blog visitors

Ibu Neneng Baik Hati

Ini adalah cerita sex-ku yang asyik. Namaku Joko (samaran), tinggiku 171
cm, berat ideal. Akumemiliki wajah yang ganteng dan penis yang lumayan
untuk membuat cewek tegang dan lemas. Aku mempunyai daya sex yang kuat
sekali, sering aku melakukan onani dengan dengan nonton BF dan berkhayal
tubuh sintal dan seksi, lalu memasukkan penisku ke vagina cewek. Aku
sering nonton BF dan diiringi meremas-remas penis sampai aku tegang dan
keluar sperma. Ini biasanya aku lakukan sampai tiga kali dalam satu kali
nonton BF. Aku suka susu cewek yang besar dan kenyal. Aku paling suka
kalau bermain sex dengan posisi aku di bawah dan cewek yang memainkan
vaginanya di atas tubuhku sambil melihat pantat besar dan mulus yang
naik turun dan bergoyang.
Cerita ini bermula dari kecelakaan kecil yang menimpaku. Seperti biasa,
sore hari aku menyempati jalan-jalan dengan motor kesayanganku, dengan
memakai jeans dan jaket kesayanganku, dengan kecepatan yang tidak begitu
cepat. Aku lihat ke kanan dan ke kiri, tiba tiba ada motordari belakang
dengan kecepatan tinggi menyerempetku. Sekilas aku kaget dan berusaha
minggir, tapi sial aku malah jatuh karena tepi jalan itu ada batu batu
kecil yang menyebabkan ban motorku tergelincir dan akhirnya aku tertimpa
motor dan yang menyerempetku tadi langsung tancapgas (kabur)! Setelah
itu aku berusaha bangun dengan pertolongan orang orang di sekitar situ.
Aku terluka di bagian kaki (paha atas, lengan atas dan dada), sebenarnya
luka ini tidak begitu serius bagiku, tapi aku kagum sekali dengan
pertolongan orang-orang di sekitar situ yang penuh simpatik.
Setelah beberapa detik kejadian itu, aku langsung dibawa ke dalam sebuah
rumah dekat kejadian. Ya, seperti biasa menghindari campur tangan
polisi. Setelah aku dimasukkan di dalam sebuah rumah dan motorku di
depan rumah itu, aku disuruh duduk oleh seorang cewek yang ternyata
pemilik rumah itu. "Adik duduk aja di sini, biar ibu ambilin obat ya…"
kata cewek itu dan segera masuk ke dalam kamarnya yang letaknya di
depanku. Perkiraanku cewek ini umurnya sekitar 36, meskipun umurnya ya…
cukup tua sih. Tapi cewek ini bodinya oke sekali deh, tingginya sekitar
165 cm susu yang montok berukuran sekitar 36B dan masih terangkat dengan
menggunakan kaos yang longgar dan pantat yang besar sekali karena pada
waktu itu dia pakai rok pendek sampai lutut dan kelihatan betis yang
mulus dengan ditumbuhi rambut halus. Aku sempat berkhayal untuk memegang
pantatnya yang besar sekali, kuremas-remas sambil memasukkan jariku ke
lubangkenikmatannya.
Setelah beberapa menit dia mencari obat merah di kamarnya, dia memanggil
anaknya, "Sri.. Sri…ambilin minum tuh… buat Mas-nya!" ternyata dia punya
anak perempuan yang namanya Sri, umurnya sekitar 17 tahun. Setelah
berhasil menemukan obat merah, lalu menghampiriku,
"Wah… ini lukanya parah sekali Dik…" sambil membuka tutup obat merah.
"Ah.. nggak kok Bu… biasa aja kok," kataku sambil memperhatikan susunya
yang montok tergelantung itu.
"Nama Adik siapa?" tanya ibu itu sambil meneteskan obat merah di lengan
atasku.
"Joko Bu, aduh pedih sekali… pelan-pelan Bu…!"
"Maaf ya… Dik Joko, oh ya nama ibu Neneng," katanya sambil meneteskan
ulang obat itu di lengan atasku.
Dan tidak disengaja susu Neneng itu menyenggol sikuku."Oh… maaf Bu…
tidak sengaja," tanyaku sambil melihat susu Neneng yang membuat penisku
agak tegang.
Dia hanya tersenyum dan tertawa kecil.
"Lho… Dik Joko yang kena yang mana lagi, kelihatannya celana kamu sobek
tuh…" katanya sambil memegang celanaku yang sobek itu.
"Ya… Bu itu di bagian paha atas dan di dada ini," sambil membuka sedikit
kaos yang kupakai.
"Yang ini harus diobati loh, entar kalau tidak cepet diobati berbahaya,
kaki kamu bisa di luruskan nggak?" kata Bu Neneng.
"Agak linu Bu… karena bagian paha sih…" kataku sambil mencari kesempatan
melihat susu.
Pada waktu itu tepat dudukku tidak memungkinkan aku meluruskan kakiku.
"Ya… sudah ke kamar Ibu dulu situ berbaring biar kakimu bisa
diluruskan," kata Bu Neneng sambil membantuku berdiri dan berjalan.
"Ya… Bu… tapi…?" tanyaku ragu.
Nanti disangka macam-macam, tapi memang niatku untuk berusaha nge-sex
sama Bu Neneng yang montok itu.
"Tapi apa, oh… kamu malu ya… nyantai aja kamu kan teluka dan perlu
pengobatan, sudah masuk ayo Ibu bantu!" sambil melingkarkan tangan kanan
di pundak Bu Neneng aku berjalan.
Dan tidak disengaja waktu berjalan, jari-jariku menyentuh permukaan susu
montok Bu Neneng tapi aku tidak merubahnya, malah kugesek-gesekkan
dengan pelan-pelan agar tidak ketahuan kalau disengaja, terasa puting
susu Bu Neneng yang kenyal menyebabkan penisku tegang. Dan sampailah di
tempat tidur Bu Neneng.
"Sudah Dik Joko, mana yang luka lagi?" sambil duduk di sampingku dan
membelakangiku sementara aku terlentang, otomatis tanganku menempel di
paha mulus Bu Neneng.
"Di dada sini Bu," kataku sambil membuka ke atas kaosku agar kelihatan
lukanya.
"Ya… sudah dilepas dulu kaosnya, entar kalau kena obat ini kan jadi
merah," katanya basa-basi.
Aku langsung buka kaosku, dan sekarang aku telanjang dada.
"Nah gini kan bisa leluasa mengobati kamu," sambil mendekat ke dadaku,
dan otomatis aku melihat dengan jelas susu Bu Neneng tergelantung dan
ditutupi oleh BH yang tidak muat menampung besarnya susu Bu Neneng dan
tanganku makin kurapatkan ke paha dan sekarang sudah di atas paha mulus
Bu Neneng. Dan pada waktu Bu Neneng meneteskan obat, aku terasa pedih
dan dengan refleks tanganku terangkat sehingga menyenggol susu Bu Neneng
dan rok mini Bu Neneng terangkat ke atas, terlihat paha yang mulus itu.
"Maaf ya.. Bu, Joko tidak sengaja kok," pintaku sambil menurunkan
tanganku ke paha Bu Neneng yang mulus dan putih itu.
"Ya.. tidak apa-apa kok," sambil meneruskan meneteskan lagi di bagian
dadaku yang luka.
Sekarang dia agak ke atas dan membungkukkan dirinya, otomatis susu yang
montok itu dekat sekali dengan wajahku itu. Aku tidak tahu ini disengaja
atau tidak, tapi buatku disengaja atau tidak tetap saja membuat penisku
makin tegang. Lama-lama kok posisi Bu Neneng makin membungkuk dan sampai
suatu saat susunya tersentuh dengan mulutku. Wah, terasa kenyal dan
empuk, aku tidak diam saja, aku berusaha pelan-pelan menggeser tanganku
yang di paha mulus Bu Neneng itu, pelan dan pelan karena aku takut Bu
Neneng marah karena ulahku ini. Dengan nafsu yang kutahan, aku
gerak-gerakkan tanganku. Waduh.. paha orang ini mulus sekali, batinku
sambil merasakan penis yang menegang kepingin lepas dari sangkarnya
(CD-ku), dan sampailah aku di pangkal paha Bu Neneng itu dan menyentuh
CD Bu Neneng yang kelihatan memakai CD warna hijau kembang dan kepalaku
bergerak ke kanan dan ke kiri untuk menggesek susu Bu Neneng
(pelan-pelan), dan sesekali kujilat halus susu montok itu, waktu itu Bu
Neneng diam saja dan terus mengobati dadaku yang luka tapi nafas Bu
Neneng tidak bisa disembunyikan, sering dia menarik nafas panjang untuk
menahan nafsunya.
"Sudah nihhh… Semua luka kamu di dada sudah diobati, sekarang mana lagi
yang terluka?" sambil melihatku dan membiarkan tanganku di pahanya yang
mulus itu."Itu Bu.. di paha atas," jawabku sambil menunjukkan tempat
yang luka."Wow… Ya ini harus dibuka Dik Joko, kalau tidak dibuka dimana
ibu bisa mengobati apalagi kamu pakai jeans yang ketat.. ya sudah
dicopot aja!" jawab Bu Neneng sambil melihat dengan dekat luka dari luar
celanaku dan sesekali lihat penisku yang sudah tegang dari tadi.
"Bu… bisa bantuin copot celanaku, aku tidak bisa copot sendiri Bu, kan
tanganku luka," alasanku agar Bu Neneng bisa lihat penisku dari dekat.
Tiba-tiba Sri datang dengan membawa air putih.
"Bu ini airnya.."
"Ya.. sudah sekarang kamu keluar, e.. jangan lupa tutup pintunya, ibu
mau obati Mas Joko dulu!"
Wah ini kesempatanku untuk melampiaskan sex-ku. Setelah itu Bu Neneng
mulai membuka resleting celanaku dan membuka bagian atas dan aku
mengangkat sedikit pinggulku supaya Bu Neneng mudah melepas celanaku.
Saat membuka celanaku, posisi Bu Neneng membungkuk sehingga mulutnya
dekat dengan penisku yang tegang, dan aku sengaja mengangkat pinggul
yang lebih tinggi dan tersembullah penisku dan mulut Bu Neneng… "Sorry
Bu.. tak sengaja," mulai saat itu penisku mulai tegang sekali karena
cara Bu Neneng membuka celanaku sangat merangsang penisku.
Sambil sedikit menungging dan menggerakkan sedikit pantat yang besar
itu, Bu Neneng melepas celana jeans-ku (apa ini usaha Bu Neneng untuk
merangsang nafsuku), dan akhirnya aku sekarang tinggal pakai CD. Dan
mulailah Bu Neneng mengobati paha atasku dengan posisi nungging
membelakangiku dan sedikit siku tangannya menyentuh penis yang sudah
tegang. Sesekali BuNeneng melihat penisku dan menggesek-gesekkan sikunya
di penisku itu. Dengan melihat gelagat Bu Neneng ini yang memberi
peluang padaku, aku tidak diam aja. Dengan melihat pantat yang besar
menghadap kepadaku, tanganku mulai sedikit meremas-remas dan mengelus
betis lalu menuju ke atas paha yang mulus dan akhirnya aku sampai ke
paling atas (pantat mulus Bu Neneng) dan aku nekat mengangkat rok mini
Bu Neneng ke atas sehingga sekarang terlihat pantat Bu Neneng yang
mulusitu dengan ditutupi CD yang menyelepit di belahan pantat.
Aku mulai mengelus-elus, dan sesekali menarik CD Bu Neneng dan ternyata
sudah basah dari tadi.Lalu aku memainkan jariku di permukaan vagina yang
tertutup CD itu, Bu Neneng mungkin sudah tahu gelagatku itu sehingga dia
merenggangkan kedua pahanya, jadi sekarang terlihat jelas CD Bu Neneng
yang basah. Sekarang aku memberanikan diri untuk melihat secara langsung
vagina Bu Neneng yang kelihatan sudah tidak sabar untuk dimasuki rudalku
yang sudah tegak berdiri. Akumulai menggeser CD Bu Neneng ke kiri dan
kelihatan dengan jelas vagina Bu Neneng yang sudah memerah itu. Lalu aku
perlahan-lahan menggesek-gesekkan jariku di permukaan vagina Bu Neneng
dan dengan reaksi itu nafas Bu Neneng mulai tak beraturan, "Eeehhh…
ahhh… ohhh hemmm.." dan sekarang aku memasukkan jari tengahku ke lubang
kenikmatan Bu Neneng dengan pasti dan kukocok dan terus kukocok dengan
pelan-pelan dan lama-lama semakin cepat dan… "Ah.. oh yes te… rus…
please… ah… ohe.. lebih dalam.. Jook… " Bu Neneng mulai membuang obat
merah itu dan sekarang tidak mengobati lukaku lagi malah sekarang dia
sudah mulai mengocok dan meremas dengan kuat penisku.
Aku kurang puas dengan posisi ini, aku mulai mengangkat salah satu kaki
Bu Neneng ke sampingku dan sekarang posisi 69 yang kudapat, dan vagina
Bu Neneng tepat di depan mulutku. Aku mulai menjilat klitorisnya, dan
kusedot kecil dan kupermainkan pinggir vagina Bu Neneng dengan lidahku
yang indah itu. "Oh.. ya… enak sekali hisapanmu Jok… Oh aughhh ahhh yes…
terus!" dan aku mulai memasukkan lidahku ke dalam lubang yang basah itu
dan terasa asin tapi gurih.
"Oh… ah… terus… kont*l kamu tegang sekali Joko…"
"Ya.. Bu jilat… jilat dong..!"
Tanpa banyak kata Bu Neneng terus melumat habis penisku.
"Oh… ya… ya… terus yang keras lagi…!"
Bu Neneng memang lihai dalam hal oral, tidak satu bagian pun dari
penisku yang terlewatkan dari lidah birahi Bu Neneng. Telur penisku
terlahap juga dengan mulut binalnya. Bu Neneng tidak puas sampai di
situ, sekarang dia mengangkat pantatku lebih tunggi dan kelihatan jelas
lubang anusku dan sekarang mempermainkan lidahnya di lubang anusku. Oh,
terasa geli bercampur nikmat sampai ujung rambut, pada waktu itu juga Bu
Neneng tidak kuat menahan nikmat yang dia rasakan, dan aku tahu kalau Bu
Neneng mau orgasme yang pertama kalinya, aku mempercepat gerakan lidahku
diklitorisnya, dan mempercepat kocokkan jariku di vaginanya dan
akhirnya… "Jo… ah ye.. yea.. aku tidak tahan Jok.. a.. ku.. ke..
luaaar…" dan "Serr… serrr.." terasa semprotan kuat dari vagina Bu Neneng
kena jariku.
Cairan putih kental yang keluar dari vagina Bu Neneng kusedot habis
sampai bersih cairan kenikmatan Bu Neneng tersebut. Dia sekarang
tergeletak lemas di sampingku.
"Bu Neneng masih kuat? Apa cukup saja Bu?" tanyaku disamping memelintir
puting susunya yangkuharapkan sex Bu Neneng kembali lagi dan terangsang.
"Ah.. kamu jantan sekali Jok! Aku tidak nyangka kamu kuat sekali, kamu
belum keluar?" tanya Bu Neneng sambil mengocok halus kemaluanku yang
masih tegang itu.
"Belum Bu! mau lagi atau…"
Belum aku berhenti ngomong Bu Neneng mulai memasukkan penisku ke
mulutnya dan dijilat, disedot dan dikocok, sedangkan aku di pinggir
tempat tidur dan Bu Neneng di atas tempat tidur denganposisi nungging,
dan aku tetap meremas-remas dan sesekali kupelintir-pelintir puting Bu
Neneng itu.
"Aah… terus Bu…! lebih dalam Bu…! yes hemmm Aah… sessttt aahh…"
"Jok… masukin aja ya… aku pingin ngerasain penis kamu ini,"
Lalu aku memutarkan tubuh Bu Neneng dengan posisi nungging dan aku mulai
mengarahkan penisku ke lubang Bu Neneng tapi aku tidak langsung
memasukkan penisku, kugesek-gesek dulu ke permukaan vagina Bu Neneng.
"Ah.. ya… masukkan Jok.. cepet aku tidak tahan nih… oh… ce… pet!"
Aku langsung memasukkan ke lubang Bu Neneng.
"Blesss… sleppp…"
"Ah… ye…" erang Bu Neneng menerima serangan batang kemaluanku.Aku mulai
memajukan dan memundurkan penisku dengan pelan tapi pasti dan sekarang
aku tambah frekuensi kecepatan kocokanku.
"Ah… ya.. penis kamu.. hebat Jok.. keras, te.. rus.. oh.. ssst… ah…"
Aku semakin terangsang dengan erangan Bu Neneng yang menggeliat-liat
seperti cacing kebakar. Aku angkat kaki kanannya untuk mempermudah
jelajah penisku untuk sampai ke rahimnya dan makin mempercepat kocokanku.
"Oh ya.. aughhh.. ssttt teruss.. jangan ber.. henti.. ah… ke.. rass..
Joko.. hebat…"
Dan akhirnya,
"Jok… lebih cepet…! aku mau ke.. luar.. aku.. tidak… oh.. ye.. tahan…
la.. gi.. ah… oh shhh…"
Dan akhirnya dia menyemprotkan cairan kenikmatannya, "Serr.. serr…"
terasa ujung penisku disemprot dengan cairan hangat yang kental.
Sekarang Bu Neneng tergulai lemas di hadapanku. Aku memperhatikan tubuh
Bu Neneng yang montok dengan susu yang besar, dengan telanjang bulat
tanpa sehelai benang pun.
Aku tetap mengocok sendiri penisku biar tetap tegang, dan aku mulai
tidak kuat, mungkin ini waktunya aku untuk mengakhiri permainan sex-ku.
"Bu… permisi, aku mau mengakhiri tugasku ini…"
Dengan mengangkat tubuh Bu Neneng ke pinggir tempat tidur, dan membuka
lebar-lebar paha Bu Neneng sehingga terpampang vagina Bu Neneng yang
masih basah dengan cairan kenikmatannya, aku mulai memasukkan penis dan
mengocoknya.
"Ah.. kau nakal ya.. Jok.. aughhh hemmm.. terus Jok…"
Aku dengan semangat "45″ kukocok habis vagina Bu Neneng dengan
menggesek-gesek klitorisnya dengan jari jempolku untuk mempercepat dia
untuk orgasme ketiga kalinya, dan…
"Bu… aku mau ke… luar.. ah.. ye… di.. mana.. ini… dalam atau di luar… oh
ye!" sambil mempercepat kocokan jari dan penisku.
"Ya.. aku juga Joko… uh.. uh.. hemm… sstt.. kita.. barengan di dalam..
oh ye.."
Bu Neneng tidak kuat lagi ngomong kecuali merem-melek tahan nafsu, dan
akhirnya aku keluar di dalam vagina Bu Neneng, "Crottt.. crottt…" sampai
lima kali semprotan dan dibarengi dengan erangan dan getaran tubuh Bu
Neneng, "Oh… yak.. yes… hemmm…" Lalu kucabut penisku dan
kupukul-pukulkan di permukaan vagina Bu Neneng dengan reaksi Bu Neneng
mengangkat tubuhnya akibat vaginanya kupukul dengan penisku.
"Bu Neneng hebat sekali deh, makasih ya Bu…"
"Kamu juga hebat banget Joko.. Ibu sampai kualahan menghadapi kont*l
kamu yang tegap ini. Wah… kont*l kamu ini harus dibersihkan dulu ya…"
Dia langsung mengarahkan penisku ke mulutnya dan dilahap langsung dan
dikocok-kocok habis.
"Wow… oh… ye.. teruus.. yesss… sseessttt ahh ya…"
Ini membuatku tegang lagi, dan Bu Neneng tak henti-hentinya mengocok dan
mengulum penisku yang tegang sekali.
"Bu… stop.. augghhhh he… stooop aku.. tak.. tahan.."
Dan…
"Croot… croottt…"
Kukeluarkan spermaku untuk kedua kalinya di wajah Bu Neneng, dan aku
tergeletak lemas di atas susu Bu Neneng.
"Nah.. sekarang kan Bu Neneng tidak kalah banget toh.. ya.. dua-tiga lah…!"
"Makasih ya.. Jok… kamu hebat dalam permainan sex, kapan-kapan kita lagi
ya.. sudah kamu tidur dulu deh!"
Lalu aku tertidur sampai malam, dan sebelum aku pulang ke kost-ku,
sempat Bu Neneng minta untuk oral sekali lagi.

0 komentar:

Posting Komentar