blog visitors

Partner Sex ku


Tepatnya 2 Tahun yang lalu. Pertengahan 2006, July. Saat itu saya masih bekerja pada salah satu Perusahaan Property yang terdapat di bilangan Jakarta. Disebuah Gedung yang menjulang tinggi yang terpampang Tulisan yang cukup besar ukurannya; “Blok A”. Gedung yang berwarna hijau muda. Disana saya bekerja sebagai Marketing Pemasaran yang memasarkan toko-toko ukuran terkecil 2×2 yang harganya terbilang sangat mahal, namun anehnya harga tersebut para pedagang yang bertahun-tahun bergelut di daerah Tanah Abang tetap mampu membelinya, meski ada beberapa dari mereka yang menyewanya juga.
Sebagai seorang Marketing saya harus mempu berbaur dengan orang yang saya jumpai dilapangan (Blok A). Satu tujuan yang saya harapkan adalah meyakinkan mereka yang ingin mendapatkan salah satu toko yang berada di dalam Gedung Blok A.
Seiring berjalannya waktu yang saya tempuh. Suatu hari saya bertemu dengan salah seorang wanita yang bernama Nina ternyata merupakan keponakan dari si pemilik toko di Blok A tersebut. Dari segala informasi yang saya dapatkan dari saudaranya. Ia adalah anak bontot (terakhir) di keluarganya. Nina tinggal salah satu Apartemen di wilayah CitraLand yang tepatnya berada di belakang Mall Plaza CitraLand.
Akhirnya dari info yang saya terima melalui saudaranya, bahwa tanpa sepengetahuan saya, Nina sudah cukup lama menaruh perasaan dengan saya. Setiap pagi ia selalu memperhatikan saya yang selalu melewati tokonya bila ingin menuju ke kantor saya(kantor tempat saya berkerja berada di dalam Blok A dan berada diantara toko-toko pedagang Glosir di Tanah Abang).
Perlu diketahui Nina berusia 18 tahun saat berkenalan dengan saya, tinggi badan sekitar 165 cm, kulit putih, rambut hitam sepunggung sedikit ikal di ujungnya. Body terbilang berisi dengan ukuran dada yang 34 C (ukuran dadanya saya tanyakan langsung kepadanya ) bulat berisi, terlihat penuh bila kita perpas-pasan berjalan berhadapan dengannya. Lengan yang tertumbuhi bulu halus yang menyambung hingga ke lengan atasnya. Tak lain ciri2 wanita yang berlibido tinggi bila kita mengetahui letak rangsangannya (ciri2 wanita libido tinggi pernah saya share di ********.com)
1 minggu kemudian ia dengan berani menyatakan perasaannya kepada saya, dan ingin menjadi kekasih pujaan hati saya dan saya pun memberikannya.
Berjalan beberapa bulan, hingga akhirnya saya mengajaknya ke rumah kost saya yang tidak jauh dari sana sepulang kerja dan sesudah Nina tutup tokonya di Tanah Abang.
Sewaktu kerja disana, saya memutuskan untuk mencari tempat kost agar dekat dengan wilayah kerja saya. Namun kost tersebut harus bebas (hehehe… “…”).
Sore yang menjelang sesaat lagi malam, Nina saya bawa menuju ke dalam kamar kost yang berukuran tidak begitu luas. Namun kamar itu terasa sangat nyaman, karena udara yang begitu silih berganti keluar masuk.
“Sori Nin. Ini kamar kost koko (saya adalah warga keturunan Chinese, begitu pula dengan Nina). Yah… gini deh kalau kamar anak kost, sedikit berantakan.” Ujar ku sambil duduk ditepi bibir ranjang tempat tidurku.
“Ih. Gak pa pa kali ko… emang Nina suka sama yang mana. Yang punya atau sama kamarnya.”
“Oh. Ya. Bentar ya. Koko ambilin minum dulu. Tapi air putih yah. Lagi belum beli minuman ringan. Jadinya kulkas kosong deh. Sekali lagi, namanya aja nasib anak kost.” Kataku sambil senyum kepada Nina yang saat ini telah merebahkan tubuhnya di ranjangku.
Dengan posisi tubuhnya yang terlentang itu. Dengan jelas sekali begitu membusung dadanya itu menantang kelelakianku. Entah Nina memang sengaja mengoda diriku atau ia sendiri tidak menyadari atas kemolekan dan kemontokkan tubuh yang ia miliki. Saat itu Nina mengenakan Rok jeans bler biru muda dengan kaos Versace ketat membentuk setiap garis lekukan tubuhnya. Pinggulnya yang langsing, namun bongkahan pantat yang bulat bulat berisi seimbang dengan pinggangnya yang ramping memancing untuk dijamah dan ditelusuri kemulusan kulitnya. Kakinya yang panjang bak seorang model papan atas, mulus tak tergores sedikitpun, bagai batu porselin yang setiap saat dipoles hingga sebegitu mengkilap.
Tak hanya sampai pada batas itu saja kemolekan tubuh Nina. Buah dadanya yang membusung bulat berisi yang dilapisi kulit mulusnya dan terbungkus bra merah hati gelap berenda dengan tali yang melingkar di punggung membentuk silang-silang.
Perlahan aku menghampiri Nina yang sedang asyik menikmati keempukan ranjang tempat istirahatku, duduk di sampingnya dan tangan kananku melingkar di atas kepalanya sedangkan sebelah kiri mengenggam segelas air dingin penghilang dahaga yang ku tawarkan.
“Nin. Minum dulu nih. Kamu hauskan. Kayaknya nyaman sekali, hingga seakan-akan koko ditinggalin bobo sendirian.” Ujarku yang serta membangunkannya dan kemudian mencium bibir sexy nya yang terbilang tebal (cocok bila digunakan untuk menjepit dan mengulum kejantananku ini).
Nina kaget dengan kecupanku yang membuat kedua matanya terbuka dan menatap malu kepadaku. “Ih. Koko kok main cium aja.” Ujar Nina yang merona malu.
Perlahan aku merebahkan diriku disampingnya namun dengan posisi miring ke kanan dan menyanggahkan tangan kanan ku menopang kepalaku disamping tubuh Nina yang menebarkan wangi tubuhnya.
“Gak pa pa kan. Kalau koko cium cewek koko sendiri. habis bibir kamu bikin koko pengen menciumnya. Sexy banget Nin.” Kataku sembari sedikit memberikan pujian tentang bibirnya yang sexy dengan jariku tangan kiriku yang mulai beraksi meraba jengkal demi jengkal mulusnya kulit paha Nina yang mengiurkan.
“Gpp sih. Tapi Nina kan malu kalau dicium tiba2 gitu.”
Lalu tanpa melanjutkan conversation selanjutnya. Kudekatkan bibirku ke bibirnya dan tanpa bergemi menghindar Nina menyambut kedatangan bibirku dengan tatapan mata yang sayu seakan mengingginkan sentuhan bibirku ini. Kulumat sepuasnya bibir merah yang merekah dengan bibir atasnya sedikit tertumbuhi bulu halus disepanjang garis bibirnya, lalu grliya tanganku menyusup dibalik rok Jeansnya semakin mendekati gundukan mem*knya yang gemuk montok terjepit diantara kedua pahanya yang sekal padat.
Saat jari jemari ini menyentuh dan meraba gundukan dari milik Nina yang menjadi targetku itu. Ternyata saat itu Nina mengunakan G-String berbahan tipis, dari rasa dijariku ini terasa sekali belahan mem*knya semakin membanjir, padahal semua yang terjadi saat ini baru hanya sentuh dan raba semata. Ternyata dari ciri-ciri yang terdapat pada Nina adalah benar seperti dugaanku. Nina merupakan wanita yang berlibido tinggi, dari semua ciri yang terdapat pada dirinya.
Menyadari segala kesempatan emas yang sedang menimpaku hari ini, maka semakin genjar serangan yang kulanjarkan untuk memancing libido Nina semakin memuncak. Namun serangan itu tak kulancarkan secepat keinginan ku yang ingin segera mengaulinya malam ini.
Sentuhan, raba dan jilatan ditelinga serta kecupan kecil di lehernya yang jengang tertumbuh bulu halus telah semakin membuat nafasnya semakin memburu dan membuat dadanya mengembang berirama dengan nafsunya yang semakin meningkat.
Bibirnya merekah membuka tipis diantara desahannya yang tertahan menerima sentuhan pada belahan vaginanya yang semakin membanjir basah oleh cairan kewanitaannya. Tak ingin kucepat-cepat, kulakukan perlahan-lahan.
“Ko… geli. Ko…” desah samar suara Nina yang menjadi agak serak karena nafasnya yang mulai tak beraturan.
Dengan posisiku sekarang yang setengah telah menindihi tubuh sintal padatnya. Aku meminta kepadanya untuk melepaskan pakaian yang masih melekat pada tubuhnya dengan dalil agar tidak tusut karena pergumulan ini.
Tanpa memberikan komentar atau pertanyaan mengapa! Nina langsung mengikuti perintah sang pemberi kenikmatan itu dengan tanpa merubah posisi semulanya, ia meraih sisi bawah bajunya dan menariknya lepas melalui kelapanya.
Otomatis sepasang buah surga yang masih terbungkus bra merah hati itu terpampang bebas tak tertutupi. Lalu kedua tangannya mengapai sesuatu kait pada branya yang diantara dua bungkus payudaranya dan membebaskannya dari sesak tali bra yang membungkus.
Jelas sekali buahdada milik Nina sungguh sempurna sekali. Putih bersih, wangi, mulus. Puting yang imut kecil berwarna merah muda, bulat penuh melingkar hingga ke sisi tengah seakan memberikan gambaran kepada ku sebuah buah dada yang montok dengan belahan buahdada yang memberikan kesan untuk membelainya.
“Nin. Kamu sungguh begitu sempurna. Bagaikan dewi dari khayangan turun memberikan cinta kepadaku.” Rayuku sambil mendekati puting merah muda menantang untuk dihisap karena menantang.
“Ih… Koko genit banget sih. Boong banget tuh. Auuww. Sakit ko.” Teriaknya kecil atas gigitan kecilku pada atas putingnya yang mengemaskan.
Kedua lengan tangan Nina mulai merangkul leherku dan menarik semakin dekat pada buahdadanya yang memang sudah mengeras terutama pada puting susunya yang berwarna merah muda dengan lingkaran yang lebih muda dari warna puting susunya. Dengan perlahan kumainkan jilatanku melingkar menjilati puting susunya yang berukuran kecil semakin membusung keras menunjuk keatas. Dengan akselarasi jilatanku menyapu puting susunya, sedikit kugigit tipis agar memberikan sensasi yang timbul membuat libidonya semakin terbakar.
Sedangkan buahdadanya yang sebelah kanan ia remas-remas sendiri dengan tangannya sesekali memelintir puting susunya hingga mengeras mancung keatas.
“ssshh… mmmm… Ko. Nina gak tahan Nin. Mo Pipis rasanya.” Ujar Nina yang merasa vaginanya menerima rangsangan yang hebat atas belaian jariku yang membelah belahan daging montok yang masih menghimpit.
Mendengar desahan dan seruan Nina. Aku pun semakin gencar memasukan jari telunjukku diantara himpitan vaginanya dan mengesek-gesek daging kecil yang semakin membengkak merah keluar diantara bibir kemaluannya. Akhirnya kenikmatan yang pertama ia rasakan pun Nina dapatkan bersamaan dengan semburan cairan benih yang meleleh diantara bibir kemaluannya. Kedua kaki yang menegang berlipat yang bertumpuh pada jemari kakinya seperti layak seorang ibu hamil yang ingin melahirkan.
Kenikmatan yang Nina rasakan begitu membuatnya terbang melayang-layang ke langit surga kenikmatan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.
Melihat tubuh Nina yang tegang kembali perlahan melemas kembali dengan mata yang sayup memandang ke arahku. Ia menarik leherku dan mencium bibirku serta mengatakan.
“Ko. Thanks ya. Nina gak pernah rasain seperti ini.”
Senyuman yang terpampang diwajahnya memberikan sebuah arti cinta kepadaku. Namun merasa hasrat dalam diriku ini belum tersalurkan. Lalu.
“Nin. Mmm… mau gak isepin punya Koko. Biar Koko juga ikut bisa rasain seperti yang Nina rasain barusan.” Pintaku sambil mengeluarkan pagoda perkasa panjang seperti bangunan agung di Thailand.
“Ih. Gak ah. Jijik Ko. Lagian Nina gak pernah lakuin kayak gitu.” Jawabnya dengan suara manja sambil memendamkan wajahnya di dadaku.
“Coba dulu. Nanti kamu gak akan bilang itu jijik, kalau punya koko dah masuh kedalam mulut Nina dan merasakan hangatnya punya koko yang ada didalamnya.” Rayuku membujuk.
“Tapi… Nina gak bisa ko…” ujarnya yang masih dengan nada manjanya. Mungkin karena anak bungsu dari keluarganya, namun kemanjaannya juga memberikan gairah darah yang berdesir didalam pembuluh vena ku. Suaranya yang manja terdengar begitu membangkitkan gairahku, apalagi dipadu dengan tatapan mata yang sayu serta bibir sexy-nya.
Lalu aku bangkit berdiri dan mendekati DVD Player ku yang tak jauh dari sana. Dan memilah beberapa keping yang tersimpan dalam koleksi film blue andalanku.
Ku nyalakan monitornya, lalu dilayar terpampang sepasang wanita asing pasangannya sedang melakukan oral kepada sang pria.
Si pria beradegan berdiri sambil memegang kepada wanita yang sedang menghisap-hisap batang kemaluan lawan mainnya.
“Nah. Tuh, Nina pasti bisa lakuinnya. Ikutin aja caranya seperti cewek bule itu. Kan namanya belajar. Kalau Nina sayang sama Koko, Nina pasti bisa donk.” Rayuku kembali bagai rubah yang memberikan tipunya.
Lalu aku merebahkan posisi tubuhku terlentang dengan batang kemaluanku yang sudah menegang tegak berukirkan urat-urat yang menghiasi batang kemaluanku. Kemudian sambil mata yang terpanah dengan adegan di film tersebut. Nina bangkit dan merangkak menghampiri selangkanganku. Perlahan jemari tangan kirinya mengenggam batang kemaluanku yang terasa hangat ditangannya. Lalu mengikuti cara yang ia lihat, perlahan Nina menurunkan kepalanya mendekati helm bajaku dan menjilati lubang kecil pada ujungnya sesekali menyedot helm bajaku, seakan-akan Nina berharap sesuatu akan keluar dan memenuhi rongga mulutnya.
“Oh. My God. That Great Babe. Yeah over there. Cum my Dick Babe. Yeah…” ucapkku yang merasakan nikmatnya perlakuan yang diberikan oleh Nina terhadap kejantananku itu.
Sesekali tatapan matanya kembali ke adegan tersebut dan kemudian memperagakannya pada benda hangat yang setengah berada didalam mulutnya. Digenggam batang kemaluanku yang semakin mengeras karena kuluman bibirnya yang menjepit erat seakan enggan melepaskan sejengkalpun dari dalam rongga mulutnya. Lalu di rentangkan hingga menempel ke sisi kananku dan dijulurkannya lidahnya yang meruncing mengelajahi kantong kemaluanku hingga basah terselimuti liurnya. Dihisapnya masuk ke dalam mulutnya, rasa sensasi tiada tara timbul bervariasi. Sungguh nikmatnya hingga mataku terpejam menikmati nikmatnya perlakuan Nina tersebut.
Beberapa menit kemudian di masukkan kembali kedalam rongga mulutnya, bibirnya semakin merona merah semakin sexy. Batang kemaluanku kini dimasukkan kedalam rongga mulutnya dalam dan semakin menusuk. Hingga terasa sekali di kepala kemaluanku terbentur sampai ke rongga tenggorokannya.
Lalu tanganku yang sebelah kanan membelai bongkahan pantat Nina yang putih sexy serta mengelus bibir kemaluannya yang semakin membanjir oleh cairan kewanitaannya. Ternyata sentuhan dan raba jari-jari ini memberikan dorongan libido kepada Nina yang semakin membara dan semakin cepat mengeluar masukkan batang kemaluanku didalam rongga mulutnya yang menjepit batang kemaluanku.
“Mmmmm…. mmmmm…” desah Nina disela suara yang keluar dari mulutnya tanpa menghentikan gerakkannya mengulup kejantananku.
“Enak Say.”
“Hmmm… mmmmm…. mmmmm…” Tak ada jawaban, hanya sebuah desahan yang semakin membara.
Kutuntun pantatnya mendekati posisi kepalaku, hingga mengangkang diatasnya. Lalu dengan sedikit tekanan menuntunnya untuk menurunkan bongkahan pantatnya lebih merendah hingga mendekati jangkauan lidahku.
Kini jelas sekali belahan bibir vaginanya semakin merekah membelah dan memperlihatkan daging didalamnya yang berwarna merah muda. Aroma yang semerbak khas wanita begitu menambah birahiku meningkat. Perlahan kujilati klintorisnya keatas kebawah continues, perlahan namun sedikitku tekan agar memberikan gesekan yang nikmat dari lidahku. Sungguh nikmat sekali rasanya, surga ini hanya milikku. Liang kenikmatan Nina yang sungguh menantang kini dipersembahkan untukku. Didepan mataku diujung lidahku.
Perlahan seiring dengan irama jilatan yang kulakukan pada klintorisnya, pantat yang bulat itu perlahan goyang maju mundur seakan memberikan gesekan diatas lidahku. Terasa sekali otot-otot didalam vaginanya kini menegang akibat jilatan tersebut.
“Uuuuuh…ssshhh… tttrrruusss Ko. Eunakkkkk…. sssssss….” desahnya sambil menamparkan batang kemaluanku pada pipi kanan dan kirinya berulang-ulang.
Kini Nina bukan lagi wanita yang malu-malu lagi dalam hal sex. Kini dengan liar ia mengikuti nurani dan keinginan hatinya untuk mengapai kenikmatan duniawinya. Digenggamnya batang kemaluanku yang semakin mengeras dan berurat itu setengah dan dengan deruh nafas yang terenggah-enggah dijulurnya lidah menyapu pangkal kejantananku berkali kali lalu dicelupkan kembali kedalam rongga mulutnya, terus dan terus. Sungguh sensasi diluar dugaan, permainan semakin memanas. Sekujur tubuh Nina mulai terlihat keringat yang membentuk biji jagung.
Tiba-tiba…
“Oooooossshh… Ko. Nina mo pipis lagi…. Koooooo….” erangan panjang yang bersama dengan semburan cairan kewanitaanya. Membanjir. Tanpa enggan ku hisap dalam-dalam vagina Nina sekenjang mungkin hingga tubuhnya roboh diatas ku.
Nina lemas tak berdaya diatas tubuhku. Dengan wajah yang menempel tepat diatas kemaluanku.
Lalu kubalikkan tubuh yang tergerai lemas karena terkuras tenaganya hingga Nina kembali terlentang dengan kedua kakinya yang mengangkang lebar. Kemudian aku mengambil posisi berada diatas tubuh Nina yang lemas itu. Melihat raut muka Nina yang kelelahan membuat hasratku semakin membara semakin meningkat.
Kuangkat kedua kakinya diatas bahuku, kanan dan kiri. Lalu dengan tangan kanan kugesek-gesek kepala kemaluanku diatas belahan bibir vaginanya, berirama atas bawah, membelah, memberikan sensasi geli pada kepala kemaluanku yang semakin mengkilap memerah. Perlahan saat kurasakan posisi kepala kemaluanku sudah tepat pada posisi liang vaginanya, perlahan kutekan batang kemaluanku, perlahan 1 cm… 2 cm… tertahan karena sempitnya vagina original Nina yang belum tertembus daging tumpul siapapun. Setiap sentakan batang kemaluanku yang ingin menerobos liang kemaluannya, raut muka Nina seakan menahan sakit, sakit yang diakibatkan batang kemaluanku membelah liang kemaluannya yang telah kembali mengering. Kemudian kuludahi sedikit liang kemaluan Nina supaya membantu batang kemaluanku tembus membelah bibir vaginanya serta merasakan 100% jepitan otot liang keperawanan Nina.
Tanpa mengurangi semangat mengauli tubuh mulus yang kini berada tepat dibawahku ini, yang telah dengan pasrah menyerahkan tubuhnya untukku nikmati sampai sekujur tubuhnya sesukaku. Perlahan kuulangi kembali, kugesekkan kembali kepala kemaluanku hingga memberikan rasa nikmat yang dirasakan Nina agar melupakan sejenak rasa perih tadi. Lalu kudorong sedikit demi sedikit batang kemaluanku menerobos bibir vagina itu.
“Sayang. Tahan sebentar yah. Sakit ini akan berujung kenikmatan yang melebih nikmat yang kamu dapatkan tadi.” Rayuku sambil kemudian mengecup keningnya.
Nina hanya menjawab dengan kedipan kedua matanya dan membantuku membuka lebar lebar selangkangannya untuk dilahap oleh kejantananku.
1 cm… 2 cm… 3 cm… dan langsung kudorong sepenuhnya dari sisa batang kemaluanku. Dan.
“Koo… SAAAKIIT….” erangnya sambil mengigit bibir bawahnya.
Tak ingin menambah nyeri yang dirasakan Nina pada liang kemaluannya, kupendam beberapa saat batang kemaluanku didalam liang kemaluannya, agar memberikan sesaat otot-otot tenang didalam rongga vaginanya menerima batang kemaluanku yang masih terasa asing menganjal tepat ditengah-tengah selangkangannya.
Namun kenikmatan yang kurasakan disekujur batang kemaluanku juga sungguh nikmat. Seakan-akan batang kemaluanku dihisap-hisap dengan kencang, tertarik-tarik masuk ke dalam liang kemaluan Nina. Ini sungguh nikmat belum pernah kurasakan liang kemaluan seorang wanita yang bisa memberikan sensasi seperti hisapan oral wanita. Oh my God ini sungguh kenikmatan seks dengan wanita yang berpaut 7 tahun dibawahku. Wanita yang duduk di bangku kuliahan kampus SUPRA, Slipi.
“Bagaimana Sayang. Apa masih terasa nyeri.”
Gelengan kepala Nina dengan keningnya yang tertumbuh butir keringatnya. “Dah gak Ko…”. “Tapi… pelan-pelan yah Ko, takut sakit lagi…” ujarnya sesaat sebelum aku mau memulai menarik batang kemaluanku dari dalam liang kemaluannya.
Aku hanya tersenyum dan kembali mendekatkan bibirku dengan bibirnya dan mengecupnya supaya mengurangi kekwatirannya.
Batang kemaluanku perlahan kutarik setengah dari seluruh yang terpendam dan lalu memendamkannya kembali, perlahan pelan dan tenang. Aku tak ini sensasi nikmat dari pijitan otot vagina Nina yang ajaib ini hilang karena nyeri yang dirasakan oleh Nina. Seiring batang kemaluanku yang keluar masuk berkali-kali, ku tatap raut wajah Nina yang menyeringai menahan nyeri, selama ia tak meminta, maka liang kemaluannya akan tetap kupompa.
Namun beberapa saat kemudian wajah itu tak lagi memperlihatkan raut nyeri seperti sebelumnya. Hanya desahan dari setiap tarikan dan gesekan karena menyentuh klintorisnya berkali-kali.
“Enak. Say.”
“Hmmm… ennnaakk Ko. Lebih cepet Ko. Enak Ko. Ini Lebih Enak…. Sssshhh…. uUuhhh…” desahnya meminta dan memohon kepadaku.
Namun aku tak mengikuti keinginannya, aku sengaja memperlambat. Bahkan sedikit lebih pelan dari sebelumnya.
“Ko… please. Jangan siksa Nina donk.” Renggeknya memanja karena ulah yang kuperbuat.
Aku tak menjawabnya hanya tersenyum dan mulai mengikuti keinginan liang kemaluannya yang telah haus hujaman batang kemaluanku dengan bertubi-tubi.
Batang kemaluanku kemudian masuk hingga terasa mentok pada rahimnya. Keras dan gencar kupompa liang kemaluannya. Bertubi-tubi serangan batang kemaluan yang semakin gencar membelah bibir kemaluannya, cepat dan semakin cepat.
“Mmmmm… ya… uuuhh… yes… please don’t stop honey… ssssss…” desahnya.
“Ko… trus Ko… gauli Nina lebih cepat ko. Jamah mem*k Nina Ko. Ent*t Ko… Oooooo…” ujarnya yang tiba-tiba mengunakan bahasa kotor yang keluar dari mulutnya. Bahasa yang tak pernah kudengar sebelumnya. Namun saat itu kata-kata itu seakan-akan semakin membuatku bergairah dan membakar birahiku.

Nina sungguh-sungguh mendapatkan apa yang ia dambakan. Hingga beberapa kali tubuhnya menekuk membusungkan buahdadanya keatas. Setiap sodokan keras batang kemaluanku, erangannya semakin keras. Untung kamar kostku ini kedap suara. Jadi tak usah takut suara senggamaku dengan Nina terdengar diluar.
Kedua kaki Nina kemudian melingkar dan menjepit dipinggangku dengan kedua belah telapak tangannya meremas dan mendorong pantatku hingga lebih kencang lagi memompa vaginanya.
Kini Nina yang terbaring dan yang sedang kusetubuhi ini bukan Nina yang polos lagi, yang sesaat sebelumnya takut nyeri pada vaginanya. Namun Nina saat ini seperti wanita liar yang haus akan batang kemaluan laki-laki untuk menganjal liang kewanitaannya. Memenuhi setiap jengkal rongga vaginanya. Menekan dan mengesek klintorisnya.
“Ko… Nina mo Kluaaar nih…. sssssss… sssss…” ujarnya memberitahukanku atas klimaks yang telah mengujung pada dirinya.
“Tahan sayang. Tahan… Koko juga mo keluar… kita sama-sama…. aahhhhh…”
Sambil memeluk erat tubuh Nina yang telanjang dibawahku dan bersamaan dengan klimaks yang telah kudapatkan.
“Aaaahhhhkkk…” erangku memanjang bersama klimaks dari senggama nikmat ini.
Crrot… Crroot… Crroot…

Bertubi-tubi kutembakkan spermaku didalam rongga vagina Nina. Namun tak langsung ku lepaskan batang kemaluanku yang masih berada didalam vagina Nina. Entah mengapa jeratan serta jepitan otot kemaluan Nina sungguh nikmat sekali meski ia telah klimaks berkali-kali. Ketika kutarik batang kemaluanku yang masih keras bertahan didalam vaginanya, tiba-tiba. Kedua belah kakinya melingkar dipinggangku kembali.
“Biarin didalam dulu Ko. Enak ada punya Koko di dalam disitu. Anget rasanya.”
“Ko…” ujarnya terputus. “Jangan kasih punya Koko sama cewek lain yah. Punya Koko sekarang punya Nina.” Pintanya kepadaku takut batang kemaluan yang sesaat tadi memberikan kepuasaan itu singgah di lubang kemaluan wanita lain.
“Iya. Say…”. “Tapi. Kalau Koko pengen ngent*tin Nina. Nina harus mau yah.”
Nina mengangguk dan tersenyum memelukku dan payudaranya yang bulat besar itu menjepit pada dadaku. “Makasih Ko. Nina sayang Koko. I love U Honey, forever and never changed.”
Lalu kami tertidur pulas didalam kamar kostku hingga sekitar jam 10 pagi keesokkan harinya yang tepatnya pas hari Minggu.
Didalam lelap karena lelah bersenggamaku dengan Nina. Perlahan terasa hangat disekujur batang kemaluanku membangunkan tidur dari ngantukku, samar-samar semakin lama pandanganku menyatu menjadi sebuah gambar. Nina ternyata telah berada diantara selangkanganku dan sedang asik mengulup batang kemaluanku dengan giat dan bertubi-tubi mengeluar masukkannya didalam mulutnya. Sesekali dengan lidahnya menari-nari di kepala kemaluanku yang dengan otomatis memberikan sensasi rasa geli sekaligus nikmat mendera darahku dan membangkitkan birahiku pada pagi itu.
Tak tahan diperlakukan nikmat oleh Nina seperti itu. Lalu tanganku meremas buahdadanya yang mengantung itu dengan lembut. Merasa tanganku meremas buahdadanya, Nina langsung melirik kearahku lalu melepaskan batang kemaluanku dan menghampiri ku, mengecup bibirku.
“Dah bangun sayang. Sori yah. Ganggu Koko yang lagi bobo,” “Abis saat Nina bangun liat punya Koko yang sudah bangun tegak bikin Nina pengen lagi seperti semalam. Padahal yang punya aja masih bobo enak banget.” Ujar Nina polos yang menampakkan rona merah dikedua pipinya yang putih mulus.
“Gpp. Kok. Koko suka kalau punya Koko diperlakukan seperti itu setiap pagi.” Ujarku sambil merangkulkan tangan kananku melingkar dilehernya.
“Ko. Nina mau donk yang kayak semalam. Gak tau nih semenjak kemarin. Nina sepertinya kepengen digituin sama Koko lagi.” Pintanya kepadaku untuk kembali mendapatkan kenikmatan yang ia rasakan semalam.
“Kalau Nina mau, Koko pasti akan kabulin.”
Lalu aku menyuruhnya untuk mengambil posisi diatasku. Dengan posisi jongkok dengan batang kemaluanku yang sudah siap bertempur kembali, padahal sesungguhnya rasa nyeri dibatang kemaluanku sisa-sisa senggama semalam masih terasa sekali. Karena permintaan ini adalah berujung kenikmatan yang pasti jarang kudapatkan. Mengapa tidak. Tentu suatu permintaan yang sulit untuk mengatakan TIDAK.

Nina sedikit agak membungkuk dan menuntun batang kemaluanku yang berada dalam genggaman tangan halusnya untuk kembali menerobos dan memompa liang kemaluannya kembali. Saat merasa kepala kemaluanku sudah dirasakan pas pada bibir kemaluannya. Nina perlahan menurunkan pantatnya merendah menguat kedua bibir kemaluannya membuka memberikan ruang batang kemaluanku masuk ke dalam liang vaginanya. Saat setengah dari seluruhnya telah masuk kembali Nina menaikkan pantatnya dan menurunkannya lagi hingga terasa cairan kewanitaannya mulai keluar melumasi rongga vaginanya, baru Nina menurunkan pantatnya hingga seluruh batang kemaluanku tertelan hilang didalam liang kewanitaannya. Sejenak dihentikan gerakannya, Nina menikmati sensasi denyut hanyat yang memberi rasa nikmat didalam kewanitaannya. Lalu bagai penunggang kuda pelana, Nina menunggangi ku seliar koboi wanita yang mengejar mangsanya. Sambil mengoyangkan pinggulnya yang besar, Nina mengigit bibir bawahnya dengan mata yang memejam hayati nikmat senggama yang sedang mengalir diseluruh penjuru nadinya. Hampir sekitar 20 menit Nina melakukan gaya seperti itu, menurutnya pada posisi seperti ini ia dapat mengatur dan mencari rasa nikmatnya sendiri. Dan ternyata memang ia menyukainya, dan sungguh-sungguh menyukainya.
Butir-butir keringat yang mulai keluar tertampak disepanjang garis bibirnya disela bulu halus yang tumbuh. Akhirnya Nina mengalami klimaksnya, klimaks dengan erangan dan desahan yang cukup keras. Terasa aliran cairan cintanya membanjir dari sela-sela jepitan vaginanya yang masih tertancap oleh batang kemaluanku. Nina pun roboh dan menindih tubuhku dan mengecup bibirku.
Merasa telah terbangkit birahiku, aku pun lalu menyurunya untuk merapatkan tubuhnya ke dadaku. Dengan kedua tangan, kuremas kedua belah bongkahan pantat yang besar mulus berisi itu dan memintanya mengangkat sedikit dan menahan posisi tersebut.
Lalu kedua kaki kulipat dengan sedikit melebarkan selangkanganku guna bantu menahan posisi pantat Nina. Perlahan kutarik batang kemaluanku dari lobang vaginanya dan langsung menghujam keras masuk kembali ke dalam vagina Nina, semakin lama seiring dengan birahi yang membara, kupompa vagina Nina semakin genjar yang membuat tubuhnya menyentak berkali-kali disetiap sodokan batang kemaluanku yang menghujam didalam liang vaginanya.
Buahdadanya bergelantungan sempurna membulat dengan putih yang mengeras, bergoyang-goyang. Desahan bibir yang sedikit terkuat seakan melantunkan nyanyian cinta diatas senggama ini.
“SSssss… Koko. Nikmat banget… Truuuuus. Koko… sssss…. uuuuuhhh…” desahnya.
Tak puas, aku menyuruhnya untuk memutarkan tubuhnya hingga kepala berada di kakiku tanpa harus mengeluarkan batang kemaluanku yang menganjal didalam liang vaginanya.
Disaat Nina memutarkan tubuhnya dengan posisi tubuh merangka memutar ke kanan. Sungguh sensasi yang tercipta sungguh nikmat sekali, akan batang kemaluanku diremas lebih kencang dari sebelumnya dan seluruh batang kemaluanku terasa seperti dipelintir oleh setiap otot rongga vagina Nina yang berkontraksi memberikan rangsangan dari denyut batang kemaluanku.
Perlahan aku merubah posisi dengan sedikit berdiri dengan menumpuhkan berat badan pada kedua lututku. Sedangkan Nina pada posisi menunggi didepanku, tubuh bagian dengannya lebih rendah hingga wajahnya menempel pada sisi pinggir ranjang dan kedua tangannya meremas sisi kain seprai yang menutupi ranjangku. Saat itu wajahnya semakin sexy dan mengairahkan. Disekujur tubuhnya yang telanjang terlihat keringat yang mengkilap menyelubungi tubuhnya, pada lehernya yang putih jenjang tertumbuh bulu halus yang memanjang hingga punggungnya yang bersih, menempel beberapa helai rambutnya yang basah karena pilu lelah senggama ini.
Sesaat sebelum aku memulai untuk kembali memompa vaginanya, Nina melirik menatap dengan mata yang sayu dengan bibir yang sexy tebal merekah seperti bibir salah satu bintang penyanyi Pingkan Mambo, lalu kedua bibir seperti mengatakan beberapa patah kata tak bersuara hanya gerakan bibir, “I Love You…”
Aku membalasnya dan dengan kedua belah telapak tangan yang memegang pinggangnya tepat diatas pinggul yang besar berbentuk “love” terlihat diantaranya tertancap batang kemaluanku yang siap memporak porandakan rongga vagina Nina. Kupompa perlahan berirama, meningkat bersama naiknya birahi antara aku dan Nina, kunaikkan pula irama kecepatan sodokanku yang semakin genjar membelah bibir kemaluannya yang menguak melumasi batang kemaluanku dengan cairan cintanya.
“ssss… mem*k Nina enak banget sayang. Nina suka sama kont*l Koko gak.” Ujarku sambil menumpuhkan dadaku pada punggungnya dan meremas kedua payudaranya sembari memelintir puting susu yang mancung mengeras merah muda itu.
“Mmmm… sukaaaa baaaaangget Ko…. Uuuuh…” jawabnya dengan mata terpejam dengan sedikit mendahakkan kepalanya menghampiri kepalaku yang berada diatas punggung.
Kembali aku mengambil posisi semula dan memompa vagina Nina semakin keras dan kencang, begitu erat jepitan vagina Nina yang sungguh luar biasa nikmat ini, hingga beberapa kali aku menghentikan gerakanku agar tidak mencapai klimaksku terlebih dahulu, karena aku ingin merasakan lebih lama menyetubuhi tubuh Nina yang mungil padat berisi ini lebih lama.
Mungkin sekitar 1jam setengah senggama ini kumenyetubuhi Nina. Jelas sekali bahwa Nina memang type wanita yang berlibido tinggi, hingga selama ini, ia terus mengimbangi persetubuhan ini tanpa menghentikan atau mempercepat klimaksnya. Hingga akhirnya klimaks yang tertahan kukeluarkan bersama dengan semburan cairan kenikmatan yang menyiram batang kemaluanku didalam rongga kemaluan Nina. Merasa tenaga yang terkuras habis aku dan Nina langsung roboh dengan menindihi tubuhnya tepat dibawahku dan batang kemaluanku yang masih menancap berdenyut didalam rongga kemaluan Nina yang nikmat itu.

0 komentar:

Posting Komentar