blog visitors

Main Kasar banget

Kelopak mataku terasa berat sekali, tapi aku tak bisa menghindari sinar lampu hijau di depan mataku. Pelan pelan sekali aku membuka mata : 3:58 am. Ternyata lampu hijau itu sebuah jam di sebelah ranjangku. Lho, tapi lampu jam bekerku berwarna merah dan kamar tidur ini terasa dingin sekali. Aku mencoba menarik selimut lebih tinggi ketika aku menyadari aku ternyata tidur tanpa mengenakan apa2.


Sambil menghela napas dalam-dalam, aku menengok ke sisi lain ranjang, seorang lelaki bule yang tak kukenal sedang tidur dengan pulas, telanjang juga sepertiku, dan kemaluannya berdiri tegak mengkilap (entah oleh cairan apa)di tengah kegelapan malam.


Dengan terburu-buru aku mencari dan mengenakan pakaianku secepat mungkin. Untung aku hanya mengenakan sepotong dress yang bisa dipakai dengan cepat, bra dan celana dalam kusumpalkan ke dalam tas kecilku. Sejenak aku mengagumi tubuh bugil di atas ranjang dan sempat terbersit pikiran untuk menikmatinya lagi, tapi aku memutuskan untuk cepat cepat meninggalkan tempat itu dan pulang ke rumahku sendiri.


Setibanya di rumah, segera aku menanggalkan pakaian dan mandi. Di bawah air shower yang hangat, terlihat banyak sekali cupangan2 hasil percintaan semalam. Tanpa banyak memikirkan tentang cowok bule tadi, ataupun tentang apa yang terjadi malam ini, aku segera mengeringkan rambut dan tidur hanya mengenakan t-shirt kesayanganku.


Beberapa hari kemudian..........



"Ness, what do yo have planned for tonight ? ", teman kantorku (dan kadang2 teman bertualang), Tina, tiba2 muncul di ruangan kerjaku.

"umm. I've got nothing planned. What do you have in mind ?"

Dengan senyuman lebar, Tina menceritakan tentang restoran baru di daerah trendy kotaku.

"wah.. Yuk kita pergi ke sana", kataku dengan polosnya.

"cuma satu syarat, gua mesti bawa calon klien gua", kata Tina (diterjemahkan)

"ngapain ngajakin gua, elu sendirian juga biasa bisa menangani klien, apalagi klien cowo", memang Tina dengan bodi yang aduhay, rambut pirang dan mata biru khas orang bule, menurutku paling cantik sekantor, dan pintar sekali menjual produk2 perusahaanku. Di dalam bisnis jual menjual memang penting sekali penampilan dan teknik persuasi itu.

"say, kali ini gua kurang efektif deh, soalnya klien ini demen banget sama cewek asia"

"ooooh... kalo gituuuuuu.. Gua dapet komisi 50% dong?" tanyaku menggoda Tina.

"ah elu, Udah gua kasih calon suami nih, top punya lagi. Orang laen tuh bayar buat dicomblangin kaya gini", bela Tina

"hahahahahaha. Gua mesti meeting sampe jam 8 malem"

Lanjut Tina, "ok, gini deh rencananya, gua janji ketemu dia jam 7.30, so kita minum2 dulu deh, abis elu dateng, kita lanjut ke dinner"


Aku tiba di resto tempat jam 8:15, dan langsung mencari Tina dan kliennya di bar. Ketika aku berjalan mendekati mereka, sang klien duduk membelakangiku, dan kelihatannya mereka sedang di tengah2 diskusi yang sangat serius. Tina terlihat agak frustrasi, sepertinya dia sejauh ini belum memenangkan bisnis klien ini. Di perusahaan kami ini, ada kuota sales yang mesti dipenuhi semua orang, dan kalau tidak terpenuhi, bonus untuk bulan itu bisa hilang seluruhnya. Aku tahu Tina mesti mendapatkan sales ini untuk memenuhi kuota bulanan.


Aku meng-order minumanku, dan duduk bersama Tina. Tina langsung memperkenalkanku : "Kyle, ini teman kerjaku yang akan ikut dinner dengan kita, Nessa. Nessa lulus dari universitas yang sama dengan kamu."


Ketika aku menjulurkan tanganku untuk bersalaman, terkejut sekali aku melihat cowok bule yang aku tiduri beberapa hari lalu. Ekspresi tampangku terlihat melongo untuk beberapa saat, sementara Kyle terlihat kaget sejenak, tapi dengan cepat dia menyahut,"Nice to meet you, I'm so lucky to have dinner with two such beautiful ladies." Mukaku terasa merah merona.


Tak lama sesudah makan malam dimulai, Kyle mengirimku sebuah SMS : "Mau kembali ke rumahku setelah makan malam ?" -- aku mengerti maksud yang tersirat dalam pertanyaan itu.
"Enggak deh, kalo ketahuan sama Tina dan orang2 kantorku bahwa aku tidur dengan klien, bisa habis sudah karirku"

Kyle terlihat agak jengkel dengan balasanku, sementara itu Tina terus berusaha mengobrol dan bercerita mengalor-ngidul. Tak lama kemudian tiba balasan Kyle di teleponku :
"Gua tau Tina belum dapat kuota sales bulan ini. Kamu mau dia kehilangan bonusnya ?? Kalo enggak, kamu mesti muncul DI RANJANGKU, TELANJANG, JAM 11 malam ini. Pakai baju yang seksi."
Kaget sekali aku dengan SMS yang tegas dan to-the-point itu, tak ada basa-basi lagi sekarang. Semuanya tergantung padaku, apa aku mau membantu Tina dan tidur dengan klien ini, atau membiarkan Kyle sendiri. Terus terang aku suka sekali diperlakukan seperti ini. Bagi pembaca yang sudah mengikuti ceritaku sejak awal, aku suka sekali dilecehkan, seks kasar, bahkan diperkosa oleh Indra.


Aku tidak membalas SMS terakhir itu, tapi malah bengong sebentar memikirkan situasi. Tina malah sampai menendang kakiku supaya aku ikut obrolan di meja lagi. Kami bertiga meneruskan makan malam seolah-olah tidak ada apa-apa yang terjadi. Di akhir dinner itu, ketika Kyle sedang ke WC, Tina memohon kepadaku, "Ness, katanya dia pengen nge-date lagi sama elu, tolong dong kasih nomer telepon elu ya?? pura-pura aja tertarik, ntar kalo gua udah dapet kontraknya, engga usah diterusin lagi. Tolong doooonnggg!". Aku hanya bisa mengangguk lesu.


Sepulangnya dari dinner itu, aku langsung mandi dan berdandan untuk pertemuan dengan Kyle malam itu. Tanpa terasa cairan di selangkanganku sudah mengalir deras mengantisipasi apa yang akan terjadi malam itu.


Jam 10:45 tepat, aku membunyikan bel pintu rumah Kyle dengan jantung yang berdebar-debar. Meskipun sudah tak ada kain lagi antara aku dan Kyle, namun pertemuan ini rasanya beda sekali, tidak mirip sama sekali dengan permainan dan kenikmatan seks suka sama suka yang kami reguk beberapa hari lalu. Kyle membukakan pintu dan mempersilakan aku masuk. Begitu aku melangkah masuk dan pintu ditutup, tangan Kyle yang kokoh menyeret lenganku ke kamar tidurnya. Dengan kasar ia mencampakkan tubuhku ke ranjangnya. Sambil berdiri di atasku, dia menggenggam bagian leher dress-ku dan merobek satu-satunya potongan kain di tubuhku. Aku terbaring telanjang di ranjang Kyle, hanya mengenakan sepatu hak tinggi, napasku terengah-engah oleh nafsu. Sementara itu potongan-potongan dressku dengan santainya dilempar ke samping oleh Kyle.
Dengan tatapan lapar bagaikan singa, dia menatapi tubuhku yang polos. Perlahan-lahan jemari tangannya mengusapi kemaluanku. Dia hanya melengos ketika menyadari betapa basahnya kemaluanku,"Kamu memang lonte, Ness. Kamu tahu bahwa kamu sekarang tidur dengan gua hanya untuk uang bonus Tina ? Persis seperti pelacur di pinggir jalan. Pecun loe, bispak!". Aku hanya bisa memalingkan muka menghindari tatapan matanya, tapi tubuhku tak bisa mengingkari rangsangan dan nafsu seks yang makin besar. Dengan kasar Kyle memegang mukaku,"Lihat mukaku!", dan menampar pipiku beberapa kali.


Jari2nya yang panjang sudah menemukan lubang kenikmatanku, dan mulai bergerak keluar masuk. Pinggulku bergoyang sendiri, tanpa diperintahkan otakku, mencari kenikmatan duniawi di tangan Kyle. Ejekan dan lecehan terus mengalir dari mulut Kyle, malah beberapa kali aku diludahi dan ditempeleng. Tapi justru tempelengan Kyle yang membawaku ke orgasme pertama malam itu. Tubuhku serasa melayang-layang ke langit ketujuh. Untuk kedua kalinya minggu itu aku mencapai kenikmatan di ranjang yang sama.

Tanpa memberikan aku banyak waktu untuk mengejar napas, tangan Kyle memegang erat leherku tanpa mencekik. Dia memposisikan pinggulnya di antara pahaku, dan dengan tangan yang satu lagi mengantarkan kejantanannya yang kokoh ke dalam relung kewanitaanku. Seluruh panjang kemaluannya amblas dengan satu dorongan dari pantatnya. Aku yang masih lemah akibat orgasme sebelumnya hanya bisa bertumpu dengan kedua tanganku di ranjang menerima dorongan benda tumpul di selangkanganku. Kyle dengan serakahnya menggenjot tubuhku, sesekali dia menamparku atau mencubit puting payudaraku dengan kasarnya. Aneh sekali, dengan semua kekasaran itu malah aku yang pertama-tama mencapai puncak kembali. Kemaluanku berkontraksi meremas-remas penis Kyle yang terbenam dalam sekali. Tak lama kemudian, tangan Kyle semakin ketat mencekik leherku, sambil menempeleng beberapa kali. Lalu akhirnya tubuhnya meregang di atas tubuhku, kemaluannya menumpahkan entah berapa banyak sperma di dalam rahimku.


Kami berdua berpelukan di atas ranjang berbagi kehangatan tubuh pasca persenggamaan itu. Entah apa itu bisa disebut persenggamaan, jika ada orang yang mengintip kami berdua, mungkin lebih kelihatan seperti aku sedang diperkosa. Akhirnya aku pun menanyakan hal yang sudah menggantung di pikiranku sejak tempelengan pertama tadi,"Kyle, kok kamu bisa tahu sih aku suka sekali seks kasar seperti ini ? "
"Lho, kan waktu terakhir kali kamu di sini, kamu yang bilang. Kayanya kamu mabuk ya waktu itu ??"
Mukaku merah menyala di kegelapan, malu sekali rasanya.


Tanpa menunggu terlalu lama untuk jawabanku, Kyle menarik lenganku lagi dan melempar tubuhku ke arah tembok. Sambil memegang kedua sikutku di punggung, dia menyatukan kembali kedua tubuh kami, dan memacu kami berdua ke arah kenikmatan. Tangannya beberapa kali menampar pantatku, kadang-kadang juga agak mencekik leherku. Dengan kasarnya dia menghantam kemaluanku dengan kejantanannya. Ditambah dengan ejekan dan hinaan, aku merasa seperti seorang pelacur yang sedang dipakai oleh tukang-tukang becak.
Payudaraku tergesek-gesek keras ke arah tembok sementara Kyle terus menggenjotku dari belakang. Ketika akhirnya tangan Kyle meremas pinggulku sambil memuncratkan spermanya di dalam tubuhku, aku pun berorgasme di saat yang sama, vaginaku meremas-remas tongkat tumpul yang sedari tadi menggosok-gosok bagian dalam kemaluanku.


Kami berdua jatuh teronggok lemas di lantai, capai dari persetubuhan seru yang baru selesai. Dengan lembut Kyle mengelus-elus rambutku yang basah oleh keringat dan menutupi tubuh telanjang kami berdua dengan selimut.

Semalaman kami berdua bermain seks secara kasar sekali, saling membawa satu sama lain ke puncak kenikmatan. Entah berapa kali pipiku ditampar habis, leherku di pegang erat hampir tercekik, muka dan rambutku diludahi dan di semproti sperma.
Ketika akhirnya kami tertidur pagi itu, tubuhku serasa lelah dan agak sakit-sakit. Aku terbangun sekitar jam 6 pagi, Kyle membawakan kopi dan sarapan ke ranjang. Kami lalu mandi pagi berdua, saling menyabuni dengan lembutnya. Malahan kami sempat bersenggama lagi dengan penuh kasih sayang pagi itu.
Aku tiba di rumahku sendiri sekitar jam 7.30, tepat waktu untuk berganti baju dan bersiap-siap untuk pergi kerja. Karena banyak lebam di sekitar tubuh, leher, dan pipiku merah akibat ditampar, terpaksa aku memakai kemeja lengan panjang dan make up untuk menutupi merahnya pipiku.

Tapi aku terus terusan memikirkan betapa hebatnya seks malam itu, dan seks yang sangat intim dan lembut di pagi hari... tampaknya aku jatuh cinta lagi.

0 komentar:

Posting Komentar