blog visitors

Ngentot Ibu angkat 2

PEMBACA YANG BUDIMAN, KELANJUTAN CERITA INI ADALAH APA YANG LANGSUNG DITUTURKAN SAAT ITU OLEH BU SISKA, SAMPAI PADA ALENIA DIATAS, AKU MEMANG MENYERAHKAN PENUTURAN DAN PENULISAN CERITA INI PADANYA. SETELAH RONDE KEDUA TADI AKU MEMINTA IBU UNTUK MENUTURKANNYA SEHINGGA MALAM ITU KAMI MELAKUKAN-NYA SAMPAI PAGI, DISELINGI KISAH HIDUP YANG IA TUTURKAN PADAKU. JADI KATA-KATA SELANJUTNYA DALAM CERITA INI ADALAH PENUTURAN BELIAU LANGSUNG. SELAMAT MENIKMATI?.


Brakk!!! Sebuah suitcase seberat kira-kira dua kilogram kubanting di meja ruangan kerja suamiku. Batinku sudah bertekat bulat saat itu, apapun yang terjadi, aku tidak terima atas peristiwa ini. Bayangkan sebagai istri yang begitu setia dan penurut, ternyata selama ini, ****** bernama Jimmy?..itu telah mentah-mentah menipuku! Aku memberikan semua yang kumiliki, warisan keluarga berupa tanah, perusahaan yang berkembang pesat, dan semua kemewahan milik keluarga kami telah kuberikan tanpa reserve kepadanya. Dan keparat itu baru kini kutahu punya simpanan dengan status yang tak tanggung-tanggung; ISTRI ke2 dan juga Ketiga!!! ******!!!
Hari itu aku benar-benar marah, menyala mataku memandangnya, kutatap ia setajam-tajam yang kubisa, aku ingin tahu apa yang akan ia katakan dengan tindakanku yang mendatangi kantor dan langsung mendobrak pintu ruang kerjanya. Ditengah riuh panik karyawannya kuusir ia dari tempat itu dan dengan entengnya kukatakan ?Pergi kau dari kehidupanku, ******!!!?
Mataku merah-menahan tangis, perempuan mana sih yang tak murka jika mengetahui suaminya ternyata menyimpan dua istri selama lebih dari lima tahun dan sudah memiliki anak pula dari mereka?
Ia hanya terbengong seperti patung, mulanya ketika tadi aku mendobrak pintunya, ia sempat mendampratku juga. Tapi begitu aku menunjukkan apa isi suitcase yang kudapatkan dari rumah simpanannya itu, ia tak lagi sanggup menjawab. Kubiarkan pintu itu terbuka agar semua yang ada di kantor itu tahu betapa aku yang sebenarnya punya hak atas perusahaan ini.
Sampai di rumah, Austin, adikku yang menengahi kami. Ia memberi nasehat untuk kami agar berdamai saja. Mulanya aku menolak, tapi setelah menimbang apa yang dikatakan oleh Austin, akhirnya aku menerima juga. Anak-anak harus diselamatkan lebih dahulu, begitu Austin menasehatiku, sehingga kupikir logis juga kalau aku memberi tenggat lima tahun bagi Jimmy untuk tetap menyandang status sebagai suami sah ku. Tapi dengan catatan, sejak saat itu kukatakan padanya, dihadapan Austin, ia tak boleh lagi menyentuh tubuhku. Aku tak rela!!!
Sejak saat itu pula, aku aktif menagambilalih tugas-tugas managerial di perusahaan. Dan yang jelas, perusahaan milik keluargaku berkembang pesat sejak aku menanganinya. Jimmy kularang masuk ke kantor, ia tak lagi punya hak untuk mendapatkan penghidupan dariku. Aku sudah tak mau tahu ia akan melakukan apa untuk menafkahi kedua simpanannya, dirumahku ia hanya harus bersandiwara di depan anak-anak (kecuali Rina yang sudah mengetahui hal ini) dengan berpura-pura mesra dan penuh perhatian kepada mereka. Dan sejak saat itu pula aku bertekat untuk tidak lagi mengenal lelaki dalam hidupku, cukup sekali ini aku dikhianati. Terbukti dengan cara itu, perusahaan berkembang sangat pesat karena konsentrasi pikiranku jadi terfokus pada upaya Research and Development bisnis yang sekarang sudah go-Int?l ini.
Namun menjelang tahun ketiga sejak kami pisah ranjang, aku mulai berfantasi seksual, beberapa bulan aku sempat mengatasi bayangan-bayangan vulgar birahiku dengan cara self service. Beberapa alat bantu seks aku beli untuk memenuhi hasratku. Tapi lama kelamaan aku jenuh juga. Kuakui, sebagai perempuan normal, aku memang butuh kehangatan laki-laki. Tapi siapa? Ketika aku berpikir untuk mencarinya aku langsung dihantui trauma kehidupan rumah tanggaku yang hancur ini, bisa saja aku membayar gigolo yang banyak tersedia di tempat-tempat khusus di Jakarta ini, tapi apa iya bisa aman dan higienis? Aku ragu sampai kemudian aku berpikir gila ketika suatu malam saat Budi, anak angkatku itu tertidur di sofa sehabis menonton TV aku secara tak sengaja melihat celah resluiting celana pendek yang ia kenakan masih terbuka. Mungkin anak itu lupa menutupnya ketika keluar dari kamar mandi tadi. Naluri kewanitaanku bereaksi begitu cepat, entah tenaga apa yang menggerakkannya sehingga dengan berpura-pura mendekati, aku meraba selangkangannya yang?.. Wooow?my God! Tak kusangka, anak seumur Budi yang belum genap 15 tahun ini memiliki penis dengan ukuran yang melebihi ukuran penis suamiku. Sesaat aku terkesima, membelai?. dan ketika Budi terbangun oleh belaianku itu, aku langsung mengalihkan tangan ke kepalanya sambil menyuruhnya tidur di kamar saja. Untungnya pada waktu itu Budi tak menyadari apa yang telah aku lakukan. Aku juga berlalu masuk ke kamar dan langsung masturbasi, membayangkan si Budi bersetubuh denganku, gila!!! Lebih gila lagi, aku sampai tiga kali melakukannya malam itu! Semenjak saat itu juga dengan segala kegilaanku, aku bermasturbasi secara teratur dengan menjadikan anak angkatku sebagai fantasi seksual, aku sangat menikmati kedekatanku dengannya, meski tak pernah aku berani mengatakannya secara jujur tapi setiap sentuhan fisik dengan anak angkatku itu aku selalu menikmatinya, berkhayal jika ia menindihku! Menyetubuhiku! Bahkan memperkosaku!. Dua tahun lebih hal itu berlangsung sampai kemudian, aku yang secara rutin mengamati perkembangannya dikejutkan oleh fakta bahwasanya Rani anak kandungku dan Budi anak angkatku itu menjalin hubungan sangat serius.
Waktu itu aku bingung, antara mendambakan Budi dalam fantasi seksualku dengan kasih sayangku pada Rani yang kutahu sangat mencintai Budi. Akupun percaya sepenuhnya, budi adalah type laki-laki yang setia. Mengamati kehidupan mereka seiring dengan fantasi seksualku terhadap Budi ternyata membuatku jadi terus berfikir antara meraih mimpiku dengan Budi atau memelihara hubungan anak kesayanganku dengannya. Dan, How lucky I am! Saat mereka sudah akan menamatkan SMAnya, Rani berkeinginan untuk kuliah di Luar Negeri mengikuti kakaknya. Kesempatan itulah yang kemudian aku pergunakan untuk menyusun strategi agar aku dapat lebih leluasa melampiaskan hasratku kepadanya.
Hari itu, seperti yang telah diceritakan oleh Budi sebelumnya, akhirnya aku mengambil inisiatif terlebih dahulu untuk melakukannya. Dan ternyata Budi dengan antusias mau berbagi rasa asmara dengan aku, ibu angkatnya ini. Bahkan (sesuatu yang lupa ia tuliskan dalam chapter-nya) ia pernah mengatakan jika aku lebih menggairahkan dalam bercinta, dibanding anakku. Tapi aku tak ingin melanjutkan wacana itu karena kurasa hal itu akan mengganggu psikoseksual kami.
Yang sudah diceritakan oleh Budi tentu tak lagi akan kutuliskan disini. Aku hanya akan melanjutkan apa yang terhenti oleh penuturanku tadi.
Malam itu, tiga hari sejak keberangkatan anakku, aku merasa demikian istimewa. Sejak hari pertama sebenarnya aku begitu ingin disentuh, sebab sejak seminggu sebelum berangkat ke London, Rani dan Budi ?berbulan madu?. Aku sengaja meluangkan tempat dan waktu dengan cara bepergian mengurus beberapa action plan perusahaan yang telah kujadwalkan sebelumnya. Aku mengerti, disaat akan berpisah seperti itu mereka tentu perlu keadaan khusus untuk melakukan-ritual-ritual perpisahan yang akan selalu menjadi kenangan mengikat. Namun tiga hari setelah keberangkatannya, aku tak tahan lagi. Bayangan vulgar tubuh dan penis anak angkatku itu terlalu menggelitik instink seksualku. Aku yang biasanya disentuh Budi tiga hari sekali itu merasa sangat haus saat sepuluh hari sudah ia tak menjamah kehormatanku ini. Oh ya, aku menyebut alat kelaminku adalah kehormatanku karena hanya Budi lah lelaki selain Jimmy yang pernah menyentuhku. Dan apa yang diberikan Budi jauh melebihi dari apa yang kudapat selama bertahun-tahun dengan mantan suamiku itu. Secara apapun kuanggap Budi jauh lebih sempurna, apalagi kalau dibandingkan dari besaran fisik alat vitalnya, jelas, suamiku tak ada apa-apanya dibanding Budi.
Jam 3.30 dini hari, penuturanku yang panjang lebar itu baru berakhir. Budi dengan antusias mendengarnya. Sesekali ia terheran-heran dengan pengakuan polosku tentang hasrat seksual ibu angkatnya ini kepadanya. Sambil terus berpelukan, aku bertutur. Sesekali budi mencium, mesra sekali. Tangannya yang sedikit usil itu tak pernah lepas dari buah dadaku. Berkali-kali ia memuji dengan mengatakan sangat suka dengan payudara berukuran diatas rata-rata perempuan indonesia ini. Aku memang merawat tubuh dengan baik, meski tubuhku sedikit gemuk namun itu lebih dikarenakan faktor genotip saja. Budi pun sangat menyukainya, ia pernah mengatakan kalau ia lebih suka wanita bertubuh bongsor dan bahenol seperti aku.
Beberapa saat setelah habis menuturkan kisahku, Budi tampaknya ingin lagi. Luar biasa anak ini, aku sudah enamkali orgasme dibuatnya sejak awal tadi. Ini sudah hampir jam empat pagi. Dan jari-jari tangan kirinya masih asik mengorek-orek celah vaginaku yang belum lagi kering dari cairan orgasme kami.
?Mau lagi sayang?? sebuah pertanyaan yang sangat sering aku ucapkan saat habis bersenggama dengannya.
?ibu masih kuat??
?iya dooong?.,? sahutku menunjukkan rasa senang atas perlakuannya di bibir kemaluanku. Tanganku meraih batang penisnya yang tampak sudah mengeras lagi. Itu yang kusuka dari penis lelaki muda ini, sudah tiga kali ia orgasme tapi masih saja keras dan tegak. Bahkan dengan gagahnya kini ia berjongok diatas wajahku dan menghadap kearah bawah tubuhku. Kelamin sakti itu disorongkan ke mulutku, aku mengerti keinginannya. The sixtynine! Sebuah gaya bercinta yang terus terang selama umur pernikahanku hanya khayalan saja! suamiku memang sering menonton film porno, tapi ia adalah lelaki yang tak punya fantasi seksual sehebat ini, dan sekarang, anak ingusan seumur Rani anak bungsuku ini memperlakukan aku yang 22 tahun lebih tua darinya bagai permaisuri dari kayangan, tak semilimeterpun sisi tubuhku yang tak pernah tersentuh lidah nakalnya. Bercinta dengannya bagaikan menemukan kembali kedahsyatan birahi pengantin baru, oase ditengah rasa haus yang menyengat bertahun-tahun impaslah sudah oleh tumpahan nafsu seksualnya dalam tubuhku, mungkin kalau tak terpikir perasaan anakku, sudah kubiarkan diriku mengandung anaknya dalam rahim ini.
Begitu kutangkap penisnya ia langsung menunduk dan membuka pahaku kearah berlawanan. Selanjutnya bisa ditebak, sperma bercampur cairan orgasme yang meluber dari rahimku itu habis disedot, dijilat dan ia telan bak kucing kehausan. Sruuupp?.. sruuuppp?. srupp?clik?clikk?
?aaauuuhhhh?sayaaaangggg?mmmmmmm,? aku menjerit merasakan sedotan mulutnya yang keras terhadap clitorisku. Sampai-sampai penisnya terlepas dari lumatan bibirku.
?ayooo?bbuuuuu?sama-sama sedooott?uuuuhhh..yaaaahhh?.mmmmm,? sempat-sempatnya ia protes karena aku sejenak hanya mengocok dengan tanganku. Segera kumasukkan lagi, kulumat benda yang begitu kusenangi ini, aku seringkali gemas karena bentuknya yang panjang dan besar sekali. Kadang-kadang aku sengaja menggigit pelan dengan gigiku, akibatnya Budi berteriak-terik kegelian. Dan teriakannya itu selalu saja membuatku jadi semakin girang mendengarnya, sampai-sampai aku seringkali menimpali dengan teriakan histeria yang jorok dengan menyebut-nyebut alat kelamin kami, kontolmu enaakhh! Entot memekku! Kata-kata yang begitu memacu aura seksual kami, kata-kata yang dulunya hanya kuucapkan dalam konteks ilmiah saja, itupun sambil berbisik. Tapi sekarang, sejak memasuki kehidupan seksual dengan Budi aku tak lagi canggung berteriak-teriak ?remes, sedot susu ibu!?, ?genjot memek ibu yang keras!?, ?aduh enaknya kontolmu sayang!?.
Kami sama-sama puas setelah beberapa saat saling sedot, lalu seperti yang diminta Budi, aku menungging, ia bersiap dibelakangku, menusuk?.sebuah gaya bercinta yang paling cepat membuatku orgasme.
?aaaahhhhhh?..enaaakkhhh?.sayaaaanggg?., kocok yang kerassshhh?yaaahhhh?,?
?ooouuhhh?yesss!!! Gimaaaanaaahhh buuuu?.hhhhh?..apanyaaahh yang enaakh??
?kontoooolmuuuuuhhhh sayaaaangg?ooohhh kontoolllmuuuhhh?.kontolmuhh!!!?
?meeemeeekkkkhhhh?ibuuhhh?juuuugaaahhh?memekkk teeerrniiikkkmmaaatt ahh aahhh?.aaahhh?..oooohhhhh,?
sebuah suasana yang riuh dengan teriakan jorok dan kata-kata seronok itu sudah jadi hal biasa bagi kami. Budi terus menggenjot, daya tahannya luar biasa, kalau saja ini suamiku, tentu sudah sedari kocokan kesepuluh saja pasti langsung muncrat. Dengan Budi? Aku tak sanggup menghitungnya, ratusan bahkan ribuan kocokan penisnya dalam liang vaginaku tak juga membuatnya keluar. Jeritan-jeritannya menikmati jepitan vaginaku yang biasanya mampu melumpuhkan keperkasaan lelaki, tak berlaku baginya. Ia terus saja menusuk-nusukkan penisnya sepenuh hati, tanpa jeda, nonstop!
Tangannya kini dengan cekatan menjulur kedepan meraih buah dada besarku yang bergoyang-goyang seirama genjotannya. Aku tahu, Budi paling suka meremas-remas susu itu sejak pertama kali menikmatinya. Dan mungkin karena rutin diremas Budi itulah, susuku jadi terasa semakin besar saja. Padahal waktu belum dijamah Budi, susuku cukup kencang dan proporsional dengan bentuk badanku yang bongsor ini.
?hhhh?hahhh?.Buuuddd?? aku memanggilnya ditengah desahanku
?yyaaahhhh??mmmmhhh ssshhhh enaakkkhhh?Buuuu, adaaa apaa?? sejenak ia berhenti
?Kamuuuhhh uuuhhhhh nggak takut kalo susu ibu kendor nantinya? Ooohhh,?
?semaakiiiinnnn seksiiiihhh aaahhh ayooohhh goyang lagi buuuuhhh, sampai kapanpun aaahhh sayaaahhh nggakk akan booosaaannn dengaaannn susuuuu daannn meeemeeekkk ibuuu,?
ia justru semakin keras meremas susuku. Aku yang gelagapan, rasa geli nikmat menjelang puncak lagi-lagi melandaku. Tak kuat lagi rasanya melawan keperkasaannya. Namun tiba-tiba pula ia berhenti bergoyang dan langsung melepaskan penisnya dari vaginaku.
?kok dilepas sayang?? aku terkejut senewen dengan rasa menggantung penasaran
?saya nggak mau ibu keluar secepat ini, saya mau kita keluar sama-sama,? jawabnya santai kemudian berbaring telentang disampingku yang masih tak mengerti apa yang diinginkannya.
?ibu sudah nggak kuat lagi say, ibu tanggung nih, maunya cepat aja, ****** kamu enak banget sih?.,? gerutuku sambil juga berbaring. Ia memeluk dan memberiku ciuman hangat di bibir. Aku menyambut dengan antusias.
?Justru itu, saya tahu kalau ibu mau keluar karena memek ibu sudah mulai empot-empot punya saya,?
?trus gimana dong sayang? Masa kita harus stop lagi, tanggung ah!?
?nggak bu, sekarang ibu karaoke saya aja dulu,? pintanya sambil mengacung acungkan penis yang masih saja tegak itu.
?oooo?.itu maunya, baiklah. Tapi janji keluar sama-sama ya??
?baik bu,?
tanpa menunggu lagi aku menerkam penisnya yang masih basah oleh cairan kelaminku itu, kukocok dengan tangan dan mulutku. Lidahku bermain di leher penisnya. Ah?luar biasa barang ini, penis yang selama ini selalu membimbingku meraih kepuasan surga asmara. Kukulum, kukenyot, menyedot, mengocok, menjilat biji telor dibawahnya dengan lidahku sampai sang empunya menjerit-jerit menahan geli.
?Ouuuussshhhh??.aaaahhhh?.aaahhh?.ibuuuhhhh?.enaaa kkk?.sedooot terusshh,?
Crooopp!!! Kulepaskan sejenak,
?gimana say?..enak mana sama sedotan Rani?? kembali aku melanjutkan
?iyaaa deeehhhh?.ooooouuuhhhh ibuuuuhhhh geeeliiii aaahhhh,? jeritnya keras saat aku menggigit kecil. Rasakan! Emangnya kamu pikir cuma Rani yang bisa memuaskan kamu? Ah sekarang aku sangat egois, bahkan tak kupedulikan lagi anakku yang ?pemilik sah? lelaki yang sedang bersetubuh denganku ini! Saat ini yang terpikir olehku adalah meraih kepuasan demi kepuasan seksual dari pemuda perkasa ini! Yang terpikir olehku hanyalah obsesi pemenuhan biologis di sisa umurku yang hampir setengah abad ini!
Aku terus mengocok dan mengulum sambil memejamkan mata, membayangkan keindahan dan kebahagiaan yang akan kami raih setidaknya untuk 4 tahun masa kuliah si Rani. Masalah bagaimana nantinya jika Rani kembali sebaiknya jangan kupikirkan dulu.
Oooohh?baru sepuluh menit mengulum penis besar ini, vaginaku sudah terasa gatal lagi! Gatal ingin digaruk-garuk oleh barang yang sekarang keluar masuk mulutku ini. Sementara pemiliknya terlihat merem melek sambil berteriak-teriak seperti orang gila!
?aaaahhhh?.aaahhhh?oooooouuuhhhhh?..ibuuuu?ibuuuu? ayooohhh buuuu.. stooop duluuuhhh?.masukinnnn keee memeekkknyaa ibuuu?. Sayaaa hampiiiirrr?.,? tangannya mencengkeram rambutku, menahan gerakan kepalaku yang maju mundur itu.
?baiklah say?.ibu juga nggak tahaaan, sudaah gatalll niiihhh?.ama ****** kamuuu,?
?iyaa buuuhh?ayooohhh?.,?
Aku segera mengambil posisi duduk berjongkok di pinggiran tempat tidur, berhadapan dengannya yang berdiri di lantai dengan posisi penis tepat di depan pangkal pahaku yang terbuka. Tak perlu lagi kusibak celah vaginaku, cairan yang meluber disana masih lebih dari cukup untuk memudahkan penis besarnya mencoblos masuk. Dan sreeppp?blessss?.kami langsung bergoyang maju mundur dengan cepat, mempertemukan dua alat kelamin di pangkal paha masing-masing, menghantarkan pemiliknya setahap-demi setahap meraih kenikmatan tiada tara itu.
?ooouuuuuhhh?yeeesshhh yeess?yesss..yeesshhh?.memekku oohh tuhaan nikmaat nyaaaahhh??..oooh my god oh my god oh my god kooontooolllmu enaaakkk saaayyy?.oooh ****** ****** ****** ****** kontoooooolllllmuuuuhhhhh enaaakkkkkhhhhhh yeeessshhhh!!!!!?
?memeeekk?ibuuuu?ibuuuu?memek ibuuu memekk?enaaakhhhh?,?
Tak ada lagi dialektika normal dari teriakan-teriakan histeria penuh nafsu itu, campur aduk dengan impuls-impuls kenikmatan surgawi yang maha dahsyat. Lucunya, meski menyadari sepenuhnya bahwa itu adalah perbuatan haram, aku seringkali menyebut-nyebut nama tuhan! Ah mulut hati tubuh dan mataku memang tak nyambung lagi disaat-saat seperti ini. Hanya ada satu kuasa diantara kami, kuasa nafsu birahi yang menjejal diantara pergesekan kelamin!
Saat itu kami baru pertama kali melakukan variasi seks dengan posisi ini, aku merasa, inilah posisi yang paling nikmat dari sekian banyak posisi bercinta yang pernah kulakukan seumur hidupku, aku bisa bebas mengatur gerak pinggulku yang secara otomatis pula mengatur pola sentuhan penisnya pada titik nikmat dalam liang vaginaku. Budi Juga bisa dengan leluasa meremas-remas payudaraku sambil berdiri atau sedikit menunduk untuk menyedot puting nya. Selanjutnya setiap melakukan hubungan badan dengan Budi, aku selalu memintanya melakukan posisi ini, my fave sex position!
?ooouuhhhsssffff?buuuddd?.saayy?..????
?hhhh?hiiiyaaahhh?buuuuhhh..adaaa?heehh apaahhh??
?kaaamuuuhhh?.luaarrrbiaasaaahhh?.pooosiiisiiihhh? iniiihhh enaaakkk?koootool kamuuuhhh jaddiiihh lleeebiiihhh terasaaahhh?.,?
?ooohhhh?iiiyaaahhhh?buuuhhh?.meeemeeekkkkhhh iiibuuu juugaaahhh taammbahh niiikkkmmmaaattt?..ooohhhh?iiibuuu maasiiihhhh lamaahhh??
?hhhh?.ssss?sssseeeebeeeenntaaarrr laagiiihhh iiibuuu maauuuhh nyaaammmpeee..,?
?sssaaaaammaaa saaamaaa?hhhh..buuuuu?saaayaaa juuugaaaa maauuuhhh muuncrraa aaattttthhh?.aaahhh memekkkkhhhhiiibuuuu taaammmbaahh enaaakkk aaazaaaa?..,?
Budi meraih pinggangku, hempasan pangkal pahanya semakin keras ke pangkal pahaku, penisnya terasa lebih masuk lagi dengan posisiku yang miring kebelakang dan kemaluan yang nyorong kedepan. Aku merasa sudah hampir, rupanya Budi juga sama, teriakannya semakin keras dan akhirnya??.
?aaaaaaauuuuoooohhhhh??..aduuuuhhhh iiibuuuu nggaaa tahaaaannnn ooohh keluarrr rrrrrrr?keluaarrrr?keeeeluaaarrr?keeeluaaarrr?..ii iibuuuuhhh keluaarrrr ooohhhh nikmatnya aaaaahhhhh?.ssshhhhh?..aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaahhhhhhhhhhhhhhh,? kurasakan vaginaku mengejang dan mengeras, mengemut penis besar yang mengganjal dan menghujam itu. Taklama setelah itu Budi juga berteriak panjang.
?oooooooooooooooooooooooooaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh?ii iibuuuuuuhhhhh?.saaayaaa jugaaaaa?.keeeeluaaaaarrrr?.aaaaaaahhhh?..memek?me mekk?memekkk?ibuuuhh jepiit aaahhhhhniiiikkkkmaaaattt?.ngggg?..aaaahhhhh???..a aaaahhhhh?.,? jeritnya panjang
Terasa semburan panas menerpa dinding-dinding vagina dan rahimku, delapan, sembilan ooohh sepuluh sebelas aaahhh empat belas dan limabelas kali?.., luarbiasa!!! Banjir sudah liang senggamaku oleh spermanya yang tumpah begitu deras. Luarbiasa! Ini kali keempat Budi menumpahkannya di lubang kelaminku sejak awal malam tadi, penuh bahkan sampai meluber keluar tak tertampung.
Aku langsung ambruk lemas, disusul budi yang memelukku dari samping. Kami berciuman mesra, merasakan sisa-sisa kenikmatan lahir batin itu. Kami sama-sama lemas, ibu dan anak angkat! Berpacu dalam nafsu! Mulut kami tak mampu bicara, hanya desah lelah yang terdengar seperti berlomba meraih oksigen. Sama-sama lelah, letih, lesu, setelah berpacu meraih kenikmatan yang maha dahsyat dari jam 10 malam hingga jam 5 pagi itu! Tak bosan-bosannya aku bilang, Luarbiasa! Tak sanggup kuhitung berapa kali aku orgasme, yang jelas Budi sudah empat kali mengalaminya. Semuanya di dalam rahimku, padahal aku ingin sekali meminum spermanya. Kupikir pasti nikmat sekali, tapi aku khawatir Budi akan menolak jika aku minta, lain waktu aku harus mencobanya. Akan kuminum cairan dari ****** itu!!! Yaaahh!!! ****** Budi! ******! Aku begitu senang mengucapkannya sekarang!
Kupeluk ia dalam dekapanku, kubelai rambutnya, lama-lama kami tertidur juga.


Sinar matahari membias dari ventilasi kamarku ketika aku terbangun, kulihat jam sudah menunjukkan pukul 12.30 siang, pantas saja aku lapar. Kucoba mengingat betapa semalam kami menghabiskan jutaan joule/detik energi untuk permainan seks itu. Kupandangi tubuh anak muda disebelahku, ah, wajahnya begitu damai, tubuhnya ideal, dan didalamnya tersimpan keperkasaan seorang lelaki pecinta sejati. What a great lover! Aku bersukur sekali, dengan usia yang 22 tahun lebih tua darinya, dengan segala kematangan jiwa yang kumiliki ternyata tak sanggup menandingi keperkasaannya di ranjang. Kucium ia sejenak dan mengenakan dasterku yang berserakan di lantai kamar. Aku melangkah gontai menuju washtafel dan menyiram wajahku dengan kesegaran air dingin. Uuh, kupandangi diriku di cermin, ternyata wajah ini masih terlalu banyak menyisakan kecantikan masa mudaku. Bahkan seperti yang seringkali Budi katakan, aku masih lebih menarik daripada Rani! GR juga aku dibuatnya. Mungkin ia benar tentang pengakuan polosnya yang lebih senang pada perempuan paruh baya seperti aku, wajarlah karena Budi tak pernah sempat merasakan kasih sayang seorang ibu sejak orangtuanya meninggal waktu ia masih kecil. Dan tanpa maksud menyombongkan diri, banyak rekan bisnis yang menaruh hati padaku, sekretarisku Maudy malah bilang aku punya inner beauty yang kuat sekali sehingga sering menarik perhatian pria. Dan aku memang mewarisi wajah mamaku yg asli Manado-Belanda, jadi wajarlah kalau dua adikku pun laku keras di blantika perfilman indonesia.
Budi tampaknya perlu istirahat banyak, kemarin ia tak sempat tidur sejak pagi hari. Aku sudah sempat tidur sejak pulang dari kantor jam 4 sore kemarin dan bangun oleh ulahnya jam 10 malam. Kuselimuti badannya yang masih telanjang itu, setelan aircon di kamar ini memang kupasang maxi sejak dinihari tadi saat kami berkeringat pasca indehoy. Budi tampak kedinginan. Sekali lagi kukecup pipinya dan beranjak ke lantai bawah menuju dapur. Makan siang sudah siap rupanya, tak ada siapa-siapa di ruang makan, aku memang mengatur pembantu untuk tidak memasuki rumah utama jika tidak kupanggil. Kecuali untuk menyajikan makanan pagi, siang, malam, dan saat cleaning service. Mereka kubawa dari kota asalku dulu di Indonesia Timur, kuberi rumah yang layak masih dalam lahan rumahku, di belakang gedung utama. Dua orang sudah berkeluarga dengan masing-masing satu anak yang tinggal bersama mereka dibelakang sana. Otomatis hanya aku dan Budi yang ada rumah induk sejak kepergian Rani. Kulihat menu makanan yang disajikan, cukup nikmat, aku langsung menyantap, karena kelaparan! Setelah itu kupanggil istri sopirku yang juga pembantu senior kami sejak dulu.
?Tin, tolong bawakan makanan ini ke depan kamar ibu, ya?? pintaku setelah menyisihkan beberapa makanan yang kutahu adalah favorit Budi. Ia senang sekali dengan masakan si Tini, ayam goreng ala Lombok dan sayur bening, beberapa buah juga dan segelas susu segar (hehehe padahal semalam kan Budi sudah puas netek susuku!).
Aku kembali ke kamar, tak kubiarkan tini masuk ke dalam, ia hanya mengantarkan makanan itu sampai di depan pintu kamar Rani yang memang bersebelahan dengan kamarku. Kututup kembali pintu kamarku dan pelan-pelan kubangunkan Budi.
?say, bangun nak, sudah siang menjelang sore. Maum dulu, ntar sakit gih,?
?huuuaaahhh?emang jam berapa bu??
?sudah?makan dulu, ini sudah hampir jam dua siang,?
ia beranjak ke kamar mandi, ingin kuikuti dia karena dengan santainya melangkah tanpa busana didepanku. Aku jadi ?gathaaal? lagi. Tapi ah, kuberi ia kesempatan untuk mengisi perut dulu. Aku memang berniat menjadikan tiga hari ini ?bulan madu? kami. Kan kuumbar nafsu terpendamku kepadanya, sepuas hati! Tiga hari!
?makanannya apaan, bu??
?sudahlah makan dulu, kamu nggak lapar??
?Iya sih, tapi kok saya sendiri aja makannya??
?ibu sudah tadi, kelaparan bangun tidur langsung makan,?
Ia masih saja telanjang, penisnya berayun-ayun seiring langkahnya, membuatku semakin horny.
?Saya mau makan kalau ibu juga buka baju,? katanya tiba-tiba, aku bingung apa maksudnya. Kupandangi wajah polos itu dengan tatapan konyol.
?pokoknya ibu harus buka baju,? desaknya
?kamu ada-ada saja, ayo ah makan dulu,? kataku mengacuhkannya sambil mencoba menyuapinya, ia duduk disebelahku di pinggiran tempat tidur. Bukannya menerima suapanku tapi melepas pengait dasterku.
?Budiii?.aahh?.,? aku tak menyangka tangannya langsung meraih buah dadaku dan meremas.
?makan dulu sayang nanti kamu sakit,? kali ini aku serius
?Buka dulu bajunya, biar sama sama telanjang,?
?iya deh buka aja sendiri, huuuhhh dasar gila!? kubantu membuka pengait BHku, CDku, dan kini aku benar-benar telanjang bugil gil ! fantasi apalagi yang akan ditunjukkannya padaku.
?ibu yang ngajarin!?
?yeee?mana pernah ibu ngajarin makan sambil telanjang,? kucoba menyuapkan makanan, ia mau juga akhirnya. Tapi dasar usil, sambil makan ia membelai-belai dan meremas susuku, punggungku, bongkahan pantatku dan?
?Budiiihhh?.jangan nakal ah!?
jari tengah tangan kanannya kini mengorek liang vaginaku. Meski sedikit kesal dengan tingkah usilnya aku sebenarnya senang juga. Luarbiasa anak muda ini, ada-ada saja caranya merangsangku.
?Geliiihhh uuuhhhffff sayang,?
?Bu, kenapa sih memek ibu enak gini?? katanya mengacuhkan aku yang menggelinjang, hampir saja makanan di piring itu tumpah.
?Budiii aah?.abisin dulu makannya,?
?mau netek dulu?..,? tangannya kembali meremas, kali ini dua buah dadaku dipegangnya, yang sebelah kiri malah ditarik putingnya.
?ouusshhh?hhhh?.buuuddd?aaahhhh?..,? aku tak dapat lagi menahan geli-geli nikmat di selangkanganku. Tapi berhasil juga kupaksakan Budi menghabiskan sepiring nasi dan lauknya, lalu dengan tergesa kusingkirkan troli itu keluar kamar. Sejenak Budi menggosok gigi, aku bersiap di tempat tidur, sengaja kupasang gaya yang paling merangsang seolah menunggu untuk diterkam. Dan benar saja, dengan setengah berlari ia melompat ke atas tempat tidur dan langsung menunggangi aku. Tangan kirinya kebelakang mengorek celah vaginaku dan yang kanan meremas payudara. Aku tak mau kalah, penisnya yang tegang sedari tadi itu langsung kukocok dengan tanganku, akibatnya budi merem-melek keenakan.
Kubanting tubuhnya yang memang lebih kecil dari tubuhku itu lalu dengan cepat kutelentangkan dan menempatkan pangkal pahaku yang mengangkang tepat diatas wajahnya. Mulutnya langsung menyambar vaginaku, menjilat-jilat, mengecup-ngecup, dan menyedot klitorisku. Aku berteriak nikmat, sampai-sampai karena tak tahan gelinya, kuucel-ucel hidung Budi dengan memekku yang sudah sedari tadi banjir oleh liurnya.
?ooouhhh?sayaangggggg?ngggg?.ngggggg?..,? hanya itu desahanku menahan rasa geli nikmat di vaginaku. Creek?creekkk?.creekkk?bunyi becek di wajah Budi yang tampak basah berlumuran cairan dari kelaminku.
?mmmhhh?..sekaraaang?kamuuuuhh?puasshhhiinnn mainin memek ibuu?buuud, ayyo oooohhhh?.hhhhhh?.hhhh?hhhh?sssss?ssss?aaaah.aaa?. hhhh aaauuhhh,? aku semakin bersemangat melihat wajahnya yang seperti ?dibasuh? oleh cairan kelamin itu. Tanganku tetap meraih batang penisnya yang tegang karena kocokanku yang semakin keras.
?oouuuuffff?.mmmmmm?nyyymmmmm?nnnyymmmm?.ayoooh buuuhhh masukin aja ke memek ibu?..ooohhh?..,? ia yang tak tahan lagi rupanya. Padahal aku begitu menikmati ucel-ucelan di vaginaku. Kumundurkan tubuhku ke belakang, masih dengan gaya menunggang kuda, dengan cepat kuselipkan penis budi ke vaginaku dan seketika itu pula ia mendorong keatas sehingga penis besar yang sudah kencang itu langsung amblas tertelan.
?aaaaahhhhh??.buuuuudiiiiihhhhh?..oooohhhhhhh,? aku menjerit seketika penis panjang dan besar milik anak angkatku itu melesak masuk dan memenuhi rongga vaginaku. Aku yang sekarang aktif bergoyang kiri kanan depan belakang dan turun naik. Pantatku seringkali menghempas, tak tahan dengan rasa gatal akibat gesekan dinding-dinding vagina dan penis besar itu. Rasa yang selama dua bulan ini selalu menggelitik ruas-ruas yang menjadi titik lemahku secara seksual. Membangkitkan gelak energi libido seksualku.


Aku terus saja berteriak, menghempas, menjerit, bergoyang dan menari diatas tubuh budi yang tak bosan-bosannya memainkan buah dadaku. Rupanya, payudara besar ini adalah salah satu daya tarik tersendiri bagi Budi, sehingga setiap kali kami berhubungan badan tangan jailnya selalu memainkan putting-putting payudara itu sebagai pembuka maupun sepanjang permainan. Aku juga begitu menikmati permainannya yang kreatif dan selalu berubah-ubah sehingga jadi tidak membosankan. (di bagian lain akan kuceritakan juga ?kreatifitas? anak angkatku itu dalam memainkan buah dadaku).
?ooohhh?bu, ibu?hhhh maasiiihh lamaaahhh??
?masih sayang?.kali ini ibu ingin membuatmu puas,? aku menghentikan gerakan turun naik pantatku sambil tetap bergoyang maju mundur perlahan. Vaginaku kubuat berdenyut untuk tidak melepaskan kenikmatan di penisnya.
?kalau begitu hhh?gantiiiihhh gaaaa..yaaa..doooonggg buuuu, aahhh,? budi masih men- desah patah-patah. Kutahu itu akibat impuls denyutan yang menyelimuti batang penisnya.
Kuangkat pinggulku dan menjauh, menunggu apa keinginannya. Sebagai wanita dewasa yang berpengalaman, aku ingin kali ini ia benar-benar merasa dilayani. Untuk memberikan image berbeda dengan apa yang ia biasa lakukan dengan anakku.
?coba ibu berbaring miring ke kiri,? pintanya
?Begini?? aku menuruti dan mencoba menebak apa yang diinginkannya, kaki kananku kunaikkan dan menekuk kearah dada yang secara otomatis memperlihatkan bibir kemaluanku dari arah bawah.
?naahhhh! Begitu?uh benar-benar menggemaskan!? serunya girang melihat tingkahku yang seperti menantang untuk segera disetubuhi. Dengan sangat segera ia menerkam buas! Aku santai saja, aku bertekat yang penting tiga hari ini anak angkatku merasakan seluruh sari kenikmatan tubuh ibu angkatnya ini sepuas hati.
Ia berjongok tepat di belakangku, penis tegar itu menempel di bibir vagina, dan saat baru kepalanya masuk, Budi meraih buah dadaku, tangan kirinya mengangkat pahaku keatas sehingga liang kemaluanku semakin menganga. Mulai lagi ia menusuk keras dan langsung cepat. Crop.. crop..crek..crekk..
?my god! Niiikkmaaatnyaahhh?sayaaaaangg?.,? jeritku tertahan. Geli, nikmatnya penis ini mengocok liang vaginaku dari arah bawah. Tangannya meremas-remas sambil sesekali memelintir putting susuku. Aku berteriak sekeras-kerasnya, mengiringi setiap gerakan penisnya yang melesak keluar masuk. Namun kali ini tak seperti biasanya, kuhindari kata-kata jorok, menggantinya dengan kata-kata cinta yang mesra dan menggairahkan.
?ayoooohh ?sssshhhh saaayaaang?ouuhhh?setubuhiiii ibuuuhhh sayaangg ooohhh nik maaatt?nyaaahhhh?.goyaangaann muuuu uuuhhhh ooohhh ooohhh..ooohhh,? desahku tiada henti. Sesekali, tangannya yang bebas meraba dan mengelus punggungku. Aku hanya bisa menikmatinya.
?ibuuuhhh?.ooohhh?enakkkh sayaaang?? sempatnya Budi bertanya ditengah goyang pinggulnya yang semakin cepat .
?iiiiihhhh?iiiyaaahhh?saaayyaaangg?..ooohhh?.budii ihhh?ooohhhh sayang? ibuu hhhh??saaayaaanggg?kaaamuuhhh..ooohhhh,?
Budi rupanya tak tahan untuk tidak menyentuh wajahku, ia kemudian menunduk berusaha menjangkau wajahku yang terpejam, memberi ciuman mesra, awalnya mendarat di pipiku lalu ia melumat bibirku.
?oouuhhh?.buuuhhh?.ibuuhh caaantiiikk sekaaaliiihh?..,? katanya memuji rona wajahku dengan mata terpejam. Aku memang sengaja mengatur ritme gerakanku untuk mengimbangi variasi seks appealnya yang begitu beragam. Kupikir, Budi pasti perlu sentuhan mesra seperti ini. Ternyata benar, sesaat kemudian ia kembali pada posisi normal. Menindih dengan pinggang terjepit pahaku. Langsung memeluk dan bergoyang lambat. Akupun tak kalah mesra memejamkan mata sambil menikmati lumatan bibirnya. Lidah kami silih berganti saling menjelajah rongga mulut masing-masing.
Sudah limabelas menit kami beradu seperti itu sampai kemudian aku yang duluan tak tahan, seperti biasa, tubuhku menegang keras. Kukepit tubuh budi erat sambil berteriak keras menikmati detik-detik orgasme itu, kugigit bahu Budi yang beberapa detik setelahnya tampak juga mengalami hal sama. Ditengah ketegangan yang memuncak itu ia menyedot putting susuku dengan keras, menghempaskan tubuhnya ke pangkal pahaku dengan kuat dan menghujamkan penisnya dalam sekali sampai mentok di dasar vaginaku.
?oooooohhhhhh?.ibuuuuuuuu?ibu..ibuu..ibuuu?.sayaah h keluaaaaaaarrrr??,? jerit nya histeris. Di dalam sana aku merasakan semburan spermanya yang tetap saja deras muncrat memenuhi setiap cc ruang rahimku. Kira-kira semenit kemudian kami berdua lemas dan terkapar kelelahan. Baru kali ini aku bisa bertahan lebih dari duapuluh menit menghadapinya. Biasanya baru digoyang sepuluh limabelas menit saja aku sudah KO dan minta ampun.
Mungkin karena suasana yang terasa begitu bebas tanpa anakku si Rani. Semasih ia ada di rumah ini kami selalu main curi-curi waktu dan tempat, sehingga rasanya jadi kurang optimal. Selalu saja ada hambatan bagi kami untuk berlama-lama. Malah pernah karena aku yang tak tahan setelah mengintip mereka, kuminta Budi menyetubuhiku di ruang kecil bawah tangga dekat kamarku. Waktu itu Rani tertidur setelah puas dua kali oleh permainan Budi.
?Ibu beruntung sekali sayang?.,? kataku membuka pembicaraan saat nafas kami sudah mulai teratur.
?Saya juga, Bu, ibu adalah perempuan tercantik yang saya kenal,? jawabnya dengan wajah serius sambil memainkan puting susu kesukaannya.
?mengada-ada kamu say, masak ibu yang jelek dan setua ini kamu bilang cantik?? aku balas meraih batang penisnya yang masih basah dibawah sana, kuraih tissue untuk mengeringkan. Lalu kutimang-timang benda yang sudah tak terhitung berapakali mengoyak liang vaginaku itu.
?eeeuuhhh..buuu?ntar saya minta lagi lho?? katanya pura-pura protes saat tanganku memijit-mijit urat kecil yang tepat di leher kelaminnya bagian bawah.
?dikasih?,? jawabku pendek
?emang ibu kuat?? baliknya.
?itu kalau kamu tega lihat ibu pingsan diperkosa?..,? bisikku mesra ditelinganya.
?iya deeh, tapi jangan dikocok begitu dong, buuuu?geli niiihh,?
?habis ngegemesin,?
?ibu juga cantik sekali,? kali ini mukanya menatapku serius, kuyakin wajahnya yang imut itu bisa mempesonakan siapa saja yang ditatap.
?kamu juga cakep say, ibu takut kalau nanti ada cewek lain yang naksir trus kamu lupa sama ibu,? kupelankan juga suaraku untuk memberi kesan serius padanya.
?Ngga mungkin bu, mana bisa saya melupakan ibu dan ?hhmmm dan Rani,? ia sedikit kikuk mengucapakan nama anakku. Perasaannya masih menyisakan keraguan menduakan hatinya kepadaku dan anakku. Aku bisa mengerti itu, lagi pula mana bisa aku merebutnya dari Rani, tidak mungkin lah. Sebagai justifikasi terhadap situasi ini, aku hanya bisa bilang pada batinku sendiri bahwa hubungan ini juga untuk mengikat si Budi terhadap keluarga kami.
Konyol juga aku, tapi ah sudahlah. Aku harus menutup rapat-rapat hubunganku ini, tak seorangpun boleh mengetahuinya. Ini rahasia kami berdua. Maka untuk itulah, sewaktu Budi meminta ijinku untuk menulis kisah ini, aku berpesan agar semua identitas dalam cerita ini disamarkan.
?Tapi kamu rela kan memberikan kenikmatan ini ke ibu??
?asal kita bisa jaga rahasia ini, bu,?
?iya sayang, ibu janji akan menjaga rahasia kita,?
?saya juga bu,? katanya sembari mengecup buah dadaku.
?trimakasih sayang,? aku balas memeluk dengan lebih erat. Pelukan yang aku maksudkan untuk meyakinkannya bahwa aku benar-benar serius dengan semua ucapanku tentang hubungan kami. Tapi ternyata Budi menanggapinya berlebihan, ia melumat bibirku, bernafsu! Celaka, padahal betis dan pahaku serasa mau patah akibat permainan yang hampir tak ada jeda ini. Cairan sel telurku sepertinya habis sudah tumpah oleh belasan orgasme yang kuraih dari tusukan demi tusukan nikmatnya, badanku rasanya hampir remuk. Tapi aku juga tak ingin mengecewakannya, aku ingin memanjakan Budi dalam tiga hari yang sudah kuluangkan untuk itu. Dan gengsi juga rasanya kalau aku, yang pertama kali menginginkan pemuasan dahaga seksual ini harus menyerah. Jadinya aku pasrah saja, membiarkan nakalnya lidah Budi menjilati sekujur badanku, mulai dari keningku, lalu wajahku, bibir, leher, melompat jauh ke jemari kakiku yang dikulumnya satu-persatu.
Gila! Gila! Gila! pikirku. Anak ini memang luar biasa! Umurnya baru 18 tahun lebih, pengalamannya baru terhitung bulan, dan kini aku seperti koloni pemuas nafsu birahinya. Aku yang sudah 25 tahun menikah, dengan pengalaman seks yang lebih lama ini, seperti tak berarti apa-apa.
Karena gengsi itulah aku jadi pasrah saja, dan sepertinya Budi mengerti benar hal itu. Kali ini ia tidak memintaku macam-macam, padahal biasanya disaat petting saja aku dimintanya menungging dan ia menjilat susu dan vaginaku dari arah bawah. Tapi sekarang ia asik menikmati tubuhku yang lemas dan sepertinya ia juga suka itu. Sambil memegang erat buah dadaku yang tak cukup dalam genggaman sebelah tangan, dijilatnya habis veginaku yang sedari tadi sudah becek oleh tumpahan mani dan sperma kami itu.
Perlahan ia menaiki tubuhku, mengganjal kepalaku dengan dua buah bantal sehingga gampang baginya untuk mencium wajah, bibir dan buah dadaku. Mungkin ia mengerti juga bahasa tubuhku yang lemah itu, sehingga dengan perlahan dan mesra pula ia memasukkan penisnya kedalam vaginaku. Dan meskipun kenikmatan melanda tubuhku saat itu, aku hampir tak mampu lagi mengimbangi genjotan-genjotannya. Aku hanya sanggup mengatur tarikan saraf-saraf dinding vaginaku yang membuatnya merasa menikmati denyutan di sekeliling penisnya. Telapak tanganku berpasangan dengan telapaknya, diangkat keatas lalu dengan mesra pula dijilati dan diciumnya ketiakku. Sensasinya begitu indah, menambah gairahku yang hampir kehabisan tenaga ini. Dan selama duapuluh menit itu, kubiarkan ia menyetubuhi ibu angkatnya yang lemas ini, memuaskan dan kalau bisa menuntaskan birahinya yang menggebu melebihi apa yang biasa diberikannya pada anakku. Ya, lebih hebat dari apa yang diberikannya pada Rani.
Kemudian menjelang klimaksnya, dengan sisa tenaga yang masih ada aku mendekapnya erat, membenamkan wajahnya di kekeyalan buah dadaku. Ia menyambut dengan antusias, mendegus keras sambil menyedot putting susuku. Budi melepas, kurasakan nikmat tumpahan spermanya yang memuncrat dengan keras di relung rahimku. Sebagiannya bahkan tumpah membasahi sprei putih tempat tidur itu. Ahh..aku bahagia sekali. Beberapa saat ia menegang dan kemudian lemas juga. Kukecup bibirnya mesra, ia membalas sambil perlahan melepaskan cengkeraman vaginaku, lalu berbaring lemah.
?Puas sayang?? kataku membuka pembicaraan, sambil membelai rambutnya lembut.
?Trimakasih, bu. Saya puas sekali?..,? ia berkata begitu sambil kembali menyembunyikan wajahnya di antara dua buah dada besar itu.
?Istirahat dulu ya, sayang? Ibu lemas banget?.kaki ibu rasanya mau copot,? aku merajuk dan memohon. Ia mengangguk dan menciumku. Saat itulah aku pertama kali menyadari bahwa aku jatuh cinta pada anak angkatku ini. Aku tergila-gila pada pesona tubuh dan keperkasaannya! Oh tuhan, aku ingin terus dicumbu, disetubuhi, digauli bahkan diperkosa oleh anak ini! Aku tahu ini gila! Kegilaan yang terlalu nikmat untuk dihentikan!
Jika aku mengenang tiga hari yang luarbiasa itu, kadang aku merinding. Membayangkan persetubuhan-persetubuhan yang kami lakukan setiap hari, setiap jam, setiap menit dan detik demi detik mengadu alat kelamin kami saat itu, selalu membuatku merasa ingin lagi dan lagi. Perasaan itu pula yang hampir setiap hari memaksaku untuk meminta pemenuhan dari Budi.
Anak angkatku itu kini sudah aktif kuliah di kampus. Ia mengambil jurusan perdagangan internasional di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Budi anak yang disiplin dan sangat telaten mengurus keperluan pendidikannya, sehingga aku harus sabar kalau pada saat aku butuh pemenuhan birahi ia masih mengikuti kuliah siang. Tapi di siang hari, pada jam-jam istirahat aku memang sering horny, mungkin karena intensitas kerja yang begitu padat di pagi dan sore harinya, maka siang saat aku keluar makan pastilah aku terobsesi oleh bayangan-bayangan vulgar Budi. Dan bayangan-bayangan vulgar itu pula yang selama ini jadi ?refreshener in the stressing days?.
Dan pada siang itu, Hesti, seorang kawan lama datang berkunjung ke kantorku. Sepuluh tahun kami tak jumpa, padahal saat kami masih tinggal di kota asalku dulu hesti adalah teman terdekat tempatku berbagi rasa. Ia tahu semua tentang masalah keluargaku, termasuk masalah suamiku. Ia pula yang pertama kali mengungkap masalah istri-istri simpanan suamiku. Jauh sebelum itu, aku dan hesti adalah teman sepermainan sejak kami SD di daerah asalku. Jadilah pertemuan kami hari itu begitu emosional. Hesti sampai meneteskan airmata gembira karena dalam sepuluh tahun ini banyak sekali peristiwa yang kami alami dalam kehidupan kami masing-masing. Setelah makan siang di caf? dekat kantorku, aku berinisiatif mengantarnya pulang. Ternyata Hesti sekarang sudah menjadi staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan yang juga menggembirakanku adalah Hesti juga mengajar di jurusan yang diambil oleh Budi. Aku dengan antusias menceritakan tentang anak angkatku itu. Tentu aku tak menuturkan tentang kisah XXX kami, meski biasanya antara aku dan Hesti tidak ada yang rahasia. Bahkan ia sangat terbuka soal rumahtangganya, suaminya juga dosen, tapi di IPB Bogor jurusan Bio-Teknologi. Pada waktu itu Hesti belum mengenal Budi, tapi aku janji akan memperkenalkannya dengan Budi, kupikir lumayan untuk bantu-bantu membimbing dan mengawasi anak itu. Setelah sore ia meninggalkan kantorku, tapi gara-gara tadi sempat bercerita tentang Budi aku jadi gatal. Aku segera menelponnya. Waktu menunggu terasa lama sekali padahal jarak antara kampus Budi dan gedung kantorku tak terlalu jauh. Nafsuku yang sudah naik ke ubun-ubun membuatku jadi tak tahan, sehingga ketika ia masuk ke ruanganku dan mengunci pintu, aku yang sudah ?basaaah? langsung saja mempreteli pakaiannya, celana dalamku sudah kulepaskan sejak tadi sebelum Hesti pulang, itu karena aku sudah nafsuan. Langsung saja aku menuju sofa, menyingkap rokku sampai pinggang, membuka pahaku kearah berlawanan dan membiarkan lidah Budi menjilat-jilat nikmat. Setelah itu giliranku menyedot penis Budi (istilah yang ia pakai: KARAOKE). Lalu tanpa membuka baju dan rok ku yang memang kubiarkan melekat, ia langsung menusuk, menggenjot, mengocok, tarik-dorong, cabut-tancap lagi dan aaah puasnya aku. Saat itu seingatku Budi hanya sekali orgasme, aku yang berulang-ulang. Mungkin empat kali aku mengejan dan melepas sebelum spermanya ikut tumpah ruah buuaanyaaak sekali!!!
Budi, anak angkatku itu kini benar-benar merubah pola kehidupan seksualku yang dulu hampir lenyap tertelan kesibukan dan konsentrasi bisnis menjadi hiperaktif ! Kuakui sikapku di depan orang memang masih elegan dan cenderung pasif bersosialisasi, bahkan di kantor aku terkenal super tegas dan disiplin. Tapi kalau sudah berdua dengan Budi, aku tiba-tiba berubah jadi wanita kehausan yang liar !

Ada satu hal yang kusenangi dari Budi, ia pandai sekali mencari cara maupun waktu untuk mengajakku berhubungan badan. Ada-ada saja idenya untuk membuat hubungan kami jadi tak membosankan, padahal tiap hari juga kami melakukannya, entah pagi sebelum berangkat kerja, di kantor pada jam istirahat dan yang rutin di malam hari. Bahkan tak jarang ia ?belum tuntas? kalau waktu kami terlalu sempit di pagi hari- ia pasti menyempatkan diri minta di ?karaoke? di dalam mobil atau pernah di WC Ground Floor gedung kantorku. Seperti suatu hari ketika aku menghadiri sebuah pesta perkawinan di Semarang. Saat itu aku hanya ditemani oleh Budi karena semua asisten di kantor pada sibuk mengurusi kegiatan bisnis yang memang lagi peak season. Kami menginap di Hotel Patra Jasa yang kebetulan dekat dengan lokasi pesta.
Pesta Pernikahan anak kawanku itu cukup besar, dan karena ia berasal dari keluarga keraton Solo maka segala hal termasuk pakaian para undangan yang hadir bernuansa tradisional. Budi tak sempat memakai pakaian adat Jawa yang sehari sebelumnya ketika kami check in sudah dibagikan oleh panitia, ia terlambat bangun pagi itu karena dini harinya terbangun dan minta dilayani. Kutinggalkan ia di kamar sementara aku dirias di sebuah butik yang ada di hotel itu juga, dan ketika kembali, kutemukan Budi juga telah mengenakan setelan jas lengkap dengan style ala renaisance. Aku tak terkejut melihatnya, meski aku yakin kalau ada gadis yang memperhatikan Budi dengan pakaian itu pasti langsung naksir deh! Wajah yang mirip Leonardo Di Caprio itu mengingatkan orang akan tokoh Jack di film Titanic.
Kulihat matanya melotot kearahku, sebuah cara melihat yang sudah kuhafal dalam beberapa bulan ini, ia yang terpesona oleh dandanan tradisional dengan kebaya jawa ini. Wah, celaka, kupikir ia pasti horny melihat dadaku yang tampak lebih membusung seperti mau meledak dengan tonjolan-tonjolan sensual yang tercetak jelas dibalik kebaya encim ini.
?Husshhh?apaan sih? Ibu kok diliatin kayak begitu, say?? aku menepiskan tangan di depan wajahnya yang masih saja memandang lekat tubuh yang terbungkus kebaya ini.
?Bu, boleh minta nggak? Uuufff..ibu benar-benar seksi!? serunya seperti yang kuduga, tangannya bahkan lansung menjulur kearah dadaku,
?Ah enggak ah, ibu sudah cape-cape dirias gini, ntar telat lagi! Lihat jamnya tuh, sudah jam sembilan, acaranya kan sembilan tigapuluh,? ujarku sambil menepis tangan kanan yang baru saja sempat bertengger sedetik di permukaan buah dadaku itu.
?Suer Bu! Kalo dandan begini, ibu bikin gatal saya,? ia tak peduli, malah menarikku kearah tempat tidur.
?Budi?.iiihhh geniitt deh! Ibu serius nih!? aku pura-pura marah, habis kesal juga,
?Auk ah gelap!?
?Jangan maksa gitu dong, say. Nggak enak sama undangan yang lain, ibu kan jadi saksi pernikahan juga. Masak mau terlambat lagi?? kini aku memohon, tapi kedua tangannya sudah memeluk dari belakang. Kami masih berdiri, dan ia tahu benar kelemahanku, leherku dijilatinya hingga aku menggelinjang kegelian, terangsang juga aku.
?OK..OK sayaaangg?.hhhh..ibu kasih..ibu kasih, tapi ada saratnya,?
?sarat apaan??
?Ngga boleh sampai merusak dandanan ini, ibu ngga mau sampai ke butik lagi gara-gara dandanan ibu kamu obok-obok,?
?Lhoo, trus gimana??
?sini, punyamu, kamu cuma boleh pegang-pegang susu ibu dari luar kebaya, ngga boleh netek,? aku mengalah juga, kini kubuka celananya dan melorotkan sebatas lutut. Ia terduduk di tempat tidur, aku yang tetap berdiri, takut kalau kain batik yang kukenakan sebagai bawahan ini jadi awut-awutan. Perlahan-lahan kusingkap kain batik itu dan dengan hati-hati melepaskan celana dalamku.
?Iya deeeh, yang penting Budi dikasih ya bu?,? katanya menyanggupi sambil menarikku mendekat, tangannya tak berani meremas buah dadaku, hanya sesekali ia mencium pinggiran atas buah dadaku yang terbuka karena potongan kebaya berdada rendah itu. Rupanya ia cukup puas dengan permainan tanganku yang mengocok penisnya.
?Yang cepat, say?ingat waktu?,? aku mengingatkan.
?tangannya menyusup kearah pangkal pahaku, meraba dan memainkan jari-jari nakal itu di permukaan vaginaku yang mulai basah. Aku juga terangsang rupanya, terangsang oleh pandanganku kearah cermin lebar di dinding kamar yang menunjukkan betapa sensasionalnya diriku yang berpakaian kebaya rapi ini terpejam-pejam menahan geli di pangkal paha sementara tangan kananku mengocok penis Budi yang mengacung bak tugu monas gemuk. Setelah kurasa sudah cukup pemanasan kami, kusuruh budi melepas jasnya supaya tak kusut, lalu ia berbaring, aku mengambil posisi berjongkok tepat diatas pinggangnya. Kain batik kuangkat dengan hati-hati hingga atas pinggang dan dengan sekali tekan amblaslah penis budi masuk ke vaginaku. Aku yang aktif mengocok turun naik. Rasanya begitu nikmat meskipun gerakanku jadi terbatas karena takut kebaya itu kusut. Asik juga, karena Budi rupanya juga mengalami hal yang sama, saat kemaluanku berdenyut diambang orgasme, ia ikut mendesah panjang. Aku menjerit, melepas nikmat. Budi juga rupanya, penisnya terasa menyemprot banyak sekali.
Dengan pelan dan hati-hati kulepaskan penis budi dari vaginaku, crop.. beberapa tetes cairan sperma Budi menetes keluar, luput dari usapan saputanganku.
?Bersihin dong, bu?sayang?,? katanya merajuk.
Aku tak tega melihatnya merengek begitu, ah kupikir toh aku bawa lipstick, tak ada salahnya kalau kujilat cairan itu dengan mulutku. Budi berteriak kegelian saat penis itu kekenyot-kenyot sambil menjilat habis semua cairan mani yang tercecer di sekitar pahanya, sampai kesat. Baru kukeringkan dengan sapu tangan. Aahhh?.Budi?Budi, ada-ada saja caranya membuatku merasa bergairah seperti pengantin baru! Tadi itu, meskipun kutunjukkan muka sedikit kesal, namun sebenarnya aku senang, karena dengan dandanan itu ternyata Budi sampai tak tahan untuk tidak menyentuhku.
?Ntar kalau pulang dari pesta, kebayanya jangan dilepas dulu ya, Bu?? katanya ketika kami keluar dari kamar.
?Emang kenapa, say?? tanyaku pura-pura bodoh
?Budi horny banget ngeliat ibu pakai pakaian jawa begini, lebih menonjol !? serunya, dan kurang ajarnya lagi, sempat-sempatnya ia menyenggol susuku.
?dasar kamunya aja yang otak ngeres,? bisikku ketika kami sudah di mobil menuju lokasi pesta.
?Leher ibu juga kelihatan seksi banget kalau disanggul begini,? lagi-lagi ia menggoda,
?Iya, iya?ntar ibu kasih lagi, tapi awas jangan macam-macam di pesta nanti!?


Pada saat pesta berlangsung, beberapa pasang mata menatap kearahku, tua, muda, remaja, bapak-bapak sesekali melirik dan melemparkan senyum. Aku GR juga, mungkin benar kata si Budi, semua daya tarik tubuh dan kecantikanku jadi lebih ter-ekspose dengan kebaya jawa ini. Dan mungkin yang mencengangkan mereka adalah buah dada besar milikku yang terlihat lebih montok daripada kalau aku pakai baju kerja. Itu karena stagen yang melingkari perutku ?menggeser? lengkungan buah dada itu semakin kedepan.
Budi duduk disampingku, entah karena tak berani atau memang tipe lelaki pasif, ia hanya senyum kecil-kecil saja membalas godaan beberapa perempuan sebaya umurnya. Aku jadi teringat kata-kata pengakuannya terhadapku bahwa ia lebih tertarik pada perempuan paruhbaya. Ah Budi..budi, Budiku yang luarbiasa!
Kejadian tadi pagi terus mengganggu pikiranku setengah hari itu. Aku lebih memilih berada terus didekat Budi daripada bergabung dengan kelompok tuan rumah yang berkumpul di dekat pelaminan. Terngiang ditelingaku kata-kata vulgar Budi, ?memek ibu nikmat?, ?ibu seksi sekali dengan kebaya jawa?,?susu ibu jadi lebih menonjol?, dan gilanya, gara-gara mengulang-ulang ucapan budi dalam benakku itu, aku jadi horny sendiri. Kulihat Budi duduk disampingku sambil membaca leaflet pesta, kulirik selangkangannya yang meskipun tertutup pakaian tapi cukup membuatku berpikiran macam-macam. Terbayang kejadian tadi pagi saat aku turun-naik diatas pinggangnya, masih dengan kebaya lengkap, ah..ahh..oohh..oohh..uuhh..uh dan serrrr berdesir birahiku?..
Kurasa Budi juga mengalami hal yang sama, walaupun ia hanya diam terpaku, tapi aku hafal benar gerak tubuhnya sekecil apapun. Kutahu ia juga sedang horny ketika memandangku sesaat tadi waktu aku maju kedepan menjadi saksi perkawinan. Sempat kulihat pandangan nakal Budi yang dengan gatal melirik ke arah pantatku. Ah, aku jadi tak tahan dengan acara hari ini, aku ingin cepat kembali ke hotel, merasakan permainan lidah Budi, menikmati penis besarnya menusuk-nusuk keras dalam vaginaku..ooohhh naluri binalku berteriak meminta pemuasan yang segera!!!
Jam 13.00 siang barulah kami meninggalkan pesta, itupun setelah aku membuat-buat alasan pada Fenny, sang nyonya empunya pesta, bahwa aku ada jadwal meeting dengan seorang rekan kerja. Persetan dengan pesta itu! Aku ingin segera disetubuhi, dan seperti kata budi, diobok-obok! Diperkosa dengan kerasss!!!
Dalam perjalanan pulang, di mobil Volvo yang membawa kami ke hotel, aku dan budi sudah sama-sama panas, di mobil ia bahkan sempat meraba-raba pahaku, untung sopir itu tak melihatnya. Dan ketika kami sampai di dalam kamar ia langsung menyambar bibirku, melumat dan menjelajah rongga mulutku dengan lidahnya yang liar. Aku sampai kelonjotan saat ia sedot-sedot permukaan kulit leherku yang terbuka bagian belakangnya akibat rambutku yang disanggul. Yang terdengar saat itu hanya jeritan-jeritanku yang patah-patah. Sementara jari-jari tanganku tak kalah gesit mencomoti kancing bajunya satu-persatu. Tangan Budi sibuk menyingkap kebayaku,
?hhh?kenapaaah ngga dibuka ajaah bajauuuhh ibuuu,? aku bertanya terengah-engah,
?Biarin aja ah, budi suka liat ibu pake baju kebaya?uuufff?ibu seksi sekali, jawabnya mengabaikan permintaan itu. Tangannya kini menyusup lewat belahan depan baju itu lalu melewati celah Bhku, seketika ia langsung meremas, kancing depan kebayaku sudah terlepas dua buah, Bhku diturunkannya kebawah payudara, susuku sebelah kiri langsung seperti meloncat menyembul dari situ.
?aaaaahhhh?.!!!,?jeritku keras saat budi menerkam putingnya dan langsung menyedot nikmat. Kedua telapak tangan dan mulutnya berebut mengucel-ucel susuku, kiri-kanan-kiri-kanan terus begitu. Rupanya penampilanku dengan kebaya itu membuat budi jadi buas sekali. Aku senang juga, ada suasana hati yang menggoda sekali saat kusadari tingkahnya yang lebih mirip ?perkosaan? ini.
Tak puas dengan hanya memainkan buah dadaku, Budi lalu mendorong aku dengan paksa ke tempat tidur, tubuhku sampai terhempas disana.
?aaauuuuhhh?Budiiiii?.ibu kamu apaiiinnn?!!? jeritku keras tapi sebenarnya aku suka sekali diperlakukan seperti itu. Benar firasatku?ia sejenak melepaskan pelukannya dan memelototi tubuhku.
?Budi benar-benar gila oleh penampilan dan tingkah ibu hari ini, dan sekarang plase jangan banyak bicara, budi mau perkosa ibu sampai ibu menjerit-jerit minta??,? ia tak melanjutkan, tampak keraguannya mengucap sisa kalimat tadi,
?minta apa?.??
?minta dientot lagi!!! Diperkosa!!!? jawabnya dengan wajah yang dibuat seolah ia benar-benar pemerkosa, dan belum lagi aku sempat menimpali kata-katanya, ia sudah menerkam lagi. Kali ini membekap mulutku dengan tangan kanannya sementara yang kiri menarik ujung kain penutup bagian bawah tubuhku ke atas, dengan cepat pula ia menarik celana dalamku, sampai robek! Aku hanya sanggup bergumam karena meski tanganku bebas tapi justru kupakai untuk menjambak rambutnya, menekan kepalanya kearah buah dadaku. Padahal kutahu Budi ingin sekali menengok pemandangan di daerah selangkanganku yang pastilah sangat menggairahkannya. Tak kalah akal, dua jarinya langsung melesak masuk menusuk vaginaku, menguaknya lebar dan memijit klitorisku.
?mmmm?hhh?mmmhhh?mmmmm,? hanya itu yang keluar dari mulutku ketika dengan cepat dan keras, budi mengocok vaginaku. Oh sedapnya kocokan tangan kasar itu. Aku sampai ikut menyorong-nyorongkan vaginaku saat tangannya mencabut, seperti tak ingin ia melepaskan jari-jarinya dari dekapan vaginaku yang panas.
?Rasakan, Bu! Rasakan bagaimana nikmatnya diperkosa! Anggap saja ini ganjaran untuk penampilan dan tingkah ibu hari ini! Saya akan perkosa ibu tanpa membuka baju ini,? katanya disela-sela mukanya yang tenggelam diantara buah dada besarku. Ya ampun, kata-kata kasar itu justru memacu adrenalin dan libidoku untuk meminta pemuasan sesegera mungkin!
?ibu mau diperkosa?? katanya lagi sambil melepas bekapan tangannya di mulutku.
?haaaahhhh!!!!? Aku langsung berteriak keras, melepaskan rasa nikmat yang tertahan ini.
?ayooohhh?.sayaaaang, eeennntooottt?ibu sepuasmu!!! Perkosa ibu sekerasnyaaahh? ayoohhh?kali iniiihh ibuuuu mintaa diperkosaa dengan kerasssshh!!!! Ibu janjiiihhh?, ibuuhh relaahhh ayooo sayang, ayo perkosa ibuuuhhh, perkosa sayang, ibu diperkosa anak angkatnyaah ooohhhh?.tusuk kemaluan ibu sayaaang ooohhhh?tusukkkhhh memeeekkk ibuuuhhh ooohhh pinntaarrr?yes?yesss?ayooohh segeraaah sayaaang, segeraa eentoot ibu pake kontooolmuu,? tak kuasa lagi aku menahan rasa nikmat yang seperti menjalari tubuh dan otakku. Tak ada lagi logika-logika bisnis dalam otakku, tak ada lagi management apalagi fluktuasi nilai Dollar, yang ada hanya sensasi perempuan binal yang kehausan! Baru sekali dalam hidupku aku mengalami hal ini, aku sangat ingin diperkosa!
Budi melepaskan tangan dari jamahannya pada susu dan vaginaku, lalu dengan cepat ia memegang kedua kakiku, dikuaknya lebar kekiri dan kanan, diangkat keatas dan menekuk lututku, aku bisa bayangkan bagaimana rupa selangkanganku dengan vagina yang sudah terkoyak dan becek, celana dalam yang robek, kain batik yang awut-awutan tersingkap sampai perut. Dan sekarang seorang laki-laki muda yang tak lain adalah anak angkatku itu berjongkok dengan penis besarnya tepat di ambang kemaluan seorang perempuan paruhbaya yang tak lain adalah ibu angkatnya. Dengan sekali tekan gerakan maju, pinggulnya menusukkan barang nikmat bernama penis itu nyoblos kedalam vaginaku, terus masuk menusuk hingga dasarnya, mentok, tarik lagi dan menghempas dengan keras sekali. Aku menjerit panjang merasakannya, luarbiasa sensasi pemerkosaan ini! (*Kalau saja ibu-ibu yang lain tahu kisah ini, aku yakin mereka takkan pernah mempermasalahkan kenakalan remaja! Karena saat ini seorang ibu sedang menikmati kenakalan remaja itu! Kenakalan atau lebih tepat kebuasan lelaki muda yang perkasa, yang sedang menghentak-hentakkan batang penisnya dalam vagina perempuan dewasa, vagina yang dulu begitu lama ?dikecewakan? oleh pemiliknya saat itu!)
?hhh?.ooohhh?oohhh giiiiiimaaaaanaa ?..buuuhhh enaakkkhh??? Hhmmm?? ia bertanya sembari menggoyang pinggulnya lebih cepat dan bernafsu,
?iiiyaaahhhh sayaaanggg?enaaakhhh?.ayooohhh teeeeerrrruuuussshhh eeentooott iiiii buuuuuhhhh?iiiiihh yeeessshhhh?yeeshh?yesss?yeess?,? tak bosan-bosannya kuucapkan kata itu, dan memang pada saat-saat begini, kata entot, perkosa, memek, ****** adalah favoritku. Mengucapkannya sama dengan menambah value dan intensitas kenikmatan birahi kami.
?ayooh balik buuuhhh?uuhhh lihat badan ibu, seksi sekali,? serunya memintaku menungging. Kuturuti keinginannya, penisnya terlepas sejenak sebelum lagi-lagi dengan cepat disambarnya pinggangku dan langsung tancap. Aku kembali berteriak teriak, tak sadar sudah dua kali aku orgasme. Sensasi dan suasana ini membuatku terus ngotot melanjutkan.
Duapuluh menit kemudian, ganti posisi lagi. Aku berbaring telentang pasrah, pantatku diganjal dengan sebuah bantal sehingga liang vaginaku semakin tampak. Ia menindih, aku menjepit dengan kaki, melingkari pinggangnya. Menggenjot lagi, aku orgasme lagi! Aaah yang ketiga dalam satu ronde ini.
?saaaaaaaayyaannngggg?.nggggg?.nngggnnngg.aaaahhhh ?,? aku mengejan, tubuhku menggelinjang ditengah derasnya terpaan pangkal paha Budi di selangkanganku yang masih saja keras dan cepat itu. Rupanya ia juga tak menyadari aku yang orgasme ini, luar biasa pengaruh sensasi busana dan penampilanku dengan kebaya ini! Kalau tahu akan senikmat dan seseru ini tentu dulu-dulu aku akan sering pakai kebaya!!!
Breeet?!!! Tiba-tiba tangannya menarik ujung baju kebaya itu. Sambil terus saja menggoyang, tak memperhatikan aku yang bengong.
?haaahh?kenapaaahhh diroobek say??
?diam saja aaahhhh buuuhhh, nikmatiihhh sajaah perkosaaan iniiihhhh,? jawabnya singkat dan terus menggenjot maju-mundur. Aku yang kelabakan ketika tangannya menarik tanganku, dilepaskannya kaki kiriku yang tadinya menggantung di bahunya. Sepertinya ia ingin merubah gayanya.
?dariiiihh samping enak buuhh?coba nikmati ini?,?
?begini maksudmu nak?? aku pasrah saja, memiringkan badan ke kiri, sebelah tangannya masih menjulur meremas payudaraku.


?oohh?ibu semakin menggemaskan saja, sayang?,? ia berkata demikian sambil berdecak kagum. Mungkin pemandangan aku yang seperti benar-benar diperkosa dengan baju dirobek ini membuatnya serasa tak percaya pada apa yang dilihatnya. Dengan cekatan ia beralih mengangkangi sebelah pahaku dan mengangkat paha yang satunya lagi sehingga, penisnya yang masih saja terjepit itu benar-benar berada tepat dengan posisi vaginaku.
?terima ini bu!!? teriaknya mengejutkan aku, langsung menggenjot, kali ini lebih keras lagi dan semakin keras lagi. Pertama kurasakan pegal di selangkangan namun lama-kelamaan berubah jadi desiran kenikmatan.
?aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahh.buuuddiiiiiii?..hhhhhh!! !!,? aku berteriak sekencang-kencang nya, hempasan di pangkal pahaku begitu kuat. Saat itu, hanya teriakan nikmat yang bisa kuucapkan. Budi tampak senang melihatku meringis-ringis dan menjerit. Plak..plak..plak..plak bunyi pangkal paha kami yang bertemu, seperti bunyi tangan yang bertepuk. Dan memang suara itu jusru menjadi semacam aplaus bagi kami. Hanya berselang beberapa menit saja ketika itu, kembali aku dilanda desiran nikmat di seluruh tubuh, yang dengan cepat merambat ke arah selangkanganku?.
?oooooohhhhbbbuuuudiiii?.hhhhiiibuuuuhh maauuuu saaamppaaaiii?.,? sebuah desahan untuk memberi tanda padanya bahwa aku orgasme.
?hhhiiiihhhyyyaaa buuuhhh?buuudiiii jugaaaaa aaaaahhh?.keluar!!!!? ternyata Budi juga diambang pelepasan. Berdua kami menegang. Keras, semakin cepat dan melepas derasnya desakan cairan kelamin kami. Secepat kilat budi menunduk dan meraih susuku dengan mulut, ia langsung menyedot. Memberiku kenikmatan yang semakin gila. OOOoooo
?ampuuunn, nak. Ibu nyeraaah deh, please kasih ibu beberapa menit untuk beristirahat,? aku memohon karena dengan masih mendengus, budi memaksa melepas satu-persatu pakaian kebaya itu. Sampai aku telanjang. Penisnya dibiarkan ?karam? di relung kemaluanku.
?Luar biasa Bu! Ibu cantiik sekali seperti ini, biarkan sanggul itu bu, please jangan dilepas?,? rajuknya mendadak ketika aku merasa sedikit janggal dengan sanggul yang masih saja melekat.
?dan biarkan juga BH ibu, jangan dilepaskan, saya suka sekali dengan modelnya yang merangsang ini,? lanjutnya ketika aku ingin melepaskan semua pakaianku. Hanya baju kebaya dan kain batik itu yang dilepaskannya, aku tersenyum ketika tadi ia menarik celana dalamku yang dirobeknya tadi, sempat-sempatnya Budi menciumi celana dalam itu. Ia bilang memekku wangi! Wangi yang selalu membuat ia terangsang untuk bersetubuh. Budi, budi, Ada ada saja.

Aku tergolek lemas, Budi masih diatas tubuhku, tak menindih tapi bertumpu di kedua tangannya yang mengapit di bawah ketiakku. Ia masih saja asik menciumi payudaraku yang kini malah terlapis BH itu.
?Luar biasa, sayang?.,?
?apanya yang luar biasa Bu??
?kamu hebat, ibu senang sekali, ibu bahagia kita bisa terus seperti ini,?
?Maksud ibu??
?selama perkawinan ibu tidak pernah merasakan kebahagian seperti ini, ibu bahagia sekali dengan hubungan kita, dan rasanya ibu ngga mau kamu tinggalkan, karena Cuma kamu yang bisa membahagiakan ibu seperti ini,? kujelaskan maksudku, tapi rupanya ia ingin lebih detail lagi. Kukatakan betapa aku sangat beruntung bisa dipuaskan ?luar dalam? olehnya, dan aku merasa sudah sangat ketergantungan dengannya. Memang inilah kali pertama dalam hidupku aku mendapatkan kepuasan fisik dan mental yang begitu sempurna. Dan kesempurnaan itu justru datang dari anak muda seumur anak bungsuku.
?rasanya ibu kembali muda, say,? pengakuan polos itu begitu saja meluncur tak terbendung dari mulutku saat tangan nakal budi lagi-lagi menjamah bukit kemaluanku dan menusuk-nusukkan jari disana.
?ibu rasanya seperti perawan lagi??,? lanjutku,
Jarinya malah semakin cepat, kini tidak sekedar masuk dan mengorek-orek tapi mengocok keluar masuk. Akupun menggelinjang. Dan entah karena permainan tangannya di vaginaku ataukah karena pembicaraan kami yang porno banget itu aku kembali bangkit.
?say, ibu minta lagi, boleh?? giliran aku yang memintanya, langsung kugenggam batang penis itu dan meremasnya. Gemas rasanya setiap aku membayangkan bagaimana benda berukuran panjang 20cm membentur dasar liang vaginaku setiap kali kami berhubungan, diameternya yang 5cm itu bahkan sering membuatku kesakitan kalau dipaksakan masuknya, seperti merobek-robek dan mengoyak dinding kemaluanku!
?ibu masih kuat?? ia bertanya sambil mengecup buah dadaku, aku tak menjawab tapi ia langsung kupeluk, aku yang diatas. Langsung saja kuterkam penisnya dengan buas. Kukulum, pemiliknya mendesah. Kukenyot keras, Budi menjerit dan kukocok, anak angkatku berteriak senang.
?aaaahhhhh?.ooohhh..ooohhh, iiibuuuuuhhhh eeenaaakkkknyaaaahhh,? Teriak Budi.
?nikmati saja say, ibu ingin memuaskan kamu sekarang,? aku menimpali ditengah kesibukan mulutku yang penuh sesak oleh penis besarnya. Dalam hal karaoke begini sih aku ahlinya, suamiku dulu hanya bisa bertahan dalam hitungan menit kalau aku menyedot dengan antusias, Budi pun langsung ngos-ngosan saat aku menggelitiki urat kecil di bawah leher penisnya. Tak tahan dengan permainan lidahku, budi minta aku segera memulai main course. Ditariknya badanku dengan paksa, seperti biasanya kalau sudah teramat horny begini ia pasti minta aku doggy style, gaya persetubuhan favorit kami. Jadi aku langsung menungging, ia dibelakang setengah berjongkok, menusuk dengan kasar lalu bergoyang maju mundur. Aku yang teriak-teriak kegirangan. Tangannya dijulurkan kedadaku, meremas buah dadaku yang terayun keras. Oh, nikmatnya genjotan Budi, beberapa detik saja menggoyang seperti itu aku sudah rasanya ingin cepat orgasme lagi. Penisnya yang mengganjal vaginaku terasa begitu nikmat, tegar dan kasar. Aku pun melepas setelah beberapa menit saja ia memperlakukan tubuhku dengan buas. Budi tahu itu dan karenanya aku disuruh tengkurap saja, ia bilang aku boleh istirahat sambil menunggu gelombang birahiku bangkit lagi sementara ia masih dengan asik menusuk-nusukkan penisnya dari belakang atas pantatku. Uh, aku nyerah! Bersenggama dengan Budi membuat aku tak mampu mengontrol diri untuk berlama-lama mengimbangi permainannya. Penis anak itu terlalu nikmat untuk ditahan-tahan. Satu-satunya caraku adalah membiarkannya ?menghabisi? tubuhku sesuka hatinya sementara aku sendiri menahan ngilu pasca klimaks sambil mencoba lagi dan lagi.
Setengah hari itu kami bermain sampai tiga ronde (itu versi Budi). Aku sendiri entah berapa kali menggapai puncak nikmat, untung Budi cukup mengerti hal itu sehingga setiap aku orgasme ia memperlambat gerakannya setelah itu untuk memberikan aku kesempatan bangkit lagi. Sampai jam 7 petang barulah ia berhenti, itupun setelah aku memelas kepadanya karena aku lapar. Rasanya sampai tak bisa berdiri, terpaksa makan malam yang kami rencanakan di resto malam itu gagal. Budi memesan hidangan room service. Sejak saat itu juga aku sering dipaksa (eh, aku juga senang lho, jadi ngga murni terpaksa) ke salon untuk berias ala tradisional dengan pakaian kebaya. Dengan begitu permainan jadi lebih buas dan bersemangat. Aku senang di-?perkosa? seperti ini, dan Budi sangat horni kalau melihatku berkebaya. Malah pernah pada suatu saat di hari Kartini, Budi menyetubuhi aku dari pagi hingga sore, di kantor! Di hari kartini dan hari ibu aku memang mewajibkan semua karyawati di kantorku untuk mengenakan kebaya. Budi yang saat itu sejak dari rumah sudah horny melihatku, jadi bolos kuliah dan mem?perkosa? aku di kantor sampai semua kebayaku robek dan hancur! Ia berubah maniak seketika kalau aku mengenakan kebaya encim yang sedikit transparan. Sejak saat itu pula aku jadi yakin benar pada pengakuannya bahwa selera favorit seksualnya ada pada perempuan paruhbaya. Aku bahagia sekali, bangga rasanya jadi idola anak muda seperti Budi anak angkatku ini.
Pembaca yang terhormat, aku bukanlah wanita peselingkuh. Cerita ini aku buat semata-mata untuk memberi sedikit perspektif kemerdekaan wanita ditengah dominasi dan kerusakan moral para suami terutama di wilayah metro urban seperti Jakarta. Kalau boleh aku memberi sedikit saran bagi para pembaca ibu-ibu, sebenarnya kita tak perlu merasa minder saat ditinggal suami yang berselingkuh. Ceritaku diatas adalah sebuah contoh nyata hal yang bisa anda lakukan untuk ?mengimbangi? tekanan psikologis akibat penghianatan suami. Aku yakin jutaan anak muda dan remaja di negeri ini lebih berselera pada perempuan dewasa atau ibu-ibu dengan pengalaman dan maturity-nya. Semoga kisah ini bisa memberi pencerahan bagi kaum ibu di negeri kita.

0 komentar:

Posting Komentar