blog visitors

Ngesek Tukang Jamu

Pagi sekali ayam jantan milik tetangga rumah itu berkoar. Padahal mataku masih menginginkan untuk terpejam. Namun, berisik koar ayam jantan itu membuatku terbangun. Hah!!! Gerutuku sambil membuka mata dan beranjak ke kamar mandi untuk sekedar membuang air seni yang sudah terasa berat di selangkanganku.

Tiba-tiba telingaku yang tajam menangkap suara desahan yang tertahan. Halus dan pelan. Rumah kontrakan yang hanya tersekat oleh dinding papan ini memang menguntungkan bagi orang kecil sepertiku yang hidup megap-megap ditengah kota Jakarta. Mengontrak rumahpun mencari yang mumer. Alias murah meriah seperti kebiasaanku ketika ingin mencari panti pijat.




Aku beringsut mencari celah dinding papan yang berlubang. Disebelah petak kontrakanku tinggal seorang penjual jamu gendong beserta adiknya. Namanya Mirna dan adik laki-lakinya Bejo. Bejo kerja serabutan. Terkadang jadi kuli bangunan, terkadang jualan di pasar. Terkadang malah manyun dipinggir empang mancing lele.

Ups! pas sekali aku bisa menemukan celah di antara dinding penyekat yang terbuat papan ini. Mataku terbelalak menyaksikan dari celah ini si Mirna sedang meremas payudaranya dan memainkan jarinya diklitorisnya. Memutar dan menekan. Jakunku mulai naik turun. Dan burungku pun mulai menegak. Tidak kusangka dan kuduga selama ini ternyata Mirna punya tubuh yang seindah itu. Selama ini aku tidak begitu memperhatikannya. Karena setiap aku melihatnya tubunya selalu dibalut dengan kain kebaya dan baju atasan. Paling banter aku sekali melihatnya pake daster dan itupun ditambah dengan celana panjang sehingga kulitnya yang putih itu hanya terlihat dilengannya saja. Kali ini aku benar-benar melihatnya utuh. Tubuh telanjangnya tergolek di tempat tidur. Payudaranya pun terlihat dengan puting susunya yang memerah.

Yup! aku baru ingat kalau Bejo adiknya menginap ditempat kawannya di kampung sebelah. Dan, aku juga baru tahu kalau rupanya minah suka bermartubasi di waktu subuh dimana aku jarang bahkan susah bangun di waktu subuh. Tapi, kali ini aku beruntung sekali terbangun di waktu subuh karena menemukan hal unik dan baru kebiasaan tetangga sebelah petak rumah kontrakan.

Peristiwa di waktu subuh itu aku ingat selalu. Meski hanya sekali. Karena selanjutnya aku susah sekali buat bangun di waktu subuh. Dan, ketika bangun itupun terkadang sudah melewati ritual Minah dan ketika adiknya Bejo, dirumah mana bisa dia berbuat seperti itu.

Bodoh! Kata setan dalam hati. Kenapa aku tidak berusaha mendekatinya? Tapi dengan cara apa? Bodoh! sekali lagi setan dalam hati memaki. Kenapa tidak kau pura-pura minum jamu jualannya? Yup! aku baru menemukan ide. Selama ini aku tidak pernah mencicipi jamunya!!!

"Mbak Mirna!" panggilku pelan dari pintu belakang.
"Iya. siapa?" jawab suara mirna di balik pintu
"Aku. Tetangga sebelah"
"Oh, mas Andri. Sebentar."



Tak lama pintu belakang rumah kontrakan terbuka. Didepanku Mirna hanya mengenakan daster tanpa lengan warna biru muda. Cuma, kali ini dia tidak pakai celana leging yang biasa dia pakai.

"Ada apa, mas?
"Hmmm mau beli jamu pegel linu"
"Tumben, mas?
"Iya. biasanya sih beli di gang depan cuma lagi males jalan,mbak."
"Oh, ya udah masuk yuuuk".

Berjingkat aku masuk mengikuti ajakan Mirna. Daster birunya yang transparan itu membuatku ingin segere menyergapnya. Namun aku coba menenangkan bathin yang bergejolak. Salah-salah mirna malah teriak kalau dia langsung aku sergap! Bisa runyam urusannya. Digebukin aku orang sekampung!

Mirna mulai meramu jamu yang kupesan. Aku mulai memperhatikannya. Wajah mirna memerah ketika dia tahu aku memperhatikannya. Pangkal lengannya yang terangkat ketika memeras jeruk nipis digelas menampakan buah bulu keteknya yang halus dan sedikit buah dadanya.

"Ini mas jamunya"
"Eh, iya" sedikit aku pura-pura merasa jengah. Kenakalanku mulai kumainkan dengan mencoba menggenggam tangannya ketika dia mengulurkan gelas yang berisi jamu.

"Hah...enak sekali. Gak nyangka jamu buatan mbak Mirna mantab."
"Ah, mas Andri.
"Serius. baru tahu aku,mbak. tahu gini kan beli terus aja mbak Mirna."

Sekian lama aku bertetangga denga Mirna baru kali ini aku mengobrol dengannya. Ketika niat jahat muncul di kepalaku karena peristiwa subuh itu. He..he..he...

Rupanya dia seorang janda yang ditinggal kabur suaminya ke kota. Ketika disusul ternyata suaminya sudah punya istri baru. Cerita yang klasik. Asyik aku mengobrol dengan mbak Mirna tentang pengalaman hidupnya. Kadang diringi tawa dan cubitan tangannya saat dia merasa malu dan tersipu karena aku goda. Tak sengaja daster yang dikenakan mbak Mirna sedikit terangkat. Aku melihat paha mulus itu dengan nafsu yang tertahan.

"Mbak, aku tahu loh apa yang mbak pernah lakukan di subuh-subuh itu" bisiku ditelinganya.
"Hah? pekinya pelan kaget. Mulutnya ternganga. Wajahnya memerah malu.

Mulut yang menganga itu membuatku hilang kesadaran. Secepat itu aku mendaratkan bibirku di bibirnya. Mbak mirna kaget setengah mati. Dia berusaha menutup bibirnya dan menghindar. Namun, tanganku mendekap pinggulnya agar tidak bisa menjauh dariku.

Tanganku mulai mengelus pahanya yang mulus itu. Bibirku berusaha menjamah bibirnya yang bergerak kekanan dan kekiri menghindar.

"Ukh.." pekikinya sembari menggelengkan kepalanya. Aku tak hilang akal. Aku remas payu daranya yang menggunung dan menempel di tubuhku. Mungkin karena keenakan sedikit membuka katupan bibirnya. Tidak aku sia-siakan. Aku mengulum bibirnya sembari tanganku meremas payudaranya dan sesekali memelintir puting susunya. Mirna mulai mengerang.



Jariku menelusup diantara celana dalamnya yang masih terpakai. Aku usap pelan. Bulu-bulu halus kemaluannya semakin menambah gemas rasakku. Aku usap sampai ke klitorisnya dan jariku yang lain masuk kedalam liang kemaluannya. Basah. Mirna makin mendesah.

Tapi, aku lupa bahwa pintu belakang rumah belum tertutup. Gawat kalau ketahuan tetangga. Aku pun menghentikan perburuanku dan beranjak menutup pintu.

Sekembalinya menutup pintu aku lihat tubuh indah Mirna sudah tergolek ditempat tidurnya. Matanya terpejam. Aku memburu bibir mirna dan berusaha membuka dasternya. Mirna tak kalah beringas dan membuka celanaku.

Bibirnya lembut mengulum kemaluanku. Rupanya jago juga dia memainkan lidahnya. Buah kemaluanku dijilatinya hingga aku mengejang tak karuan.

Tiba giliranku untuk memainkan lidahku di kemaluannya. Mirna mulai meremas rambutku ketika lidah dan bibirku melumat habis lubang kemaluannya. Tanganku tak lupa meremas payudaranya. Klitorisnya aku tekan dengan lidahku dan aku hisap kuat hingga Mirna merasa kejang dan semakin keras menjambak rambutku.

"Auw.." Mirna terpekekik pelan. Dua rambutku tercabut dari kulit kepalaku saking keenakannya. Mata Mirna terpejam. Kembali aku mengulum bibirnya. Kemaluanku perlahan aku arahkan ke lubang kemaluannya. Matanya makin terpejam ketika batang kemaluanku masuk seluruhnya ke dalam kemaluannya.

"Kamu suka sayang?" ucapku mulai menggunakan kata sayang.
"Iyaaaa, masssss."
Aku gerakkan pantatku maju mundur menenggelamkan kemaluanku. Lembab dan hangat. Terasa sekali di kulit kemaluanku. Mirna hanya sedikit bergerak ketika aku sesekali menahan kemaluanku kemudian menghunjamnya kencang kedalam kemaluannya.

"Okh..." pekiknya halus saat aku semikin kencang menghunjamkan kemaluanku.
"Massss...."
"Iya,sayang..."

Aku angkat sebelah kakinya ke bahuku. Mirna berusaha menggapai ujung kain tempat tidurnya. Tangannya mencengkeram kuat seiring semakin membesarnya kepala kemaluanku. Dan...

"Ooooookkkhhh..."
"Mirna....!!!"

Berbarengan aku dan mirna mengerang. Akupun erat memeluk tubuhnya. Nafasku terngengah-engah ditelinganya.

0 komentar:

Posting Komentar