blog visitors

Tamanku Disirami Dokter kandungan


Hari itu aku mempunyai janji dengan Dr.Doni. Dokter Kandungan,kandunganku sudah mencapai usia 5 bulan. Walaupun 5 bulan, kerana badanku yang montok dan kandunganku yang kecil, aku masih mampu untuk berpakaian normal, cuma sedikit membusung .
Suamiku yang biasanya turut serta menyertaiku untuk periksa kandungan tidak dapat hadir kerana terpaksa keluar pulau sejak 3 bulan yang lalu. Aku sering kesepian dan sering menagih kemaluan suamiku yang panjangnya 8 inci. Itu satu-satunya batang yang berada di vaginaku apabila aku bersengama. Sering juga kawan-kawanku bercerita tentang batang lelaki lain yang sampai 12 inci, namun susah untuk aku membayangkannya.
Setelah 3 bulan kekeringan karena lading sawahku tidak ada yang menanami, kadang kala terbayang pula bagaimana rasanya untuk melakukan seks dengan lelaki yang berbatang besar dan mempunyai diameter yang besar.

“Ibu Erma, silahkan masuk ”, lamunanku terhenti ketika mendengar suara perawat yang menyuruh aku untuk masuk ke ke kamar pemeriksaan. Aku melangkah takut lalu mengapai tombol pintu. Terasa hatiku berdebar-debar bila berhadapan dengan seorang lelaki dalam keadaan berduan tanpa kehadiran suamiku.

Ketika kubuka pintu, kulihat wajah Dr.Doni yang lembut tersenyum simpul dengan manisnya kepadaku. “Silahkan duduk Ibu Erma”, sapanya lembut dengan suara yang serak basah. Aku menyandarkan punggungku di atas kursi menghadap Dr.Doni.
“Bukan di situ Ibu Erma, di sini”, kata Dr.Doni sambil menunjukkan ke arah dipan atau tepatnya ranjang pemeriksaan. Aku tersenyum malu lalu berpindah ke arah ranjang pemeriksaan. Dr.Doni memegang tanganku dengan lembut mencari denyut nadi lalu memperhatikan jam stestkop denyutan nadi di tanganku. 1 menit melakukan pemeriksaan dia berhenti lalu menulis sesuatu ke dalam kertas catatannya. “Jadi sekarang sudah 5 bulan ya, masih nampak cantik tidak seperti orang mengandung”, puji Dr.Doni.

“Ibu Erma jangan kuatir saya tidak akan berbuat macam-macam dengan Ibu. Semuanya akan selesai ”, ujar Dr.Doni yang seakan mengerti perasaanku. Karena aku hanya berdua dengan laki-laki yang bukan suamiku “Ibu Erma silahkan berbaring di atas ranjang, ya”.

“Sinta, tolong tunggu semua tamu lain yang akan periksa. Nanti setelah selesai dengan Ibu Erma, saya akan beritahu”, kata Dr.Doni berkata kepada perawat melalui intercom telpon.
“Ibu Erma, kalau tidak keberatan, mohon tanggalkan baju ibu dan salin dengan baju ini”. Aku bagaikan dicucuk hidung terus bangun lalu menanggalkan bajuku di depan Dr.Doni. “wow cd ibu sexy sekali ada renda-rendanya tipis lagi”, ujar Dr.Doni bercanda nakal.

Aku hanya tersipu malu. “Sekarang saya mau periksa Ibu Erma tolong ibu berbaring sambil mengangkangkan kaki Ibu Erma, saya mau memeriksa vaginanya”. Aku yang tidak tahu harus berbuat apa hanya menuruti kemauan Dr.Edi sambil membuka paha ku agak lebar
“tolong dilebarkan lagi bu seperti ibu bersenggama dengan suami Ibu”, bisik Dr.Doni. Aku dengan malu-malu mengangkangkan lagi pahaku sehingga memberi kesempatan kepada mata Dr.Doni untuk menatap vaginaku.
“Cantik vagina Ibu, nampak sempit. Sepertinya sudah lama tidak berhubungan badan dengan suami ibu?” Tanya Dr.Doni. Aku hanya terdiam. Tangan Dr.Doni kemudian menyelinap masuk ke dalam kain daster yang diberikan oleh pasien ketika memriksa kandungannya lalu memegang vaginaku.
“Saya masukkan sedikit ya bu jari saya biar pelumasnya keluar. Tenang ya bu saya masukkan jari saya nanti”. Aku hanya mengangguk perlahan. Dr.Doni mula mengusap kemaluanku sambil jari tengaahnya dimasukkan ke vaginaku dan jari jempolnya mengusap ke kelentitku.

Kerana sudah lama ladang sawahku kering, maka air pelumas vaginaku banyak mengalir membasahi tangan Dr.Doni. Dan tanpa kusadari Dr.Doni mempercepat gerakan tangannya sehingga membuatkan mataku terpejam dan mulutku ternganga.aku hanya dapat merintih pasrah akan kenikmatan yang kudapatkan ini.

Tiba-tiba kurasakan gerakan tangannya terhenti dan ketika kubuka mataku, kulihat Dr.Doni berdiri di sebelahku dengan kontolnya yang kutaksir panjangnya 15 inci telah berada didpen mulutku. karena Keinginan seks ku tinggi dan mengingat Dr.Doni yang telah memainkan vaginaku, maka mulutku yang menganga langsung saja menerima kedatangan ****** yang besar dan panjang di dalam mulutku. Dengan ayunan yang perlahan dan tidak tergesa-gesa, Dr.Doni memainkan kontolnya didalam mulutku.
Setelah 5 menit berlalu karena ia tahu aku sudah tak tahan, Dr.Doni kemudian begerak mengeser posisinya untuk menuju selangkanganku dan kemudian dengan perlahan-lahan menekan kontolnya yang besar dan panjang kedalam vaginaku. “Arghhhhh…..”, jeritku tertahan karena nikmatnya ****** yang memasuki vaginaku.

Ingatan pada suamiku semua sudah hilang. Ayunan batang ****** Dr.Doni di vaginaku dapat melupakan segalanya hanya ada bayangan kenikmatan yang kurasakan saat ini hingga membuat aku lupa bahwa yang kulakukan ini adalah perbuatan dosa dan dilarang agama, hati kecilku berkata kenapa kenikmatan ini baru kurasakan
“ahhh….terus dok…”racauku dengan mata terpejam
“esshhhh….nikmatnya bu, vagina ibu sempit sekali”kata Dr.Doni
Aku hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala karena tidak dapat menahan kenikmatan yang ada.


Dr.Doni mampu melakukan beberapa gaya seks yang dia mau dan aku hanya bisa pasrah mengikuti kemauannya ini dikarenakan ukuran kontolnya yang sayang untuk kutolak. Setelah 1 jam bergumul dalam gelimangan syawat birahi, Dr.Doni mengerang kuat lalu menyemburkan air mani yang banyak ke dalam vaginaku. Aku juga sudah mengalami orgasme sebanyak 5 kali, aku sangat puas sekali. Setelah selesai, aku kembali berpakaian lalu meninggalkan Dr.Doni yang masih menikmati sisa-sisa percintaan kami. Ketika aku keluar kulihat perawat yang ada di meja depan pintu masuk Dr.Doni sempat melirik sinis kepadaku namun aku bersikap cuek…..emang aku pikirin yang penting aku udah menadpatkan kepuasan.

0 komentar:

Posting Komentar