setelah kelelahan bekerja keras.
Perlahan aku bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Kulihat Fitria sedang menyabuni seluruh tubuhnya. Kedekati dia sambil berkata..
“Mari kubantu menyabuni dirimu…” sambil tangan meraih tangannya yang sedang memegang sabun.

Lalu aku sabuni seluruh tubuhnya sambil merasapi keindahan dan kemulusan kulit tubuhnya. Dan mulutkupun mulai aktif bekerja menciumi seluruh tubuhnya sambil berdiri dibawah shower…. yang terus memancurkan air membasahi tubuh kami berdua.

“Aahh.. Wan …jangan ach… aku suka tak tahan kalau diciumi seperti… gairahku begitu cepat bangkit…” katanya dengan napas yang mulai memburu…
“Baguslah ..kalau begitu…” sahutku sambil terus menciumi dirinya dan tanganku yang tadinya menyabuni dirinya menjadi meremas-remas buah dadanya yang selalu terlihat menggemaskan.
“Ouh wan…. Ayolah ….tapi jangan lama-lama … karena aku lapar banget….Oohhh.. Auw….auw.. sshhhtttt….” Katanya mulai kacau… dengan mata mendelik-delik..

Tangannya mulai mempermainkan penisku dengan meremas, memijit dan mengocoknya sehingga membuat penis ku semakin tegang dan keras dan siap tempur.
Kaki kanannya dia angkat mulai mengarahkan ujung penisku ke arah liang vaginanya. Agak susah … karena tubuhku lebih tinggi darinya dan akhirnya kutekukkan kedua kakiku dan kedua tanganku kuletakan dipantatnya turut membantu menekan agar pantatnya kearah selangkanganku agar penisku bisa segera menembus liang vagina Fitria yang luar biasa nikmatnya..

Blessshh…kembali kurasakan lendir berpasir serasa mengesek seluruh simpul-simpul syaraf disekujur batang dan kepala penisku.. ditambah dengan kedutan-kedutan dinding vagina yang terasa seolah memijat dan menghisap-hisap penisku.
“Ouhhh… hohh… hohhh..” aku melenguh menahan nikmat yang tak terperi. Dan kakiku melonjak-lonjak lurus sehingga membuat badan Fitria terangkat dan kakinya tergantung bertumpu pada penis tegangku yang mendonkrak dan mencantol tubuh Fitria sehingga membuatnya tubuhnya tergantung dan terlonjak-lonjak.

Keadaan seperti itu, rupanya membuat Fitria menjadi semakin nikmat sehingga gerakann semakin menggila dengan mengaitkan kedua kakinya kepinggangku dan melonjak-lonjakkan tubuhnya sambil pantatnya ditahan olehku..

“Auw..auw..auw.. ohhhh ssssthh… auw..” katanya terus menerus… tiada henti
Akupun merasakan hal yang sama, karena pangkal penis terasa ditekan-tekan membuat orgasmeku cepat menghampiri…Fitripun sama … gerakan dan teriakannya sudah tak terkendali sehingga secara bersamaan kamipun melenguh dan menjerit serta tubuh kaku dengan pikiran yang melayang-layang jauh ke atas dan akhirnya terhempas jatuh… hilang tenaga dan hilang keseimbangan…

Tubuhku limbung karena kehilangan tenaga dan menahan beban tubuh Fitria yang masih dalam posisi dipangku.. Aku hilang keseimbangan dan badan jatuh kedepan …untunglah dibelakang Fitria adalah dinding kamar mandi sehingga kami tidak jatuh terjerembab…
“Ouhh… huih… benar-benar very excelent …” kata Fitri sambil mencium lembut bibirku dan cepat tersadarkan karena pancuran shower masih terus mengucurkan air dan menimpa tubuh kami berdua selama kami bersetubuh di kamar mandi sambil berdiri ini.

Akhirnya kami selesaikan mandi dan mengenakan pakaian. Dan seperti biasa dia mengenakan kembali ****** lebar dan baju longgarnya. Kami keluar hotel untuk mencari makan sekitar jam 9.30 malam dan menemukan rumah makan sunda. Dan kami berduapun makan dengan lahap seperti orang yang sudah seminggu tidak makan. Setelah makan-makan kami jalan-jalan keliling kota Sumedang menikmati suasana malam kota Sumedang sambil menurunkan nasi yang ada di perut.

***

Kami kembali ke hotel sekitar jam 10.30 malam. Di dalam kamar sambil bermesraan Fitria bercerita bahwa sudah 3 bulan suaminya tak pulang karena alasan pekerjaan , sedangkan gairahnya semakin hari semakin menumpuk perlu penyaluran ditambah lagi dengan bacaan-bacaan cerita dewasa yang sering aku berikan padanya. Membuat libidonya tak tertahankan dan akhirnya ambrol. Disamping itu secara jujur Fitria mengakui bahwa akhir-akhir ini dia semakin sayang dan cinta padaku. Perasaan itu tidak bisa dia tolak dan terus datang padanya tanpa permisi.

Sambil mengobrol kami saling membelai dan memeluk bahkan terkadang saling cium sehingga membuat berahi kami bangkit lagi…Dan pencarian kenikmatanpun berlangsung kembali berulang-ulang hingga dini hari yang membuat tulang-tulang kami serasa dilolosi dan kami tertidur sambil bertelanjang bulat tidak menghiraukan keadaan sekeliling kami.
Kami tersentak bangun ketika adzan subuh terdengar berkumandang dan suara adzan itu benar-benar menyadar kami apa yang sebenarnya telah kami lakukan. Aku termenung teringat anak dan istriku sehingga timbul penyesalan dan perasaan dosa yang mendalam. Demikian pula Fitria… Dia menangis sesengukan … mengingat dosa yang kami lakukan. Kami terdiam cukup lama sampai akhirnya Fitria bangun dan mandi. Kemudian dia melakukan sembahyang dan dilanjutkan dengan berdoa memohon ampun atas dosa-dosa yang dilakukannya.
Setelah itu dengan lirih dia berkata padaku : “Wan … mandi, sembahyang dan berdoalah kamu memohon ampunan atas dosa-dosa yang kita lakukan. Walaupun aku mencintaimu, tapi yang telah kita alkukan adalah suatu kesalahan besar..”. kemudian kembali dia menangis menyesali dosa yang telah dilakukan…

Hatikupun tergerak…dan aku pergi untuk mandi dan kemudian melaksanakan apa yang Fitria sarankan padaku.
Sekitarjam 6.30 pagi, Fitria berkata padaku “Wan… aku nggak akan kerja hari ini… aku ingin merenung di rumah…Dan nanti aku akan menelepon ke kantor bahwa aku sakit..”. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya “Aku mau pulang sekarang …, kamu nggak perlu nganter… aku mau pake elf aja… sehingga dijalan aku bisa merenungi kesalahan yang kita lakukan..” . Kamipun keluar dari hotel…. Fitria pulang ke Bandung sedangkan aku kembali ke kantor.
Setelah kejadian itu, tiga hari Fitria tidak masuk kantor. Dan pada saat dia masuk kantor dan berpapasan denganku. Pandangannya seolah memancarkan rasa malu dan bersalah… Aku jadi iba melihatnya. Saat itupun kami hanya saling diam tidak tahu harus mengatakan apa..
Dua minggu setelah kejadian itu, nampaknya kekakuan kami sudah mencair dan kami bisa kembali mengobrol pada saat Fitria menunggu jemputan, walaupun agak kaku.

Sebulan setelah kejadian..pada saat sedang menunggu jemputan, Fitria menggamit lenganku seraya berkata “ Yuk kita ke ruang kerjamu… ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu.!”

Setelah di dalam ruang kerjaku, Fitria berkata : “ Wan…, kejadian di hotel saat itu sangat aku sesali….., Tapi… “ dia tidak melanjutkan kata-katanya.
“Tapi apa Fit ?” tanyaku heran.
“Selama seminggu aku tak bicara denganmu saat itu.., ternyata merupakan masa-masa penyiksaan bagi rasa dan hatiku…”
“Emangnya kenapa ?”tanyaku penasaran.
“Aku ingin bicara jujur padamu. Tapi kamu jangan mentertawakanku apalagi mengejekku setelah kamu tahu apa yang akan kusampaikan.. OK !”
“Siip…lah..” jawabku mantap sambil memandangnya penuh tanda tanya didalam hati
“Sebenarnya aku telah lama memendam rasa sayang padamu, rasa sayang dan rindu bukan selayaknya terhadap seorang sahabat…, tapi lebih dari itu. Sudah lama aku berjuang untuk menepis perasaan ini, karena aku tahu yang aku rasakan ini adalah suatu yang salah dan tidak boleh dilakukan …tapi aku selalu kalah.. Tiap malam yang ada dalam benakku hanya dirimu… bukan bayangan suamiku yang jauh diseberang sana…”
“Ohh Tuhan apa yang terjadi dengan diriku ini…?” kemudian terisak meneteskan air mata seolah sedang menahan beban yang sangat berat.

Aku tertegun mendengar pengakuannya. Rupanya Fitria merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan selama ini…

“Jika ada di depanmu, aku selalu merasa tenang, damai dan bahagia, seperti remaja yang sedang jatuh cinta… Dan puncaknya adalah kesalahan yang kita lakukan saat itu. Aku benar-benar tidak dapat mengendalikan diriku. Aku benar-benar merasa malu pada diriku dan sangat menyesal..”
“Tapi bila malam tiba…, tetap hanya bayanganmu yang selalu ada dalam pikiranku. Aku benar-benar tidak mengerti. Bahkan pernah terbersit dalam pikiranku untuk rela menanggung semua dosa ini asal dilakukan denganmu… Bukankah itu merupakan suatu pikiran yang gila ?” tanyanya padaku yang sedang termangu mendengar penuturannya.

Lalu akupun berkata padanya, “Apa yang bisa kukatakan padamu Fit ?, Karena akupun merasakan hal yang sama dengan yang kamu rasakan. Akupun merasakan beban dosa ini. Mungkin karena kita selalu bersama sehingga rasa cinta ini semakin dalam sehingga bisa mengalahkan norma dan dosa sekalipun. Apalagi setelah kejadian itu. Walaupun timbul rasa penyesalan dan perasaan dosa yang mendalam, tapi pesonamu dan kebahagian yang kau berikan padaku telah membuat aku mabuk kepayang dan melupakan akal sehatku”
Dan sambungku lagi “Kamu benar-benar spesial….kemampuanmu sungguh luar biasa….Hanya denganmu aku merasakan hal seperti saat itu…”

“Stop jangan kamu teruskan….” Fitri memotong ucapanku
“Swear Fit.. kamu sungguh luar biasa. Aku jadi membayangkan betapa bahagianya suamimu karena selalu kau suguhkan suatu permainan yang tak terbandingkan kenikmatan dan kepuasannya..”
“Sudahlah Wan… jangan merayu dan memulainya lagi…!” Katanya
Kami diam sejenak, lalu Fitria melanjutkan ucapannya
“Sebenarnya.. ucapanmu tentang suamiku barangkali tidak sepenuhnya benar..”
“Mengapa ?”tanyaku.
“Setiap kami berhubungan suami istri. Suamiku selalu melakukannya dengan biasa saja, tidak se-hot dirimu… Jangan GR lho !” aku tersenyum mendengarnya, lalu Fitria melanjutkan lagi ucapannya
“Walaupun dia selalu melakukan pemanasan sebelum coitus, Tapi nampaknya pemanasan itu sepertinya hanya untuk dirinya… dan belum pernah kami lakukan berulang-ulang dalam satu malam, Sedangkan kamu lain.. kamu begitu hot…ciuman bibirmu begitu memabukkan…dan yang kamu lakukan seolah-olah memberikan sepenuhnya kenikmatan padaku. Dan malam itu .. benar-benar hal yang paling gila yang pernah aku lakukan…aku sampai nggak bisa menghitung berapa kali kita main pada malam itu dan entah berapa puluh kali aku mengalami orgasme… Huhhh..”

Kata-katanya membuat nafsuku bangkit mengalahkan rasa yang lain, lalu aku pegang pundaknya dan kuarahkan wajahku untuk menciumnya. Rupanya Fitriapun sudah terangsang dengan kata-kata yang dia ucapkan sendiri, sehingga matanya terpejam seolah-olah pasrah menerima ciumanku untuk menikmati apa yang aku lakukan padanya. Akhirnya bibirku mencium dan menghisap bibirnya dengan dalam sambil kupeluk erat tubuhnya.

Fitriapun membalas ciumanku dengan ganas sehingga kami terlibat dengan adegan perciuman yang panjang dan menggairahkan. Tanganku sudah meremas-remas dengan penuh nafsu buahdadanya yang montok dari luar bajunya . Tangan Fitripun tidak diam dengan membuka kancing bajuku satu persatu. Dan setelah terbuka, bibir dan lidah Fitria dengan ganas menelusuri dagu, leher, seluruh permukaan dada hingga akhirnya mengulum-ngulum putting susuku yang kiri dan kanan secara bergantian dengan penuh kenikmatan dan membuatku melayang-layang tinggi entah kemana.

Sambil menikmati apa yang dilakukan Fitria padaku, aku perhatikan seorang cewe ber****** lebar dengan baju panjang yang longgar sedang asyik memberikan kenikmatan padaku.. Ohhh seksinya…..benar-benar suatu pemandangan yang penuh sensasi.
Penisku sangat tegang dan menekan celana panjangku dengan keras sehingga membuat penisku kesakitan. Lalu tanganku membuka seleting celana panjang dan mengeluar penisku dari CD sehingga tampaklah penisku yang tegang nongol dari dalam celana panjangku. Fitria tersenyum lalu tangannya mulai mempermainkan penisku dengan cara meremas dan mengocok membuat aku semakin melambung..

Lalu kubisikan padanya ; “Fit di emut dong…!” pintaku
Fitria memandangku dan berkata “Maaf Wan… aku nggak biasa.. perasaanku belum mengizinkan…. Kuremas-remas aja yahh !” tawarnya. Akupun mengangguk memakluminya. Mungkin nanti jika sudah siap dia bersedia mengoral penisku.
Tanganku yang masih mempermainkan buahdadanya, aku arahkan kebawah untuk menarik baju longgarnya keatas sehingga celana dalamnya terlihat dan aku susupkan tanganku ke balik cd-nya dan mulai mengorek-ngorek liang vagina Fitria yang sudah basah dilamuri oleh lendir berpasir yang khas milik Fitria dan terkadang aku permainkan klitorisnya..
Tangan Fitria yang meremas penisku terdiam kaku dan Fitria mulai mengerang dangan erangan yang khas pula..

“Auw..auw…. ouh… Wan… ouhhhh…Wan….. aku tak tahan…aku tak tahan” katanya terbata-bata..dengan napas yang tersengal-sengal.
Tubuhnya yang masih berpakaian lengkap aku balikkan tubuhnyamembelakangiku dan kusuruh dia memegang pinggir meja kerjaku sehingga dalam posisi yang nungging. Aku singkapkan baju panjangnya ke atas sampai sebatas pinggang dan kutarik cd-nya hingga lepas sehingga tampaklah pantat montok dan seksi serta putih mulus. Mulutku langsung menjilati seluruh permukaan pantat Fitria yang seksi sedangkan jari tengahku mengocok dan mengorek liang vaginanya..Hal ini membuat nafsu Fitria semakin menggila dan kenikmatan yang diterimanya semakin membuatnya melambung tinggi.

“Ouhh..Ouhh..terus…terussss …ouh….hekkk…”
Badannya menegang kaku dengan tangan yang seperti mencakar pinggir meja dan tak lama kemudia dia menjerit panjang…”Aaaahhhhhhh…” Pantatnya berkontraksi dan aku merasakan jari tengahku seperi dihisap-hisap oleh lobang yang berlendir pasir.
Cukup lama jari tengahku merasakan hisapan itu sehingga akhirnya perlahan-lahan terhenti dan badannya lemas lunglai tidak kaku lagi…

“Ouhh Wan… kamu memang bisa membuat aku gila dan rela melakukan apa saja…” katanya dan lanjutnya “Ayo dong Wan… kita lanjutkan ke babak berikutnya supaya kenikmatan ini menjadi sempurna…” pintanya padaku.
“Luar biasa cewe ber****** ini baru mengalami orgasme yang hebat saja, bukannya minta istirahat tapi malah minta nambah yang lain lagi.” Gumanku dalam hati.

Lalu kuarahkan penisku ke vaginanya Fitria dan Fitria membantuku dengan tangan kanannya yang menuntun penisku ke arah lobang vaginanya. Dan blesss…. Penisku telah masuk menelusuri lobang berpasir milik Fitria yang nikmat luar biasa. Aku mulai mengocoknya perlahan..dan makin lama makin cepat. Fitria membantuku dengan memaju mundurkan pantatnya dan terkadang dia putar-putarkan pantatnya membuat penis seperti yang dipelintir.
“Ouh..oh…hoh….” Lenguhku menahan nikmat..
“Ayoo.. Wan .. jangan lama-lama….” Katanya sambil bergerak semakin erotis.
****** dan baju panjangnya bergerak dengan cepat dan tak berpola…dan gerakan itu membuat kenikmatan yang kurasakan semakin hebat
“Hhhehh ….ohh..” lenguhku..
“Auw…auw… aku pi…ngin ke….luar Wan…. Ayo…bareng… wan..” katanya terbata-bata dengan napas yang semakin memburu dan gerakan yang tak terkendali. Aku sudah mau menuju puncak hingga akhirnya pantatku aku tekankan keras-keras kearah pantatnya sambil melenguh dan mendesis..”Ooohhh…ssst….”

Pantat Fitriapun menekan keras penisku dan tubuhnya menegang kaku dan menjerit “Aaahhhhh…..” lalu
Cret…cret… spermaku terpancar deras tak terkendali membasahi rongga liang vagina Fitria dan disambut dengan kedutan-kedutan keras vagina berlendir pasir milik Fitria. Kami menuju puncak secara bersamaan. Suatu persetubuhan yang sensasional antara aku yang masih berpakaian lengkap dengan Fitria yang masih mengenakan ****** lebar dan baju longgar yang panjang.
Akhirnya tubuh kami perlahan-lahan melemas dan Fitria berdiri kemudian berbalik padaku dan memelukku dengan erat sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang kami rasakan sambil berdiri.
Kami berpelukan sambil berdiri cukup lama sampai semua kesadaran kami pulih kembali. Dan tak lama kedengar Fitria terisak…

“Kenapa Fit..?”Tanyaku hati-hati..
“Inilah yang kutakutkan Wan…” Jawabnya
“Apa maksudmu ?”tanyaku lagi
“Setelah melakukan denganmu, aku selalu didera rasa bersalah dan dosa……Tapi aku sepertinya tak sanggup untuk tidak melakukannya denganmu.. Wan… Aku-aku benar-benar mencintaimu…”Sahutnya lagi…

Kemudian Fitria merapihkan pakaiannya dan kulihat jam telah menunjukkan pukul 3.15 sore. Kami lanjutkan pembicaraan dengan isi pembicaraan antara rasa sesal dan dosa tapi terkadang diselingi dengan bisikan-bisikan mesra. Ohh.. suatu perselingkuhan yang sangat aneh… kupikir.
Tak lama kemudian teman Fitria datang menjemput dan dia pulang ke Bandung dengan temannya meninggalkan aku sendiri melamunkan perselingkuhan yang aneh ini.
Perselingkuhanku terus berlanjut dan selalu diisi dengan persetubuhan yang penuh gairah dan bervariasi sehingga setiap persetubuhan selalu saja mendapatkan kesan kenikmatan yang tak sama dengan sebelumnya dan anehnya setiap selesai melakukan persetubuhan selalu diakhiri dengan tangis penyesalan dan dikejar rasa berdosa.

Hingga suatu hari Fitria berkata padaku
“Wan… sebelumnya aku minta maaf padamu..”
“Ada apa pake minta maaf segala padaku ?” tanyaku
“Aku sudah mengajukan pindah ke Bandung beberapa waktu yang lalu. Dan permohonanku dikabulkan. Mungkin minggu depan sudah tidak ada disini lagi “ katanya
Aku terhenyak dan terdiam
“Mengapa diam ?” tanyanya
“Aku… aku… “ aku tak mampu berkata-kata.

“Ini adalah yang terbaik bagi kita Wan…” katanya, lalu sambungnya “sebab mencintaimu adalah sesuatu yang salah dan yang kita lakukan selama inipun secara sadar kita akui.. itu adalah sesuatu yang sangat salah… tapi kita tidak bisa menghindar dari rasa cinta ini bila kita selalu bertemu. Pasti kita akan selalu mengulangi perbuatan kita yang salah itu… maafkan aku Wan… Kuharap kamu bisa memahami hal ini…” jelasnya
Aku hanya terdiam… tak berkata-kata sambil berpikir mungkin inilah yang harus kami lakukan, yaitu berpisah dan tidak bertemu untuk menghindari dosa dan menyelamatkan rumah tangga kami masing-masing.

Seminggu kemudian Fitria benar-benar pamitan pada seluruh rekan-rekan kerja kami di kantor dan sejak itu Aku tidak pernah bertemu dengannya. Pernah aku menghubunginya dikantornya yang baru dan kami mengobrol bagaikan dua orang sahabat. Dan dia selalu mengingatkan ku untuk jangan pernah lagi bermain api. Cukup dengannya saja kesalahan ini dilakukan.
Dia tak pernah mau bila kuajak bertemu langsung, alasannya.
“Jangan ach..Wan… Aku tidak sanggup untuk tidak mengulangi lagi dosa itu jika sudah berhadapan denganmu “ katanya..
“Pesona seksualmu begitu hebat sehingga mengalahkan akal sehat dan kehormatanku” sambungnya lagi.
“Dan Wan …perlu kamu tahu… hanya dengan kamu aku dapat melayang-layang tinggi dan terhempas tak berdaya dalam suatu persetubuhan… Ouhhh… aku jadi pingin lagi…..denganmu… Udah ach Wan” putusnya.

Oh Fitria…Fitria… semoga engkau bahagia.

0 komentar:

Posting Komentar