Pembantuku Iyem
Oh..iya, Iyem adalah seorang gadis desa dari S....a, sudah bekerja hampir 5 tahun di rumah kami, dan masa kerja itu adalah masa kerja yang paling lama buat seorang pembantu di rumah kami. Umurnya 25 tahun. Penampilannya jauh di bawah rata, badan biasa2 aja, muka biasa2 aja. Dan karena sudah bekerja cukup lama, dia sudah dianggap seperti keluarga kami. Mengakibatkan saya tidak begitu "tertarik" sama dia. Sampai pada suatu siang.......
Jadi hanya berbalut handuk, saya menuju ke belakang ke tempat setrika, sambil mengamati kiri kanan, takut kl ada si iyem karena saya nggak terbiasa bertelanjang dada dan hanya memakai handuk selain di kamar. Ternyata kosong. Ketika melewati kamar mandi pembantu, terdengar si iyem kayaknya lagi mandi, maka buru-buru saya menuju ke tempat setrika. "Buseeeettt.." bener kan, pakaian yang sudah selesai di setrika menumpuk. Dan entah karena buru-buru (takut si iyem selesai mandi) atau tumpukan pakaiannya yang banyak banget, celana dalam yang di cari nggak ketemu-ketemu. "Kemana..ya..celana dalam saya??" Pas nengok ke dalam kamar iyem (tempat setrika berada di depan kamar pembantu pas di bawah jendela) "Oh..itu dia..". Rupanya karena kepenuhan di meja setrika, beberapa tumpukan termasuk celana dalam saya, di tumpuk di tempat tidurnya. Maka masuklah saya ke dalam kamar pembantu saya, untuk mengambil celana dalam saya. Pas baru milih celana dalam yang mana, tau-tau kedengaran pintu kamar mandi di buka. Waduhhhhh....saya langsung panik. "Gimanaaa...nih!"....Refleks saya langsung ngumpet di belakang pintu kamarnya.
Terdengar langkah iyem mendekati kamarnya sambil bersenandung lagu. Saya sudah tidak bisa konsentrasi lagi mendengarkan senandungnya. hati saya berdebar-debar nggak karuan. “Aduuuhhh..gimana ini..??” Dari belakang pintu dapat saya rasakan, iyem semakin mendekat dan saya semakin gemetar. “Bagaimana kalau dia menutup pintu..ya? dan melihat saya berada di belakang pintu kamarnya?” Rasanya saya mau loncat keluar dan kabur “Tapi bagaimana kalau dia kaget dan berteriak? Bisa-bisa tetangga dengar dan...” Ah..nggak tau lah, saya cuma bisa pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata dugaan saya salah, dia sama sekali tidak menutup pintu, bahkan gording jendelanya. Mungkin dia ngerasa aman-aman saja karena pintu dan jendelanya menghadap ke tembok gang di depan kamarnya sehingga tidak terlihat dari arah dapur. Dia langsung menuju ke lemari pakaiannya yang berada di sisi dalam sehingga tidak melihat saya sedang berada di belakang pintu kamarnya.
Sebenarnya, saya bisa menyelinap, tapi entah karena sangat ketakutan dan panik, saya sama sekali tidak dapat menggerakkan kaki saya. Debar hati saya semakin keras menyaksikan pemandangan di depan mata saya. Iyem hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuhnya. Baru kali ini, saya melihat dia seperti itu dari dekat. Pernah beberapa kali saya melihat dia melintas dengan hanya berbalut handuk, tapi dari jarak yang cukup jauh dan hanya sebentar. Sekarang...hanya sekitar 1,5 m. Dan apa yang terjadi selanjutnya, membuat debar hati saya semakin cepat. Masih membelakangi saya dan masih besenandung, dia melepas handuknya untuk di gunakan mengeringkan rambutnya. “Mimpi apa semalam?” dapat pemandangan seperti ini. Kulit punggungnya dan bokongnya yang berwarna gelap dan mengkilap membuat iyem terlihat sangat seksi. Sesekali dia mengelap ketiaknya, kemudian kembali ke rambutnya trus ke selangkangannya. Pada saat sedang mengelap selangkangannya, handuknya di masukkan diantara dua pahanya dan ditrarik maju mundur. Tiba-tiba senandungnya terhenti dan yang terdengar suara desahannya. Setiap kali handuk di tarik ke belakang, suara desahan mengeras. Gila...benar-benar tontonan yang mendebarkan. Tidak terasa si”adek” mulai bangun.
Kurang lebih 2 menit, saya dari belakang pintu nonton iyem sedang ngelap selangkangannya dan si”adek” semakin mengeras dan debar jantung sudah berubah menjadi debar birahi yang sangat tinggi, mengalahkan debar ketakutan yang tadi. Entah ada kekuatan apa, saya beranjak mendekati iyem dari belakang dan menyebut namanya dengan suara bergetar “yem...” Si iyem langsung berbalik, dan terbelalak melihat tuannya tau-tau sudah berada di belakangnya. Mungkin saking kagetnya, dia sama sekali tidak bereaksi, handuk masih di kepit di kedua pahanya dan dia benar-benar terdiam seperti patung. Ternyata pemandangan bagian tubuh depannya lebih menakjubkan. Payudara yang tidak begitu besar ditambah dengan putting susunya yang berwarna hitam (lebih hitam dari kulitnya yang memang agak gelap) bikin si”adek” mau meledak. Trus bulu kemaluannya yang ternyata sangat lebat makin membuat nafsu saya bertambah besar. “Bapaaak..??” dia bersuara..pelan “Ngapain...” sambil menunjuk ke arah tempat persembunyian saya. Sepertinya shock nya agak mereda, dia baru sadar kalo dia sedang bugil di depan majikannya yang hanya menggunakan handuk. “Ehh..maaf pak..!!” sambil menarik handuk dari kepitan pahanya dan berusaha menutupi tubuhnya dengan handuk tersebut.
Melihat gelagat tersebut, langsung saya pegang tangannya agar supaya dia tidak menutupi tubuhnya. “Jangan..pak, iyem malu..” iyem berusaha melepaskan tangannya. Sambil tetap menahan tangan iyem, tangan saya yang satu dengan cepat merebut handuk tersebut. “Biar..yem, jangan di tutup dong! saya mau liat tubuhmu” Karena handuknya sudah berhasil saya rebut, dia hanya mampu menutupi payudara dan selangkangannya dengan kedua tangannya. “Jangan di tutup dong..yem, saya nggak bisa ngelihat” kataku sambil tersenyum. “Nggak..ah pak! Sana keluar, iyem malu..nih” dia mulai merengek..manja dan tetap menghadap ke arah saya. “Nggak mau ah..saya belum puas melihat tubuhmu” jawabku pura-pura melotot. Dia kayaknya tau kalo saya pura-pura marah, makanya rasa takut sudah hilang dari wajahnya, berganti dengan senyum-senyum mengundang. “Iiiih...bapak curang, masa cuma iyem aja yang telanjang, bapak curang..!!” sambil mencubit pelan perutku. Oooo..itu sich urusan gampang. “Kamu mau saya telanjang juga?” tanya saya sambil melepaskan handuk tanpa menunggu jawabannya. Gila..hanya dalam hitungan menit, saya berani telanjang bulat di depan pembantu ku padahal sebelum-sebelumnya, keluar kamar aja harus pake baju dan celana. Sekarang....
“Ihhh..bapak porno..!!” si iyem kaget melihat kelakuan saya, tapi pandangannya tidak lepas dari si”adek” “Ituuu...anunya..iiihhh..kok kayak anunya iyem, lebat banget” iyem mengomentari si'adek”. Memang sich, bulu kemaluan saya memang sangat tebal karena sering saya potong. Isteriku sangat menyukai bersetubuh dengan bulu kemaluan yang botak, jadinya saya sering memotongnya. “Mau di pegang yem?, pegang aja” kata saya sambil menarik tangannya menuju si “adek”. Dan kali ini, tidak ada penolakan dari iyem, dibiarkannya tangan saya mengarahkan tangannya ke si”adek” dan begitu sampai ke tempat tujuan, tanpa harus di pegang lagi, tangan iyem langsung mengelus Mr”P” saya. Dan setelah melepaskan tangan si iyem, tangan saya mulai menjelajah ke dada pembantu saya. Saya mulai meremas kedua payudaranya yang sangat kenyal. Putingnya sekali-sekali saya pelintir-pelintir dan desahan iyem kembali terdengar “ssshhh...bapak...geliiii. ssshhhh...terus...pak... enak banget..!!” si iyem terus meracau sambil tangannya terus mengelus si”adek”. Saya mulai meningkatkan serangan, tubuh iyem yang ukurannya jauh lebih kecil dr ukuran tubuh saya, saya tarik kedalam pelukanku dan mulai mendaratkan ciuman ke rambutnya yang basah dan harum (kayaknya tadi abis keramas) turun ke jidat, mata, pipi, kuping dan bibir. Tidak satu centipun saya lewatkan. Dan ketika sampai ke bibir, dengan ganas, mulutku langsung di sambar dengan mulutnya. Walaupun wajahnya di bawah rata-rata, tapi untuk ukuran, bibir iyem sangat tebal dan menurutku sangat seksi dan saya sangat menyukainya. Kami berciuman cukup lama, tangan iyem sudah tidak mengelus-mengelus si”adek” sekarang sudah memeluk tubuh saya sambi sekali-sekali meremas bokong saya. Tangan saya juga mulai bergelirya di seluruh tubuhnya dan setiap daerah-daerah sensitifnya tersentuh, iyem langsung menjerit kecil “aaahhh...sshhhh!!” sambil mengigit lidah atau bibir saya. Apalagi pas jari saya, masuk di antara dua gundukan pantatnya dan berhasil mencolek-colek lubang anusnya...hampir putus lidah saya digigit iyem “aduuuhhh,,,hati-hati dong..yem!!” saya protes. “Abisss...bapak nakal banget siiihhh, iyem jadinya keenakan banget..!!
Kami berdua terdiam beberapa saat. Mata iyem masih terpejam dan tubuhnya masih lungai tidak bertenaga. ”Bapaakkk...tadi iyem kenapaaa..?” iyem bertanya kepada saya. ”Emangnya...apa yang kamu rasakan, yem..?” Wah..bener..nih, kayaknya ini orgasme pertama dalam hidupnya. ”Nggak tau lah, pak. Iyem ngerasa seperti terbang. Nikmat bangeeet..tapi kok iyem jadi lemesss banget..ya..pak? Kayak habis lari marathon?” dia menjawab sambil tanpa sadar semakin mempererat pelukannya di tubuhku. ”Emangnya kamu pernah terbang..??” saya menggodanya dengan memasang muka pura-pura kaget. ”Iiiihhh..bapak jahat banget, iyem udah mau pingsan, masih aja digodain. Bapak..naakaall..tapi...” iyem berhenti dan memandang wajah saya. ”Tapi..apa..yeem?” tanya saya sambi membelai dadanya. Dia mendekatkan mulutnya ke telinga saya dan bebisik ”iyem...sayang bapak...sayaaang..banget..” Dan kami mulai berciuman lagi. Pertama lembut semakin lama semakin mengganasss. Tubuh mungil pembantu ku, kemudian saya rebahkan di atas tempat tidurnya diantara tumpukan kain-kain setrika an. Dan bibir ku mulai menjelajah langsung ke payudaranya yang kenyal banget dan puting hitamnya sudah mengeras lagi. Tidak puas hanya menggarap dadanya, ciuman (lebih tepatnya jilatan) mulai saya arahkan ke bawah. Ke perut, pinggang bahkan ketika sampai ke udel iyem (yang ternyata bodong/mancung), udel itu saya sedot dan pilin seperti yang saya lakukan terhadap kedua puting hitamnya. ”ssssshhhh...geli..pak...truuusss pak....enaaakkk ... hhhhhhh....iyem sayaaaang...bapak” Dan pada saat saya sedang asik di udel si iyem, tercium bau vaginanya yang sangat mengundang birahi saya dan secara perlahan tapi pasti, serangan saya arahkan ke daerah selangkangan pembantu ku.
Kedua kakinya saya buka dan terpampanglah rimbun bulu kemaluan yang lebat, panjang dan kasar. ”aaaaahhhh...baaapaaak....mo ngapain..??” tapi iyem tetap membiarkan pahanya, tanpa berusaha menutup kembali. Saya hanya tersenyum. ”iihhhh..kok..malah senyum-senyum..siiihhh, iyem kan jadi...maluuuuu......aaaaaahhhhhhhhh...aduuuhhh..b apakkkkk..!! Iyem langsung mejerit ketika tanpa aba-aba dan tanpa menunggu dia selesai bicara, langsung saya benamkan mulut saya di selangkangannya yang bebulu sangat lebat itu dan sudah sangat basah oleh lendir kenikmatan. Tangan iyem langsung, menjambak rambut saya, tapi bukannya untuk menarik kepala saya tetapi malah menekan kepala saya ke selangkangannya bahkan secara refleks iyem mengangkat pinggulnya. Seluruh mulut dan hidung saya langsung tenggelam di lembah surgawi iyem. Tercium bau khas vagina wanita yang sangat harum (menurut saya). Dengan nafsu menggebu, saya jilati seluruh bagian dalam vagina iyem. Ada daging kecil berwarna coklat muda yang terus bergerak sesuai dengan tarikan nafas iyem. Melihat hal tersebut, saya semakin nafsu mengulum dan menyedot k******tnya iyem. Cairan kenikmatannya semakin banyak yang tumpah dan tidak saya lewatkan setetespun. Habis saya jilati. ”aaahhhh....aaahhhhh...aahhhh...teruussss..pak...t erusss pakkkkk.. iyem...sayang bapaaaakkkk...iyem sayang bapak....ssshhhhh..!!” Saya sudah tidak bisa mendengar lagi dengan jelas celotehan dan erangan si iyem karena kepala saya sudah terjepit di antara kedua pahanya. Selain itu, saya juga lagi menikmati sensasi rasa dan bau dari vagina beserta cairan kenikmatan milik pembantu ku. Nggak beberapa lama, pinggul iyem mulai bergerak dengan kasar ke atas ke bawah, ke kiri ke kanan dan jepitan pahanya ke kepala saya semakin kuat. Saya pun semakin ganas mejilati vagina berbulu lebat itu dan pada suatu saat....”aaaaarrgggghhhhh....shhh...shhh... hhhhh....hhhhh...hhhh...hhhh..” hanya suara itu yang bisa keluar dari mulut iyem. Rambut saya dijambak dengan keras, kepala saya di tekan dengan sangat kuat dan pinggulnya di angkat setinggi-tingginya sambil sesekali mengejang sesuai dengan semprotan cairan kenikmatan dari dalam vaginanya yang rasanya gurih banget. Setelah beberapa kali mengejang, gerakan pinggulnya melemah dan terdiam tapi masih diangkat tinggi dan akhirnya rubuh ke kasur. Benar-benar sensasional pembantu ku ini. ”Baaaappaaakkk....iyem pipis...laaaagiii...hhhhhh...hhhh... Maaf..ya..pak, iyem..pipis..di mulut..bapak..hhh..hhh” kata iyem dengani matanya masih tertutup dan napas terengah-engah. Jepitan pahanya mulai mengendur dan sudah tidak menjambak lagi tapi masih mengelus-mengelus rambutku.
0 komentar:
Posting Komentar