blog visitors

Cinta Dua Dunia


Santi
Ternoda - Santi
“krrikkk krikkk krikkkk…, ”
Amir Smith menoleh kesana kemari, suara jangkrik, kodok dan juga bunyi kresek-kresek membuatnya khawatir. Tak dapat dipungkiri hati Amir ciut dan nyalinya menguap entah kemana saat melayangkan pandangannya berkeliling, hanya cahaya senter sajalah yang membantunya berjalan menembus kegelapan malam di antara pohon-pohon besar.
“kresekkk.. kresekkkk.. kresekkk..”
Amir buru-buru menyorotkan lampu senternya kearah suara  berkresekan yang semakin mendekat, terdengarnya sih seperti suara orang yang melompat-lompat, dengan berbisik-bisik Amir memanggil-mangil Santi yang berjalan di depan.
“Santii, Santtttiiiiii, “
“kenapa Bang ??”
“kamu denger suara kresek-kresek ngak ??”
“denger, yang kaya orang lagi lompat itu kan bang ??”
“Iya, Suara Apaan tuh ??”
“Ooo, itu cuma pocong koq Bang, tuh di belakang Abang..”
Seiring jawaban Santi, sesuatu melompat keras tepat di belakang tubuh Amir.
“HAAAHHH ?? WHUAAAAAAWW…!!“
Tanpa perlu melihat lagi ke belakang, Amir lari tunggang langgang. Santi mangap melihat Amir Smith yang tiba-tiba dapat berlari sekencang angin
“gilee..!! cepet amat larinya..!!” begitulah pikiran Santi.
“Bangg!! Bang Amirr!! mau kemana Bang!! Awas bangg !!pohoonn..!!Aww!!! Waduh ??!!!”
Santi menutup kedua matanya saat mendengar suara keras bergedebukan, dengan terburu Santi melayang menghampiri Arjunanya yang kini tergeletak. Ia panik menepuk-nepuk pipi Amir, Santi berusaha menyadarkan Amir Smith yang sempat berfrench kiss dengan sebuah pohon besar, bibir tebal Amir keriting kaya supermie. Santi tertawa ngakak dan membantu sang kekasih untuk berdiri.
“Ha ha ha ha ha, duh bibir Abang makin seksi deh ha ha ha ha..”
“Yeee, kebangetan !! sakit nihh..!!malah diketawain, hadooww..!!”
“Abisnya abang sih, masa larinya kaya bebek, mulut duluan yang maju, mana nafsu amat ciumannya sama pohon ampe jontor , ha ha ha ha ha ha”
Santi tertawa lepas terpingkal-pingkal. Amir Smith makin manyun, satu kecup mesra Santi menghilangkan kemasaman dari wajahnya. Dengan bersemangat Amir Smith mencari-cari jalan menuju ke tujuan. Akhirnya dari kejauhan ia melihat kerlip cahaya lampu, dengan bersemangat ia menggandeng Santi menuju ke sebuah rumah kayu. Baru saja Amir hendak menyapa.
“MASUKK…!!”

“Hahh ??lah koq dah tau ??errr, permisiiiiii, puntennnnn…, spadaaaaaaa…“
Dengan sopan Amir smith mendorong pintu rumah, sambil mengirimkan salam persahabatan dan senyum dari bibirnya yang dower, sekali lagi Amir mengangguk saat seorang bapak tua tersenyum ramah. Untuk sesaat pak tua memperhatikan Santi, kemudian mempersilahkan dua sejoli berlainan alam itu untuk masuk dan ikut duduk bersila di hadapannya yang juga sedang duduk bersila.
“begini pakkk….”
Amir berusaha untuk mulai menjelaskan duduk permasalahannya.
“hhhhhhhh…., tampaknya gadis di sisimu bukanlah manusia..”
“ooo, itu sih saya sudah tahu pak, terimakasih atas petunjuk bapak sebenarnyaaa..saya…”
“Tampaknya kalian dua sudah melakukan sesuatu yang melanggar aturan langit dan bumi.., sadarlah nak, tidak sepantasnya hal seperti itu terjadi.., ”
“yeeee,koq tahu!!, bapak pernah ngintip saya “begituan” sama Santi ya…”
“abanggg…!!!”
Kontan saja wajah Santi merona, Amir meringis saat Santi menyikut pinggangnya,  sedangkan pak Tua hanya tertawa keras.
“baiklah , saya bersedia membantu kalian “
“Hahhh…!! aduh, bapakkkk, terimakasih, btw dari mana bapak tahu kami membutuhkan pertolongan?? pokoknya two thumb up deh buat bapak, Luv U Pak tua..!!”
“kau jujur sekali anak muda, dan sifatmu polos, aku suka itu..!! ha ha ha” Pak Tua tertawa senang.
“nah siapa namamu gadis muda ?? “
“Saya Santi pak…”
“dan kau pemuda gagah…”
“Saya Amir Pak, salam kenalllll,”
“nah Santi peganglah tangan kiriku, dan kau Anak muda, apakah kau ingin mengetahui apa yang pernah terjadi dengan kekasihmu ini?? tapi aku ingatkan sebelumnya, apa yang pernah terjadi terhadap Santi adalah masa lalu , dan kau tidak akan pernah dapat merubahnya…”
Amir mengangguk lalu memegang tangan kanan Pak Tua dan tangannya yang satu lagi memegang tangan Santi, kemudian dengan spontan ia bertanya, terlihat kebingungan melintas di wajahnya yang jauh dari tampan.
“Anu pakk, ngapain kita saling berpegangan tangan begini, kaya mau pacaran aja…, huhhhh ?? !!“
Pak Tua tidak menjawab, bibirnya berkomat kamit, sukma ketiga orang itu seakan terbang tinggi keatas langit kemudian melewati lorong-lorong waktu dan kejadian, menembus kabut misteri yang tebal. Samar-samar Amir melihat terangnya cahaya, silau sekali..!! Amir memejamkan mata saat ia membuka mata, kini hanya pak tualah yang bergandengan tangan dengannya.
“Dimana ini pak tua??”
“kita berada di masa dimana Santi pernah hidup…”
“ehh, entu dia, SANTIIIIII…..!!!SANTIII Oiiiiii…!!”
“Dia tidak dapat mendengarmu anak muda…”
Amir mendadak lesu, bagaimana tidak, Santi tersenyum manis kepada seorang pemuda tampan, keren, gagah, kemudian ia berlari kecil dan memeluk pemuda ganteng itu,”ih leo nakal” keduanya bercanda tawa dengan mesra, seorang laki-laki dan wanita paruh baya memanggil-manggil Santi dan melambaikan tangannya. Santi berteriak keras kegirangan menghampiri
“maa, pahh,kapan kalian pulang koq, ngak ngabarin sihh, aku udah rindu banget tau he he he” ia memeluk ibundanya , tiba-tiba ada angin kencang, waktu dan kejadian melaju kencang membawa pak Tua dan Amir.
Di malam hari, seorang pria mencegat sebuah mobil, posisi orang itu memunggungi Amir dan Pak Tua hingga mereka kesulitan mengenali siapa orang itu. Wait, sepertinya orang didalam mobil itu adalah orang tua Santi, empat buah mobil mencegat dari depan, kiri, kanan dan belakang. Beberapa orang berwajah sangar memecahkan kaca jendela dan menarik paksa kedua orang tua Santi keluar, dengan kejamnya pra lelaki berwajah sangar menyiksa dan kemudian menghabisi nyawa mereka. Pak tua dan Amir kembali dibawa melangkah oleh sang waktu berjalan kedepan, suasana pun berganti. Seorang gadis cantik sedang menelepon seseorang dan membuat janji untuk bertemu di suatu tempat, tidak berapa lama Santi keluar dari rumah dan pergi ke sebuah villa yang mewah ia bertemu dengan seorang laki-laki seusia alm ayahnya. Mereka berdua  berbicara dengan serius.
“Om, Santi tahu siapa yang sudah membunuh orang tua Santi, tolong Santi om? bantu Santi untuk membalaskan dendam papa dan mama”
“hah ?? masa ?? apa benar kamu sudah tahu siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan kedua orang tuamu, ini tidak dapat dibiarkan, apakah kamu mempunyai bukti-bukti yang kuat…”
“Ada omm, Santi sudah menitipkannya kepada leo…”
“sudah dititipkan semuanya ?? “
“sudah om, sudah semuanya…”
“lalu siapa orang itu ??”
“Orang itu, Om Dimas…., dia ingin menguasai kekayaan orang tua Santi..!!”
Pada saat yang bersamaan pintu ruangan itu terbuka, Santi pucat pasi saat om Dimas melongok dari pintu yang terbuka. Ia mencoba untuk bersikap senormal mungkin, kemudian berbisik pelan.
“sssttt…, ati-ati om, itu om Dimas datang…”
“tenang, ada om disini, kamu ngak usah khawatir”
Om dimas tertawa kemudian berjabat tangan dengan Om Tony.
“oh, Santi rupanya, apa kabar sayangg..”
“baik om..”
Santi menjawab singkat, ingin rasanya ia menampar wajah mesum om Dimas yang sesekali melirik ke arah dadanya. Om Dimas bangkit dan duduk di sebelah Santi, dengan kurang ajar ia menaruh telapak tangannya dilutut Santi dan Om Dimas mengelus bahu gadis cantik itu.
“jangan kurang ajar Omm…!!”
“galak amat..!! kalau kamu nurut , om janji tidak akan menyakiti kamu”
“menyakiti ?? cuihh,maksudnya seperti apa yang telah om perbuat terhadap papa dan mama ??bajingan Plakkkkkk…”
Santi tidak dapat membendung kemarahannya saat tangan om Dimas mengelus pahanya, telapak tangannya menampar wajah Om Dimas. Santi berseru kaget saat om Tony ikut menyerbu.
“Auhh, Apa-apaan ini, Ommm..!!awww”
Di suatu kesempatan Santi berhasil meloloskan diri, Om Dimas dan Om Tony mengejar gadis itu. Seseorang muncul didepan pintu, Santi berteriak meminta tolong kepada orang itu, oh kekasihnya..!!, cintanya pasti datang untuk menyelamatkan dirinya…!! LEO..!!
“Leooo, Toloooonggggg… Aduhhhhh, Leooo ??”
Ohhh..!! Apa yang terjadi ?? !! Orang yang dicintainya malah mendorong tubuhnya ke belakang hingga tertangkap oleh Om Dimas dan Om Tony, tidak ada lagi senyum di wajah Leo, tidak ada lagi senyum hangatnya..!! hanya serigai licik yang membuat Santi ketakutan dan bimbang, apakah benar orang yang berdiri di hadapannya ini adalah Leo sang  kekasih ??
“Hai Leoo, bagaimana ?? “
“ini Omm, semuanya disini..”
“Leoo, apa – apaan ini ??, mengapa ?? kamu ??Ohh Tidak, Leoooooooo, TOLOOOOONGGGG…!!LEOO TOLOONGG AKUUUU…, LEOOOO TOLOOONGGG…!!!” Santi berteriak-teriak memanggil nama sang kekasih
Om Dimas memanggul tubuhnya yang meronta-ronta. Tangan Santi berusaha menggapai memohon pertolongan, ia masih sempat melihat Om Tony memberikan sebuah koper hitam besar dan ia berjabat tangan dengan Leo, Santi menjerit keras memanggil-manggil nama kekasihnya, gadis itu semakin ketakutan saat Om Tony ikut bergabung. Sebuah pesta liar akan segera berlangsung.
“Anjing , Oiii, lu berdua, lepasin Santiii, Pakk, Ayo Pak kita tolongin..!!”
“Kita tidak dapat merubah masa lalu nak, semuanya telah terjadi..”
“Nggak peduliiii!! Lepasin Saya Pak Tua, Lepasinn, SANTIII…, BAJINGAN LU BERDUA, KALAU BERANI LAWAN GUA NIHHH…!!LAWAN GUA KEPARATTT…!! JANGANNNN…..SAKITI DIAAA!!”
Amir Smith berontak berusaha melepaskan tangannya dari genggaman pak Tua, namun bagaimanapun kuatnya ia mengerahkan kemampuan, pegangannya tidak dapat terlepas. Amir dapat melihat dengan sejelas-jelasnya saat kedua lelaki separuh baya itu menyakiti Santi, menembus setiap lubang di tubuh moleknya dengan batang-batang penis merek. Amir menjerit,  mencaci, memaki hingga tubuhnya yang kurus berkeringat. Seluruh tenaganya terkuras untuk melepaskan diri dari genggaman pak Tua. Akhirnya kekejaman itupun berakhir, tubuh Santi terkulai tanpa daya, selemas tubuh Amir bersimpuh dengan pergelangan tangan yang terangkat ke atas, dipegang kuat oleh Pak Tua. Om Dimas dan Om Tony bangkit dan tersenyum puas, om Dimas membuka jendela ia berteriak keras memanggil-manggil dari balik jendela.
“WHUAAAWW..!! Apa-apaan ini, ANJING LU PADA, BANGSATT..!! BANGSATTTTTT……!!!, LEPASKAN DIAA, LEPASKANNNN…, ANJINGGGGG..!! BEDEBAH KALIANNN, MAKLUKK DURJANA,  KEPARATTTTT..!!!” Amir berteriak-teriak keras saat wajah-wajah sangar bermunculan dan berebut naik ke atas ranjang
Tubuh Santi yang lemas menjadi “mainan” yang mengasikkan bagi orang-orang itu. Amir berontak dan menangis, ia menutup matanya rapat-rapat, tidak sanggup lagi menyaksikan tubuh Santi yang terguncang hebat. Amir menangis meraung – raung. Kabut tebal  menggulung, membawa mereka ke masa sekarang. Santi tertunduk menatap lantai, Amir menangis dengan hati pedih, pak Tua hanya menghela nafas panjang, ada  air mata yang terselip di sudut matanya yang sudah keriput.
“HU HU HU HU, keparattt..!!, bajingan…mereka semua!!”
Amir memeluk Santi, bibir tebalnya tak pernah berhenti mencaci dan memaki, sebuah tabir misteri membuatnya tersadar. Betapa mengerikannya kejadian yang pernah dialami oleh Santi.
“malang benar nasibmu nak, sekarang kalian berdua beristirahat, besok malam bapak akan mulai membantu kalian berdua..”
Malam itu Amir Smith memeluk tubuh Santi erat-erat, bukan karena nafsu, hanya cinta dan perasaan ingin melindungi gadis itu sajalah yang ada dihatinya. Malam berganti siang dan kemudian sang waktu berlari menghampiri tengah malam, jam 12 malam teng. Amir, Santi dan Pak Tua berdiri di bawah kerlip-kerlip bintang. Pak tua mengeluarkan sebuah batu bertuah dan menjelaskan  proses ritual kepada Amir.
“aha ha ha ha, itu mah gampang atuh pak tua, tinggal jalan lurus dan basahi batu ini dengan air dari telaga itu, kecill, sini batunya…” Amir ngakak terbahak.
“Jangan takabur anak muda, ada rintangan di setiap langkah kakimu, setiap langkah akan semakin berat, bahkan nyawa dapat menjadi taruhannya, ”
Amir mengangguk, Santi menatap Amir dengan khawatir.
“Jangan takut, saya pasti bisa…!!”
Amir bersiap dan mulai mengambil langkah, satu langkah, dua langkah, tidak ada yang terjadi. Pada langkah yang ke empat, tiba-tiba ia merasakan sakit luar biasa, ia menekuk wajahnya ke bawah. Aduh oww, akhh, Amir melangkah dan terus melangkah di atas duri tajam, pada langkah ke lima, ada sesuatu yang terbang, berambut panjang dan berwajah mengerikan. Amir terus maju dan maju, pada langkah keenam puluhan makhluk seram menghalangi jalannya, dan ia terus berjalan dengan hati miris, entah berapa rintangan dan cobaan yang dihadapinya dan kini langkah terakhir. Sesosok makhluk tinggi besar bercula muncul dari telaga, bau busuk membuat Amir terbatuk-batuk, Huekk… Uhukkk Huekk, uhuoookkk… .
“Permisi, uhukk, minta dikit airnya yakk…”
“boleh, tapi berikan dulu batang penismu ..!!”
“hahh ?? “
Amir menimbang-nimbang sesaat, penis ?? waduh !!!
“baiklah, Ambil..!!”
Amir memajukan selangkangannya dan CRASS., ia melolong kesakitan, Santi berteriak ngeri saat tangan makhluk besar itu membetot sesuatu di selangkangan Amir. Tubuh kurusnya roboh seketika, ia merayap dengan sengsara sambil berusaha menggapaikan tangannya untuk menciduk air telaga, dan akhirnya ia berhasil membasuhkannya pada batu bertuah. Sebuah sinar yang keluar dari batu bertuah  menyilaukan mata si dower dan ia pun jatuh pingsan. Semuanya terasa gelap, selanjutnya….., sayup-sayup Amir mendengar suara Santi, perlahan ia membuka matanya.
“banggg.. bang Amirrr, sadar bangg, sadar….”
“Euhh, heuuhhhh.., haduhhh, abis dah si otong.., ehhh !!”
Amir meraba benda di selangkangannya, loh koqq masih ada ??, bukannya tadi udah lepas sampe ke biji-bijinya ?? antara percaya dan tidak Amir mengintip ke balik sarung. Ia menoleh ke arah Santi yang tertawa kecil kemudian menoleh ke arah pak Tua yang segera menjelaskan. Amir mengangguk –angguk mendengarkan penjelasan dari pak Tua, bahkan menurut pak tua, sebenarnya dahulu Santi sudah berhasil membalaskan dendamnya kepada Leo, Om Dimas, dan para lelaki berwajah sangar, namun ia gagal saat hendak membalas dendam kepada om Tony karena Om Tony meminta bantuan dari orang pintar yang akhirnya membuat Santi menjadi lupa akan jati dirinya. Dari orang pintar itu pulalah Om Tony memiliki sebuah cincin yang melindunginya dari aksi balas dendam Santi.
“Ngehe he he he, ternyata yang tadi itu cuma khayalan doang ya pak ??”
“Bukan khayalan nak, semua yang kau alami adalah yang sesungguhnya, namun batu bertuah sudah merubah kenyataan apa yang terjadi pada dirimu sebagai khayalan semata, kalau kau tidak sempat membasuh batu bertuah itu dengan air telaga sebelum jatuh pingsan maka semuanya akan menjadi kenyataan seutuhnya.”
“Jadi , kalau begitu, titit saya juga bisa ilang beneran ??”
Amir mendelik kemudian kembali jatuh pingsan saat pak tua mengangguk.
“Yah, Abang, pingsan lagi deh.@_@..!!!”
Santi menggaruk-garuk kepala dan mengeluh, pak Tua tertawa lepas. Akhirnya ketiga hari kemudian setelah Amir pulih, mereka berdua memohon diri pada pak tua. Pak tua meremas batu bertuah hingga hancur seperti pasir halus dan meniupkannya ke tubuh Santi. Sebelum mereka berlalu pak Tua mengingatkan agar Santi berhati-hati terhadap keampuhan cincin di tangan Om Tony, kalau bisa Pak Tua menganjurkan untuk merampas cincin itu.
*************************
Di kantor persatpaman,
Amir menghadap atasannya dikantor.
“saya siap kembali bertugas pak..!!”
“bagus..!! bagusss.!! Nahh gitu.., harus semangat..!!”
Amir menoleh ke kiri dan kanan, ia memakai baju tebal untuk menutupi tubuhnya yang langsing sehingga kelihatan agak gemuk, juga sebuah topeng untuk menutupi wajahnya, hanya matanya sajalah yang kelihatan. Kemudian saat keadaan aman ia memanjat dan melompati pagar, bibirnya meruncing saat sebuah pintu yang terkunci menghalangi jalannya. Santi tersenyum dan mengibaskan telapak tangannya ke arah pintu dan pintu itu pun terbuka. Amir masuk dan menutup pintu dengan perlahan. Ia mendengar suara di dalam sebuah kamar, dengan sekali tendang Amir mendobrak masuk, BRAKKKK….!!
“awwwwww….!!”
“Wahhh ?? !! alamakkk…!!”
Mata Amir melotot, Via yang baru mandi hanya berbalutkan selembar handuk, kini handuk itu terlepas jatuh ke atas lantai saat Via melihat sosok lain yang melayang di atas belakang Amir. Begitu mengerikan!! Si jelita mengeluh pelan kemudian tubuhnya terkulai lemas, pingsan dengan posisi kedua kaki sedikit mengangkang.
“Wowwww !!! “
Kontan Amir berseru keras, ia menatap tak berkedip
“Aduhh..!! “
Ia baru tersadar saat sebuah cubitan mampir di pinggangnya.
“ngeliatin apa sih bang ??”
“Ehh, enggakk, enggakk…liat apa apa koq “
Santi mencibir ke arah Amir kemudian jari telunjuknya menunjuk ke atas ranjang. Tubuh Via melayang dan jatuh perlahan di atas sebuah ranjang empuk, Santi menarik tangan Amir yang sedang terpesona.
“sepertinya, eumm, kamar itu bukan kamar Om Tony, tapi ayo kita periksa lagi kamar yang tadi, mungkin ada petunjuknya…”
“nihhh petunjuknya..!!”
Santi menempelkan tinjunya di depan muka Amir.
“he he he, cemburu ya..”
“Siapa yang cemburu ..!!”
Amir buru-buru mengikuti Santi yang melayang.
“DUKK..!! Aduhhhh….T_T”
Saking konsentrasi, Amir ikut menembus dinding, ia jatuh kebelakang dengan kepala benjut,
“ih Abang norak..!!masa mau ikut-ikutan nembus dinding..” Santi buru-buru membantu Amir berdiri.
“Coba kalau abang kaya Santi, kan enak tuh bisa nembus nembus segala..”
“emang Bang Amir pengen jadi seperti Santi..”
“Iya, Ehh enggak-enggak..!! Abang masih betah hidup say.!!”
Santi tersenyum, Amir mengikuti Santi dan berhenti di sebuah kamar. Dengan hati-hati Amir membuka kamar itu, seorang laki-laki tengah tidur pulas di atas sebuah ranjang. Dengan berjingjit jingjit Amir mendekati laki-laki itu, tangannya melepaskan sebuah cincin berwarna merah delima yang tidak pernah lepas dari jari laki-laki itu. Om Tony terbangun.
“heii, siapa kamu, kemarikan cincin itu…”
“eitt, nggak kena… “
Amir mundur ke belakang, menghindari Om Tony yang hendak mengejar, ekor mata Om Tony menangkap sosok lain, sosok yang membuat matanya mendelik , jantungnya berdetak cepat dan keras, ia gemetar menyebut sebuah nama.
 “s-s-Santi..,S-Setannnn…!!Aaaaaa…!! Toloonggg…!!”
Om Tony berlari keluar kamar, Amir mengejar dengan geram. Saat Amir menerkam, om Tony berkelit. Si dower jatuh nyungsep menyusuri anak tangga, bibirnya mencium lantai, ia mengeluh saat om Tony menginjak bokongnya. Sebelum pingsan Amir sempat melihat sosok Santi berkelebat mengejar Om Tony, terdengar suara jeritan dan  kain yang disobek, bekas-bekas cakaran membuat lukisan berdarah di sekujur tubuh bandot tua itu. Aneh, walaupun Om Tony menjerit, tidak ada sedikitpun suaranya yang terdengar di telinga orang biasa, dinding kabut seakan menelan tubuh Om Tony dan membawanya ke suatu tempat. Om Tony mengucapkan jampi-jampi yang diajarkan, untuk sesaat tubuh Santi seperti limbung dibalut dan diserang sebuah kekuatan maha dahsyat namun perlahan butiran lembut batu bertuah bersinar melindungi tubuh Santi. Om Tony tergagap, ia mundur ketakutan sambil mengemis memohon ampunan.
“Ampuni Om Santi, Om Khilaf…., Amphunnnn…”
“hi hi hi hi hi hi, mau kemana ommmmmmm….??”
“Kasihani Via S-Santi, jika om tidak ada di sisinya, siapa yang akan melindungi dia, Om mohonnnn ampuuuunnnnnn….”
“Ampun ?? hi hi hi hi, ampun kenapa ommm ??”
“Om memang bersalah, pada orang tuamu, juga kepadamu, tapi tolonggg, ampunilah nyawa om, Ampunnnnnn…, kasihani Via, kasihanilah anak omm, yang sebatang kara kalau om tiada.., ampunnnnnn Santiii, AMPUUNNN..!!”
“Hi hi hi, hi hi hi hi hi hi hi, minta ampunlah di neraka, Bajingan.!!”
“ARRRRGG..ARRRRRRR>..!! AAAAAAGGGGHHHH…!!” Om Tony menjerit saat kawat berduri menggulung meliliti tubuhnya yang menggeliat-geliat menahan rasa sakit.
Terdengar suara lolongan Om Tony saat ujung kawat berduri itu menembus liang anus dan lubang kencingnya, entah bagaimana caranya ujung kawat berduri itu terus membelah mencari jalan memenuhi perutnya yang buncit, suara mengikik terdengar semakin keras mengiringi lolong dan erang kesakitan Om Tony yang semakin lemah.
****************************
Bagaimanakan Nasib Amir Smith ??

Via
Via

“euh, mmmhh, haduhh…” Amir mengedip-ngedipkan mata
Ia dibangunkan dengan cara yang paling enak, ada benda kenyal hangat yang mendesak-desak punggungnya, seseorang terus mendesah dan menolak, eh tunggu dulu, mendesah ?? menolak ?? tubuh Amir terbalik dengan sendirinya, wajahnya berhadapan dengan wajah seorang gadis cantik, buah dada gadis itu menempel erat di dadanya yang berdetak kencang. OMG..!! Si jelita Via menindih tubuh si dower..!!
“ihhh, aduh, nggak mau, ahh enggak.. ohh kenapa ini ??“
“ehh Non Via ?? lagi ngapain ?? henthiikann aduhh enaknya, Non Via lagi ngapain sih ??”
“nggak tahu bangg, tubuh dan tangan saya bergerak sendiri..”
“bergerak sendiri ?? ,ihh, jangan pegang-pegang atuh, saya malu..non Via jangan lakukan itu, ahhhhhhhhh, wedewwwww…, wawwww”
Kepala Via merosot ke bawah, kedua tangannya memegangi batang Amir yang mengeras dan lidahnya menjilat-jilat buah zakarnya. Via terus mendesah dan menolak, Amir bertahan mati-matian agar batangnya tidak berdiri.
“adu-duh kenapa ini ihh, sllckckk, ckk ,ckk, jijikk ammmhh mmmhhhh…, nghaakkk mauu, emmmhhh mhhhhh.. ck ck ckk. Auhhh bauuuu.!!”
“nonn Viaaaaa, jangannnnnn, awww, yeahhh, busettt, enak amatttt”
Via mengeluhkan bau aneh yang tercium pada batang  di selangkangan Amir. Sementara Amir berseru keras keenakan ,tubuhnya kaku tidak dapat bergerak, berbeda dengan tubuh Via yang bebas bergerak walaupun ia tidak menginginkannya. Via menjerit kecil saat batang Amir menegang dan mengetuk dahinya, batang yang panjang, besar berisi, kini tegak kokoh membuat Via terpana. Tangannya bergerak mengusap-ngusap kepala penis Amir, mulutnya naik ke atas kepala penis Amir, mulutnya mengemut-ngemut loli besar di selangkangan laki-laki itu.
“E-ehh, Mm-mmmhh, Nyoott Nyoott Mmmmmm”
“Oawww, V-viaa, aduhhh akkkhh,”
Amir merem melek menikmati sepongan Via, habis sudah batang Amir dijilat dan diemut oleh Via si jelita. Via bertambah panik saat vaginanya naik dan mengelus-ngelus di sepanjang batang penis Amir.
“toloooooongg..!! ihh geliiii, ngak mau,, ahh aduhhh”
“s-sudah via, abang mohon, jangan diperkosaaaaa, kasihanilah bang Amir ini, ouh, Ohhh Yearrrhhh..!!”
“Via juga nggak sudi memperkosa bang Amir..!!, tapi i-ini, ihh , Via nggak bisa berhenti bang, aduhhhh, bagaimana ini ahhhh, ihhh geliii, nikmatnyaaa aww”
Vagina Via yang becek menggesek-gesek batang penis Amir, kemudian menggesek dan mendesak, perut, dada dan akhirnya naik ke atas wajah Amir. Mata Amir memelototi kemolekan wilayah si jelita yang terintim. Via mendesak-desakkan vaginanya kewajah si dower yang menarik nafas dan mengendus dalam-dalam aroma vagina Via.
“hauff, nyefffhh, ouhh, wanginyaa, ufffhhh…”
“bang jangan diendus-endus gitu, akhhh, Via nggak mau bang, aduh bang Amir..!! jangan dilihat, jangann, ngak mauu, , V-via malu, ahh abanggg..”
“aduhhh, ini, itu, koq deket banget ya, mana wangi lagi merangsang, hmaafffhhhh…” bibir vagina Via membekap mulut Amir dan menawarkannya  sejuta rasa yang pasti sulit untuk ditolak oleh laki-laki manapun. Dengan rakus Amir mengunyah vagina si jelita yang memekik keenakan. Lelehan – lelehan peluh membuat gairah keduanya semakin meledak-ledak.
“e-eh, aduh banggg, gimana ini ??!! “
“Hahh ?? !! Waduhhh..!!”
Keduanya berseru terkejut, kini bibir vagina Via berhadapan dengan batang  besar Amir, saling merangsek dan menyerang, tubuh Via mengerjat saat kepala penis Amir mulai menyusup memasuki liang sempitnya yang masih perawan.
“banggg, jangan dimasukin aduhh…”
“ngahahh, memeknya jangan dith-dituh-runin,..”
“BANG AMIRRR..!! Brrrttt. Brrr brrrttt,, bruesssshhh.. OWWW”
“Owww Yessshhh ahhhhhhh, Viaaaaa…, nikmattttttt, ahhhh”
Selangkangan Via bergerak turun naik di atas selangkangan Amir, bibir vaginanya terlipat keluar masuk saat batang besar Amir membelah-belah vaginanya.
“uhhh, ampunn besar amattt!!, aduh ngiluu, aaa!! pelan-bangg , pelann”
“yang bergerak bukan bangg Amir, engehh, Via yang lagi ger-hak..”
Memang benar ucapan si dower, pinggul Via bergerak lincah dan bergoyang, sementara Amir menjadi korban keliaran Via. Mata Amir nanar menatap buntalan susu Via yang melompat turun naik dengan  indah.
“nnnnhhh, ahhhh, enakkkk…crrrett cretttt..crrreett”
Amir merasakan batang kemaluannya diremas-remas dengan kuat oleh liang sempit milik Via. Vagina Via terasa menghangat, cairan kenikmatan si jelita mengguyur batang penis si bibir tebal. Via bertatapan dengan Amir, tubuhnya yang mulus menggeliut indah, pinggulnya bergerak turun naik serasi dengan geliutan tubuhnya yang molek. Berkali-kali Via mencapai puncak kenikmatan, batang besar Amir smith pun semakin lancar keluar masuk menikmati belahan vaginanya.
“pofffhhh,,”
Keduanya mendesah panjang seperti mengalami kekecewaan yang dalam saat kemaluan keduanya dipisahkan. Via merintih saat lubang duburnya ingin ikut bermain, ia memejamkan matanya rapat-rapat saat batang besar Amir mendesak liang anusnya. Bibirnya yang mungil ternganga oleh rasa sakit.
“aduh bangg, aduhh, sakiii..ttt, sakit banggg…!!”
“Oahhhhh, adawwww,, ahhh, Viaaaaa…,boolnya enakkkhhhhh”
Via sibuk menahan rasa sakit yang menggigit sedangkan Amir sibuk menahan rasa nikmat yang tak tertahankan. Via mengerang dan Amir meringis, anus Via melompat – lompat pada batang Amir, keliaran dan kecantikan Via membelengu tubuh pria kurus yang berada di bawahnya, sesekali vaginanya mengambil alih batang Amir kemudian kembali digeser oleh permainan liang anusnya yang peret bukan main.
“crreettt… crettt. Ungghhhh.., Bang Amirrrrr…”
“ohhh V-viaaaa…,”
Menjelang subuh jam 3 subuh, barulah keduanya menjerit bersamaan. Tidak ada lagi gerak yang tersisa. Tubuh mulus Via terlentang ditindih oleh tubuh Amir, si dower, mencoba bergerak. Kedua tangannya memeluk tubuh Via yang tersenyum puas dalam tidurnya, bed cover digerakkan oleh sesuatu yang tak terlihat meneduhi tubuh keduanya yang masih basah berkeringat.
“ahh, dimana ini ??waw, cegluk cegluk.., oh indahnya susu..”
Rambasan sinar matahari pagi, menyadarkan Amir, cuping hidungnya kembang kempis mengendus harumnya tubuh seorang wanita yang tidur terlentang di sampingnya. Aroma yang lembut nan menggairahkan, tangan Amir mendaki puncak gunung putih di dada Via kemudian mulai meremas-remas payudaranya. Lama kelamaan bukan hanya tangan Amir yang yang naik, bibir tebalnya ikut naik dan mengenyot-ngenyot puncak buah ranum milik Via. Kerakusan Amir tentu saja mengganggu Via yang sedang tidur, perlahan kedua mata Via mengerjap-ngerjap, ia meringis terkejut merasakan rasa nikmat saat Amir mengemut-ngemut payudaranya. Tangan kiri Via memeluk leher si dower sementara tangan kanannya menekankan belakang kepala Amir agar semakin terbenam pada belahan dadanya.
“bang Amirrr.. ohhhh…”
Via  mengangkangkan kedua kakinya, memberi jalan untuk Amir yang naik ke atas tubuhnya. Ia memekik kecil, Amir begitu liar menggeluti payudaranya, mencumbui lehernya dan memangut-mangut bibirnya yang mungil, merah bak buah delima.
“emmh emmhhh abangg, ahh, bang Amirrr…”
“viaaa, aduh wanginya…”
“JREBBB…!!”
“aduh bangg, pelan-pelannn…”
“eh iya, maaf abang terlalu nafsu, sakit ??”
“emmm, enak bang…”
“nahh gimana, kalau diginiin tambah enak ??”
Via mengangguk dengan wajah merona, ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Si jelita tidak sanggup bertatapan mata dengan Amir yang sedang memompakan batang penisnya dengan lembut, tubuhnya terdesak-desak di bawah tubuh Amir. Gerakan pinggul Amir semakin liar, Via merintih dan merengek keras. Tubuh molek Via melenting oleh rasa nikmat saat liang vaginanya berdenyutan. Berkali-kali Amir menggempurnya hingga kelojotan, ia menunggingkan tubuh Via, dengan satu sodokan ia melesakkan batang penisnya membelah liang vagina Via.
“PLOKK PLOKK PLOKK..”
Semakin keras suara itu terdengar, semakin keras pula tubuh Via tersungkur ke depan. Dengan gagah Amir menungangi Via dari belakang, ia berkuda di atas kemolekan dan kemulusan tubuh Via yang berpeluh, sama seperti dirinya yang berkeringat. Jerit dan rintihan Via memenuhi ruangan kamar yang mewah, boneka berbagai ukuran ikut menonton panasnya pergumulan dua anak manusia yang tengah asik mereguk kenikmatan, dan tampak dengan sangat jelas sekali si jelita kewalahan digempur oleh sodokan-sodokan batang Amir, berbagai macam gayapun dipraktekkan olehnya.
“emmhh, aduh bangg aduhhh, nikmatnyaaaa. Ahhhhh”
Mendengar suara desahan Via, Amir semakin garang memacu batang penisnya. Posisi Via tidur menyamping dengan kaki kiri ditopang oleh tangan Amir, penis besar Amir menggarap liang senggama Via yang babak belur dipompa oleh batang besar itu. Via menjerit kecil menahan nikmatnya surga dunia, cairan vaginanya kembali meledak dengan nikmat namun Amir belum puas, diganjalnya bokong Via dengan sebuah guling kemudian mulut Amir mendekati belahan vagina Via, dikecupinya vagina si jelita yang merintih. Bibir tebal Amir menyumbat bibir vagina Via dan mengenyot cairan klimaksnya hingga kering.
“Srrrupphhh Slllrrruuuphhhhh”
Amir membuka belahan bibir vagina Via, lidahnya menyeruak masuk menggelitiki kelentit Via yang menonjol dan menggaruki daging yang bergerinjul – gerinjul di dalam vagina itu. Via membuka kedua kakinya melebar menikmati aksi bibir Amir yang mengecup dan jilatan lidahnya yang menggaruk – garuk mengantarkan kenikmatan.
Tubuh Via menggelepar,  si dower semakin aktif menjilat dan mengenyot lelehan-lelehan lendir kewanitaan Via yang membanjir hingga akhirnya Via merintih saat mengalami sensasi nikmat puncak klimaks.
“Crrrrutttt.. cruttttt….ahhhhhhhh.”
“Slllrrrpp sllllrrrrruuphhhh.. nyem sssllllkkk ck ck slrrrupphhhh”
“Jrebbb Jrebbb.. Jrebbbb…, bleesshh JREBBB…!!”
Amir mengangkangkan kaki Via ke atas hingga mirip huruf depan yang membentuk nama si jelita. Dengan bernafsu Amir kembali menjebloskan batang besarnya mengaduk-ngaduk celah vagina Via, desah dan rintihan tertahan si jelita  mewarnai sodokan – sodokan liar Amir. Batang besar di selangkangan Amir yang terayun membawa via berkali-kali ke puncak orgasme hingga akhirnya mereka mengeluh bersamaan. Keduanya saling berpelukan erat, Amir menusukkan batangnya kuat kuat. Via menyambut dengan mengangkat vaginanya ke atas, tangan Amir membelit tubuh Via yang berpeluh.
“Pefffh clepphh clepphh pefffhhh Slepphhhh”
“unnnnhhhh crrutt crutttt.. crutttt…”
“Ooo-HOKK. Viaaaa, Crrotttt crotttttttt….”
Via melotot hampir tak percaya, dua menit yang lalu batang Amir menciut di dalam vaginanya. Kini sesuatu berkedutan, membengkak dan memanjang di dalam sana. Via mengeluh merasakan liang sempitnya kembali penuh disesaki batang penis Amir. Berkali-kali tubuhnya melenting keenakan saat vaginanya disodok-sodok oleh Amir yang tersenyum saat Via nyengir menahan rasa nikmat.
“Ohhh, Bang Amirrr, kuat amat sichh.., ennhhh ahhh”
“Pofffhhh…”
“Ahhh….”
Gadis jelita itu mendesah kecewa saat Amir menarik batangnya. Matanya menatap tajam pada batang Amir yang mengangkangi wajahnya. Dengan malu malu, Via melumat ujung penis Amir yang berlendir, kekecewaan Via terobati saat ia mengulum permen stick yang panjang dan besar di selangkangan Amir.
“wahhh,!! Diam diam Via ternyata pinter nyepong..!! he he he” Amir memuji emutan mulut Via
Tubuhnya bergidik menahan nikmatnya kuluman mulut si jelita yang sedang asik menyusu di batang miliknya. Nafsu birahi Amir meledak dahsyat saat menengok ke bawah, seorang gadis berwajah jelita berusaha menelan batang penisnya. Amir turut membantu dengan menekankan batangnya ke bawah hingga menembus kerongkongan si jelita. Amir buru-buru menarik batangnya saat melihat Via mengernyit karena kesulitan bernafas. Via tertunduk malu saat Amir menariknya berdiri di sisi ranjang, mata Amir merayapi kemolekan tubuh Via yang tampak indah dihiasi peluhnya yang membanjir. Nafas Via tersendat saat Amir mencubit putting susunya yang mengeras akibat terangsang. Amir tersenyum dikulum melihat Via yang resah dan salah tingkah, wajah Via merona merah saat Amir berjongkok di hadapan vaginanya, tangan Via menutupi keindahan vaginanya.
“jangan diliatin bang, saya malu…”
“loh koq malu,  kita kan sudah begituan, masa masih  malu sih,”
Amir menarik pergelangan tangan Via agar dapat menikmati pemandangan terindah di selangkangan si gadis. Mata Amir melotot menatap bibir vagina Via yang memar kemerahan, cairan vagina melelehi paha mulusnya bagian dalam. Dengan sukarela Amir membersihkan cairan lengket yang meleleh itu kemudian mengambil posisi di belakang tubuh Via dan mendesakkan gadis itu ke lemari kemudian menyelipkan batangnya di antara buah pantat Via, ujung penis Amir menekan kerutan anus Via.
“Pelanhh, plannnn Bangggg, nnnnhhh…, aduh-adu-duh-duh , AWWW…!!”
Amir menembakkan batangnya mengait kerutan anus Via, tangannya menahan pinggul Via yang turun kemudian ia menekankan batangnya pada kerutan otot anus Via. Pinggul Amir berkutat kuat berusaha  mengamblaskan batang miliknya sedalam mungkin ke dalam liang sempit itu. Perlahan seiring terbenamnya batang besar itu, selangkangan Amir mendesak buah pantat Via yang bulat empuk.
“Pelan banggg, pelannnhhh, ennnnnhhh…”
Sambil menusuki liang anus Via, kedua  tangan Amir menyangga bagian bawah buntalan payudara si jelita. Dengan lembut Amir meremas-remas susu Via, pinggang Via melenting lenting ke belakang saat anusnya dirojok-rojok oleh Amir.
“Oh Viaaa, enak bangethh…”
“A-aaaAbanggg, Ohh Abanggg.. Akhhh Bang Amirrr”
Tangan kiri Amir merayap ke bawah mencari secuil daging mungil yang terselip di antara belahan bibir vagina Via. Tangan kanannya meremas dan memilin pentil susu Via yang runcing mengeras, bibir tebalnya mengecupi leher gadis itu sementara batangnya bergerak semakin liar merojok-rojok anus Via. Suara rintihan sijelita semakin sering terdengar, Amir begitu lihai menggelandangnya menuju gawang kenikmatan hingga suatu saat seiring dengan lesatan batang penis Amir yang menusuk kuat liang anusnya.
“awwwww..!! crru crrrtt crrutttt…” Via memekik kecil, sekujur tubuhnya seakan dialiri oleh sengatan-sengatan arus listrik yang terasa nikmat, butiran peluh yang mengucur terasa menggelitik pun turut menambah rasa nikmat yang dirasakan oleh Via. Ujung kaki Via terjingjit-jingjit saat berkali-kali liang anusnya terangkat ke atas ditusuk oleh batang Amir. Si jelita pasrah seutuhnya menikmati sodokan-sodokan maut Amir, payudaranya semakin membuntal indah pertanda pemiliknya tengah terangsang hebat.
“sudah banggg, Via capek, uhhhh, duh bang Amir, nggak ada puasnya..”
“abis Via cantik sich, bikin titit Bang Amir berdiri terus he he..”
Via mengeluh saat Amir mendudukkannya di atas lemari buffet yang tingginya sejajar dengan pinggangnya. Via membusungkan payudaranya saat mulut Amir mengejar buah ranum itu.
“ouhh, sedot banggg, sedottthh, ahh enakkkk…”
Tangan Via membelai –belai belakang kepala Amir yang tengah asik menyusu di dadanya. Sesekali Via dan Amir menahan nafas saat mendengar suara langkah – langkah kaki yang mendekat kemudian menjauh. Nafsu Amir dan Via menggelegak di tengah rasa cemas kalau-kalau perbuatan terlarang itu sampai ketahuan. Suasana yang kembali hening seolah menjadi lampu hijau bagi Amir untuk kembali mencumbui buntalan payudara Via. Mulutnya melumat dan mengecupi buntalan payudara Via bagian kanan tanpa ada satu incipun yang terlewati, susu Via sebelah kanan basah oleh keringat bercampur liur Amir. Setelah puas menggeluti payudara bagian kanan kini Amir memindahkan serangannya mengemut-ngemut susu Via bagian kiri. Via hampir tidak sanggup menahan pekikannya saat lidah Amir menggeliat liar  menggelitiki putting susunya yang keras meruncing.
“ahhhh, hssssshhhh…” Via mendesis sambil mengangkang lebar, wajahnya tampak renyah saat helm Amir menggesek-gesek belahan vaginanya, mirip seperti sedang menggesek kartu kredit, Amir menusuk sedikit kemudian mencabut kembali batangnya , Via merengut.
“ihh Abang, jangan dimainin kaya gitu dong,”
“abis harus digimanain ?”
Via terdiam dan tertunduk malu. Amir smith mengecup bibir Via yang merekah saat si jelita mengambil nafas, ditariknya lengan Via berdiri di tengah ruangan. Kemudian Amir mengambil posisi duduk di pinggiran ranjang sambil memangku Via dan menempelkan kepala penisnya pada belahan vagina gadis itu, diamblaskannya sebatas leher penis.
“nahh, nyangkut deh he he he..”
“Masukin bang!”
“loh koq minta dimasukin sih, kan udah masuk”
“ehh, emmm, maksudh Viaaa, emmm, itu..”
“lebih dalem maksudnya ??”
Via mengangguk dan Amir tersenyum.
“tinggal diturunin aja memeknya, masukin sendiri, ayo..coba, Via pasti bisa..”
Amir mulai mengarahkan Via agar belajar “bermain”, nafsu bercampur  malu, seperti itulah perasaan yang dirasakan oleh Via. Amir terus membujuknya menawarkan secangkir cawan kenikmatan, beranikah Via untuk mereguk secangkir cawan kenikmatan yang disodorkan oleh Amir? karena Via tidak bergerak, Amir memutuskan untuk mulai membantunya, tangan Amir mencekal pinggang Via kemudian menarik pinggang gadis itu ke bawah. Wajah jelita Via terangkat ke atas saat bibir vaginanya turun menyusuri batang Amir yang besar dan panjang.
“abanggg, aaaaaahhhh,a hhhhhh, nnnhh ahhhhhh”
Tangan Via berpegangan pada pundak Amir, dengan susah payah ia menyembunyikan batang besar itu di dalam kepitan liang vaginanya,
Dengan sabar Amir membimbing Via, ditopangnya pinggang dan pungung Via yang melenting-lenting kebelakang saat gadis cantik itu belajar untuk menaik turunkan pinggulnya. Si jelita semakin berani mereguk secangkir cawan kenikmatan, pinggulnya bergerak dengan cepat naik turun kemudian bergoyang ke kiri ke kanan. Terkadang ia memadukan gerakannya dengan mengayak penis besar Amir di dalam liang vaginanya. Tubuh Via duduk melompat-lompat di pangkuan Amir sementara batang lidahnya terjulur keluar menyambut lidah Amir. Rasa nikmat semakin terasa saat dua batang lidah saling mengait dan bergelut, kecupan , hisapan dan kuluman turut meramaikan suasana erotis di dalam kamar Via.
“Ceefffhhh,, plepppphh Pefffhhhh…”
Vagina Via berdecak keras saat gadis itu menaik turunkan pinggulnya, Amir merengkuh tubuh Via saat si jelita seperti terperanjat disengat arus listrik kenikmatan. Nafas Via terputus-putus dan tubuh moleknya terkulai lemas, Amir membaringkan tubuh Via di tengah ranjang. Si dower kembali menggeluti tubuh Via yang berpeluh kali ini dengan sangat lembut seakan – akan ingin lebih menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh molek Via. Amir dan Via saling berpandangan, Amir terpesona oleh kecantikan dan kejelitaan Via, sedangkan Via terhipnotis oleh keperkasaan dan stamina Amir. Bibir Amir mengecup lembut bibir Via, begitu lembut dan lama hingga Via sesak nafas apalagi saat Amir memangut dan mengulum-ngulum bibir mungilnya, jantung Via berdetak keras tak teratur saat batang lidah Amir turut beraksi mengaduk-ngaduk di dalam mulutnya. Batang lidah Via mengeliut menyambut batang lidah Amir, saling kulum dan saling menghisap lidah menjadi keasikan tersendiri bagi keduanya. Liur yang belepotan di sekitar bibir dan dagu menjadi penambah daya rangsang bagi kedua insan yang sedang asik bercumbu.
“ihhh, Bang Amirrr, ahhh…hhsssshhh sssshhhh”
Via sengaja mengangkat wajahnya ke atas, dengan rela Via memberikan ruang lebih di bagian leher agar mulut Amir dapat mencumbu dan menghisapi batang lehernya. Polesan batang lidah Amir membuat Via sering mendesah dan merintih lirih, bekas-bekas cupangan semakin banyak menghiasi leher Via yang berpeluh, kecupan kecupan lembut Amir merambati leher, dagu dan rahang Via.
“ck ck ck, empuknya..”
Mata Amir menatap tajam sepasang payudara Via bergerak indah seirama dengan nafas gadis itu. Puting meruncing berwarna merah muda menghiasi  buah ranum milik Via, lidah Amir menggapai putting susu Via, mengelus dan menggelitik hingga Via mendesis – desis keenakan, tubuh Via  menggelepar menahan nikmat saat mulut Amir mengemut lembut puncak payudaranya., nyottt..!! nyootttt..!! dan NYOOOTTT…!! NYOOTTT..!! porsi emutan mulut Amir semakin kuat hingga tubuh Via melenting-lenting, mulut Amir bukan hanya menghisap puncaknya saja namun buntalan susu Via juga tak luput dari keganasan mulutnya. Bekas-bekas hisapan kemerahan menjadi saksi betapa ganasnya Amir menggeluti sepasang buah ranum milik Via yang menggairahkan.
“Abangg, Via capek nihh…nnnnhhh”
Amir memposisikan Via tidur menyamping, diangkatnya tungkai kaki Via sebelah kanan hingga tergantung di udara setelah itu ia mengambil posisi merapat. Batang penisnya mengincar liang anus si jelita dan Jrebbb. Via tersentak, tubuhnya terguncang hebat, bibirnya yang mungil berkali-kali menyengir menahan nikmatnya disodomi oleh Amir. Punggung Amir tertekuk mirip seekor udang, sambil mengenyoti susu kanan Via, Amir memacu batangnya dengan cepat dan kuat, rengekan rengekan Via membuat Amir semakin cepat menggempur liang anus si jelita.
“Unhh unhhh, nnngeehhh.., aw,aww awwww, “
“Viaaa arrrhhh Viaaaa, ouggghh enaknya memekkk, .”
“Banggg, aduh banggggg. – ABANGgghh Crrruttttt…..”
Kain seprei yang menjadi alas pun basah menampung keringat dari dua anak manusia yang tengah dilanda nafsu liar. Keluhan – keluhan Via dibarengi geraman gemas Amir yang asik menembakkan batangnya menyodomi anus gadis cantik itu. Via merintih keras saat Amir mencabut penis dan menjejalkan batang besar itu pada belahan bibir vaginanya. Rasa nikmat mengiringi terkuaknya bibir vagina dan masuknya batang besar panjang yang menyumbat liang vaginanya sedalam mungkin. Tusukan tusukan gencar merobohkan Via dalam waktu yang relatif singkat, berkali-kali liang vagina Via mengempot menyedot batang penis Amir saat gadis cantik itu meraih kenikmatan dan berkali-kali juga batang penis Amir bertahan sambil terus bergerak merangsek dan menggali kenikmatan hingga melampaui batas daya tahan Via yang semakin surut. Gerakan sodok dan merojok semakin kasar dan akhirnya Amir menjejalkan batang penisnya dalam dalam hingga Via melenguh keras. Posisi bercinta kini berganti, Amir tidur terlentang sambil membantu vagina Via untuk naik ke atas tanduk besar di selangkangannya.
“nnnhh. Nnnhhhh. Ahhhhhhhhhhhhh….” suara desahan panjang menghiasi tenggelamnya batang penis Amir ke dalam belahan vagina Via. Dengan sekuat tenaga Via mengerahkan seluruh kemampuannya, tubuhnya terasa letih namun rasa nikmat itu seolah memaksanya untuk terus bergerak, tubuh Via terlompat-lompat saat liang vaginanya ditanduk oleh penis Amir. Suara nafas si jelita terdengar memburu tak beraturan, dan akhirnya Via mengeluh keras, ia membungkuk hingga wajahnya tenggelam di dada Amir. Tubuh molek Via mengejat kejang, batang Amir semakin hebat mengoyak-ngoyak liang vaginanya yang peret, denyutan puncak klimaks kembali datang dalam waktu yang tidak begitu lama, lagi dan lagi, hingga Via terlungkup lemas mengalami sensasi dahsyat multi orgasme, terdengar suara rintihan lirihnya saat mengalami kenikmatan yang berlebih.
“aduhhh baaaaaaaaaaaaaangggg.!! Crrut crutttt crrrrrr cretttt…”
“AUrrrrrrrhhh srrottttttt… croottt crotttttttt…KECROT..!OA-HHHH.!!”
Amir menggeram keras saat spermanya muncrat mengisi liang vagina si jelita. Antara sadar dan tidak Amir merasa seperti ada yang mengecup pipinya, sebuah suara merdu berbisik di telinganya
“selamat tinggal, kasih.., jaga Via baik-baik ya, cuppp”,
Di antara rasa lelah Amir membuka mata, ia masih sempat melihat sesosok bayangan menembus dinding kamar. Kekuatan batu bertuah melindungi bayangan Santi yang berkelebat di siang hari. Dengan mesra Amir memeluk tubuh Via, sebuah senyum kepuasan menghiasi wajah si jelita yang tertidur pulas kecapaian di dadanya. Si dower memejamkan mata sambil mengusapi punggung Via yang masih basah berkeringat. Batang besarnya masih terselip di antara belahan vagina Via yang mungil.
******************************
2 tahun kemudian…
Amir  berjalan santai di lokasi yang bagi sebagian orang terasa menyeramkan, namun tidak bagi dirinya. Sayup-sayup di antara hembusan angin malam telinganya seperti mendengar suara merdu seorang gadis yang  berbisik mengucapkan sebuah kata “kasihku”. Amir menengok ke arah suara itu, sebuah senyum getir melintas di wajahnya saat ekor matanya hanya menangkap kegelapan diiringi terpaan angin malam. Ia tahu tidak mungkin lagi untuk menjumpai Santi di tempat itu. Santi sudah beristirahat dengan tenang di alamnya.

0 komentar:

Posting Komentar