blog visitors

Pantat Bahenol, Susu Padat dan Montok

Ternoda - Pengalaman pertama berselingkuh dengan orang lain membuat pikiranku tak tenang. Ditambah lagi kenekatanku mengeluarkan sperma di memek Yuli, aku khawatir dia hamil, kalo itu terjadi, wah bakan jadi skandal. Dan untuk menghilangkan rasa bersalah serta biar istriku tidak curiga, malam itu aku bercinta dengan istriku. Tapi saat bercinta, aku selalu membayangkan tubuh Yuli, gerakan-gerakan erotisnya, pantatnya yang bahenol, dan susunya yang padat montok.

Esok harinya aku telepon Yuli dan menyampaikan kekhawatiranku. Jawaban Yuli cukup menenangkan pikiranku. “Mas pikir aku sudah gila apa, kemarin itu pas masa aku ndak subur mas, jadi aku mau pejuh mas nyemprot di anuku. Aku juga tidak mau suami dan keluargaku tau apa yang terjadi. Sungguh itu pengalamanku pertama.” Obrolan kami lanjutkan dengan nada penyesalan, mengapa perselingkuhan itu harus terjadi. Tapi aku dan Yuli tidak berani berjanji perselingkuhan itu tak akan terulang lagi.

Seminggu kemudian, Yuli sms, menanyakan aku sibuk atau tidak. Aku jawab, “Untuk kamu segala kesibukan bisa aku tinggal.” Kemudian dia ngajak ketemuan di salah satu cafe di mall terbesar di kotaku. Katanya ada yang ingin dia obrolkan.

Langsung aja aku meluncur dengan Jazz kesayangan ke mall itu. Sesampai di mall, aku memarkir mobil, dan langsung menuju cafe. Di sana aku lihat Yuli sedang duduk membaca majalah.
“Cantik sekali kau siang ini Yul,” kataku mengagetkannya.
“Hai, apa kabar, mas Alex ini datang mengagetkan, pakai muji-muji segala,” jawabnya diiringi senyum manis.


   
Aku duduk di sampingnya, memesan cafelatte. Aku langsung tanya, “Katanya ada yang mau diobrolin, soal apa sih?”

Wajah Yuli yang semula cerah, berubah menjadi sendu, tampak ada beban berat yang sedang dipikulnya. Terus dia cerita habis berantem sama mertuanya, karena ia dianggap boros dalam membelanjakan gaji suaminya.

“Aku titipkan anakku ke kakak iparku, aku mau cari ketenangan, karena itu aku telepon mas Alex. Aku malas di rumah dalam kondisi mertua masih uring-uringan.”
“Ya udah, sekarang kita mau kemana?” tanyaku.
“Terserah mas Alex aja, yang penting sebelum jam 7 malam aku sudah di rumah.”

Otakku berpikir cepat, lalu aku ajak dia jalan-jalan ke tempat wisata pegunungan yang sejuk yang letaknya tak jauh dari kotaku. Di tempat itu aku punya villa. Dia setuju, setelah membayar minuman, kami langsung berjalan menuju parkiran, dan tancap gas menuju kawasan wisata itu.

Di perjalanan kami saling berpegangan tangan, dan bercanda. Tapi sebenarnya aku berpikir keras gimana caranya menyuruh keluar Pak Arman penunggu Villa. Tidak mungkin aku membawa perempuan lain ke vilaku, pasti nanti pak Arman akan bicara sama istriku. Akhirnya aku putuskan untuk check in di salah satu penginapan.

Sampai di Taman Sari, sebut saja begitu nama tempat wisata itu, aku putar-putar sebentar mencari penginapan yang cocok, yang jauh dari vilaku. Dan pilihanku jatuh pada vila Lily, tempatnya asyik, dan aku pilih kamar yang di belakang, agak tersembunyi dengan parkir mobil di bawah, dan kamar di atas.

Begitu masuk ke dalam kamar, pintu tidak aku kunci karena penunggu penginapan pasti akan datang lagi mengantarkan minuman yang kami pesan dan perlengkapan mandi. Begitu pintu aku tutup, tanpa dikomando, aku dan Yuli berpelukan rapat, bibir kami saling pagut. Erat sekali pelukan kami, sampai hampir sesak nafas, seperti sepasang kekasih yang sudah lama sekali tak bertemu. “Aku kangen banget sama mas Alex....” katanya dengan nafas memburu.

“Aku juga kangen sama kamu Yul... aku ingin kamu bersamaku selamanya...” kataku juga dengan nafas terputus-putus.
“Kita menikah aja yukkk,” pintanya.
“Aku mau... tapi apa mungkin?” jawabku.

Sepuluh menit kami berciuman, tubuh yang berpelukan berjalan kecil, berputar-putar seperti penari salsa. Pelukan dan ciuman kami harus berhenti waktu pintu diketuk dari luar. Yuli segera duduk di sofa sambil merapikan pakaiannya yang agak kusut. Kubuka pintu kamar, dan kubiarkan penunggu penginapan meletakkan 2 cangkir teh ke meja, dan meletakkan handuk serta sabun di tempat tidur. Waktu penunggu penginapan pamit, kuselipkan uang 50 ribu ke tangannya sambil mengucapkan terima kasih. Si penunggu senang sekali mendapat tips dariku. Begitu sang penunggu keluar, pintu kamar langsung aku kunci.

Aku duduk di sofa, di samping Yuli. “Mumpung masih hangat, diminum yuk,” kataku. Dan Yuli langsung mengambil cangkir teh hangat itu, meneguk isinya. Kuperhatikan caranya minum, sexy sekali bibirnya. Aku lihat begitu, Yuli tersenyum, senyu yang manis, yang membuat nafsuku menggelegak. Kurapatkan tubuhku ke tubuh Yuli. Saat dia meneguk tehnya lagi, segera ku tarik tangannya, dan kucium bibirnya yang masih penuh dengan air teh. Akibat terkaman bibirku itu, teh yang ada dimulut Yuli sedikit tumpah keluar, dan sebagian masuk ke mulutku. Kubuka mulutnya dengan lidahku, sampai air teh itu berpindah semua ke mulutku. Kemudian teh yang dimulutku kembali kudorong ke mulut Yuli, begitu bergantian. hmmmm ciuman yang asyik, yang pernah aku impikan tapi baru sekali ini bisa aku lakukan.

Setelah beberapa kali tukar air teh yang bercampur air liur kami berdua, akhirnya teh dimulut kami habis. Kini aku yang minum teh dengan porsi yang lebih banyak, kami berciuman lagi, saling dorong air teh ke mulut kami masing-masing. Tak ada desahan yang keluar, karena mulut kami dipenuhi minuman. Setelah teh kedua itu habis dari mulut kamu, Yuli menarik bibirnya.

“Gila.... darimana mas Alex dapat ide ciuman model begitu, enak banget mas, asyik,” katanya ngos-ngosan. Memang ciuman model seperti itu membuat nafas kita ngos-ngosan karena harus menjaga minuman agar tidak banyak yang tumpah dari mulut.
“Aku sering berkahyal melakukan persetubuhan denga berbagai cara, yang romantis dan lembut, termasuk cara berciuman tadi.” Jawabku.

Kemudian aku berdiri dan kuraih tangannya, kami berdiri berhadapan, merapatkan tubuh kami, dan kembali berciuman. “Fantasi apa lagi yang mau kamu terapkan mas?” tanya Yuli penasaran.
Tanpa menjawab pertanyaannya, kudorong tubuhnya ke meja rias yang cerminnya besar. Di depan meja rias itu, tubuhku menghadap ke cermin dan tubuh Yuli membelakanginya. “Aku ingin kita menari, dan tarian kita bisa kita lihat di cermin,” kataku sambil melepas baju dan celananya. Yuli memahami maksudku, dia juga melepas baju dan celanaku, termasuk celana dalamku. Kami telanjang bulat di muka cermin. Kontolku yang sudah tegang menempel di perut Yuli, dan buah pelernya menempel di jembinya yang tertata rapi. Ada sensasi luar biasa saat buah pelerku kegesek-gesek bulu kemaluannya. Dari cermin kulihat pantat montok Yuli, oughhhhh pantat itu betul-betul membangkitkan nafsuku.
Kuraih bibir Yuli, kuciumi dengan lembut dan ia membalas dengan cara yang sama, sedang tanganku meremas dan meembelai pantat Yuli, sesekali tanganku meraba punggunnya. Tangan Yuli juga meraba pantatku, sesekali rabaannya menjangkau buah pelerku. Sambil berpelukan, berciuman, saling raba, tubuh kami bergerak ke kiri dan kanan. Sesekali kami berputar, sehingga Yuli ganti yang melihat tubuhku di cermin.
Perut Yuli sudah mulai basah dengan precumku yang terus menetes, dan gesekan-gesekannya membuatku kontolku berdenyut-denyut. Dan tanganku mulai bergerilya, membelah pantat Yuli, mengikuti lekuk-lekuknya sampai ke lubang anus, dan terus turun ke memeknya. Kurasakan memeknya sudah basah. Toketnya yang gedhe, dan pentilnya yang mengeras semakin membuat denyut di kontolku tambah keras. Tubuh kami mulai berkeringat, dan keringat itu semakin membuat nikmat, karena kontolku bisa lebih leluasa bergerak di tubuh Yuli.

Setelah beberapa menit berciuman, masih dengan berpelukan, kubimbing tubuh Yuli ke tempat tidur. Kubaringkan tubuhnya di tempat tidur. Karena posisi pelukan, maka tubuhku menindih tubuhnya. Tanganku beralih ke depan, meremas toketnya, dan memelintir putingnya. Sedang mulutku mengulum toket yang satunya. Kumainkan lidahku di pentilnya, sesekali menjilati seluruh arena toketnya yang membuat Yuli geli keenakan. Yuli cuma bisa mendesah dan menjambak-jambak rambutku.

Serbuan bibirku terus turun, dari toket ke perut, sedang kedua tanganku meremas-remas toketnya. “Akhhh masssshhh, ennnnaaakkkk massssshhhh oughhhhhhhh terusssssinn,” racaunya. Kulirik matanya sayu, tanda sudah horny berat. Tapi aku masih ingin berlama-lama memainkan tubuh Yuli yang kenyal, putih dan menggairahkan ini.

Kini bibirku bermain di pahanya, kuciumi pahanya bergantian, kiri dan kanan. Kujilati lipatan di pahanya sampai selangkangannya. Terus jilatanku turun ke betis. Tanganku kini bermain mengelus-elus bulu jembinya. Yuli semakin kelenjotan mendapat perlakuan seperti itu. Kemudian jilatanku naik lagi ke atas, tanganku merentangkan paha Yuli, hingga mekinya yang merah dan basah terkuak.

Kumainkan lidahku diclitnya. Yuli menjerit kecil, “Owhhhh enak sayanggggg terusiiiiinn” Jeritannya semakin membuatku bergairah. Semakin liar lidahku menari-nari di memeknya. Kusapu seluruh memeknya dengan lidahku, kugigit-gigit kecil clit nya. Yuli semakin membuka lebar pahanya. Dan memberi kesempatan tanganku untuk meremas-remas toketnya. Keringatnya semakin deras, cahaya neon membuat tubuhnya yang putih semakin bersinar. Dia semakin keras menggelinjang ke kanan dan ke kiri. Tangannya menekan kepalaku untuk semakin rapat di memeknya. Dan kali ini jilatanku bukan cuma di memek, tapi juga menyentuh lubang anusnya.
  
“Massshhhhhh aaakuuuu mooooooooo keluuuuarrrrr,” desah Yuli. Mendengar desahan itu, langsung saja kutusukkan lidahku ke dalam memeknya. Pantat Yuli terjingkat ke atas, dan dalam waktu yang bersamaan keluar lendir kenikmatan dari memeknya membasahi lidahku. Yuli semakin keras menjambak rambutku, dan tubuhnya menegang, pahanya menjepit kepalaku. Kubiarkan beberapa saat lidahku di dalam memek Yuli, sampai lendir kenikmatan itu habis kutelan.

Beberapa waktu kemudian, tubuh Yuli semakin lemas, jepitan pahanya di kepalaku sudah mengendur. Aku langsung bangun, dan tidur di sisi Yuli. Yuli segera menciumiku dengan ganas. “Makasih sayanggggg, permainkan kamu buat aku ketagihan,” katanya sambil mengalihkan ciuman dari bibir ke keningku.
“Buat kamu, aku mau melakukan apa saja Yul, karena aku senang,” jawabku.
“Mas, aku mau mandi dulu ya, ndak enak nih basah dan bau keringat begini.”
“Ya, mandilah dulu, biar harum badan kamu. Aku juga mau ke mobil sebentar,” jawabku.

Dengan tetap telanjang, Yuli melangkah ke kamar mandi yang memang tersedia di dalam kamar. Dia mandi tanpa mengunci pintu kamar mandi, sehingga aku bisa melihat tubuhnya yang semakin bercahaya karena terkena air. Aku segera pakai pakaianku, dan melangkah ke mobil. 

Seluruh keluargaku selalu minum madu setiap pagi dan menjelang tidur. Karena itu, di mobil selalu ada persediaan madu, karena sering dalam perjalanan jauh kami kesulitan mencari madu. Kuambil botol madu dan kubawa ke kamar. Di kamar kulihat Yuli sudah selesai mandi, dan dia duduk di sofa, handuk melilit di tubuhnya, tapi pundak dan pahanya tetap kelihatan. Raut kelelahan sudah tak tampak lagi, wajahnya benar-benar segar.
“Ngapain sih mas ke mobil?” tanya Yuli penasaran.
“Ini ngambil madu,” jawabku sambil menunjukkan botol madu.
“Buat apa?” tanyanya penasaran.

Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya kuraih tangannya, dan kugandeng ia ke tempat tidur. Yuli telentang di tempat tidur, dan kulepas handuk yang basah itu dari tubuhnya. Aku juga melepas seluruh pakaianku. Kembali kami telanjang berdua. Kubuka botol madu, kuteguk sedikit isinya. Lalu kulumat bibir Yuli. Rupanya Yuli baru sadar fungsi madu itu, dan ia juga semakin gairah memagut bibirku yang manis karena madu. Sambil berciuman, kuteteskan madu ke toket Yuli. Kulihat mata Yuli membelalak waktu kuteteskan madu ke toketnya, ia seperti bertanya untuk apa madu itu. Botol madu yang di tangan kuletakkan di ujung ranjang, biar tidak tumpah. 

Bibirku melepaskan ciuman Yuli, lalu turun ke bawah menjelajahi toketnya yang penuh dengan madu. Kuhisap-hisap toketnya yang manis. Yuli menjerit kesakitan karena isapanku, tapi mulutnya mengatakan sebaliknya. “Yahhhhh isep terrrrruuusss massshhh, saaakkkit tapiii eeenakk.” 

Secara bergantian kuhisap toket Yuli dengan mulutku. Dan satu jari tanganku kuoleskan pada madu yang meleleh di toket Yuli, lalu jari itu aku masukan ke dalam mulut Yuli. Yuli seperti anak kecil dapat permen manis, asyik menghisap jariku.

Karena madu di toket Yuli sudah habis, dan rasa manisnya sudah hilang, kuraih lagi botol madu dengan maksud untuk kululuri tubuhnya dengan madu. Tapi kali ini Yuli merebut botol madu itu. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan. Yuli mendorong tubuhku, sehinga kini aku yang telentang di kasur, dengan kaki menjuntai ke bawah. Lalu yuli menuangan sedikit madu kontolku. Dingin-dingin basah rasa kontolku. Kemudian Yuli langsung menjilati kontolku yang berleleran madu. Separuh batang kontolku masuk ke dalam mulutnya, dan Yuli memaju mundurkan kepalanya menghsap kontolku. Kini giliran aku yang kelenjotan. Yuli meletakkan botol madu ke lantai, sambil mulutnya sibuk menyedot kontolku. Ouhhggggg aahhhhssssstt teruuuuuusss YYYYYuuulll, cuma itu yang keluar dari mulutku. Karena nggak kuat mendapat serangan dahsyat itu, aku langsung berdiri, dan dengan sedikit kasar mengangkat tubuh Yuli untuk kurebahkan di kasur. 

Pahanya kuangkat tinggi-tinggi, hingga mekinya menyembul dan batang kontolku yang sudah tegang, langsung masuk ke memeknya yang basah. Memek Yuli masih tetap peret seperti minggu lalu. Pelan-pelan kudorong penisku masuk ke memeknya. Kaki Yuli bersandar di pundakku. Kugenjot terus pelan-pelan sampai masuk semua kontolku ke memeknya. Yuli mendesah keenakan. Desah kami memenuhi ruangan kamar.

Sambil kulihat kontolku yang masuk keluar ke memek Yuli, tanganku meremas paha Yuli. Sedang tangan yuli Cuma bisa meremas-remas kasur. “kontooooolmu enaakkkk masssshhh, aku sukaaaa” racau Yuli.
“ughhhh iya sayyyyyangg, memekkku juga enakkkk.” Kami terus berpacu mengejar puncak. Sepuluh menit kemudian aku merasa ada cairan yang mulai mendesak kontolku. “Yuuullll aku mau keluarrrr, aku keluarin dimanahhhh?”
“Di memeku ajjjjjjah mashhhh, akkkkuuu juggga mau kerrrruuuuuuarrr.”

Kubenamkan seluruh batang kontolku ke memek Yuli. Crot-crot crot pejuhku keras menyembur membasahi memek Yuli, sebelum ia sempat melanjutkan omongannya. Sodokan kontolku dan semprotan pejuhku juga mempengaruhi memek Yuli, hampir bersamaan memek Yuli juga mengalirkan lahar kenikmatan.

Pelan-pelan kuturunkan paha Yuli dari pundakku. Dan tubuhku rebah menindih tubuh Yuli. “Terima kasih sayang, kamu luar biasa,” kataku. Yuli tidak menjawab, hanya mencium bibirku, dan dari sudut matanya ada titik air bening.

Aku tak ingin merusak suasana dengan menanyakan mengapa ia menangis. Kubiarkan saja. Setelah itu kami mandi, dan mengulangi persetubuhan di kamar mandi. Jam 6 petang aku meluncur kembali ke kotaku, mengantar Yuli ke rumahnya.
Lebih dari lima kali kami melakukan perselingkuhan itu. Dan yang paling berkesan adalah perselingkuhan yang kami lakukan di vilaku.

0 komentar:

Posting Komentar