blog visitors

Jadi Rebutan Janda Depan Rumah

Cerita janda seksi depan rumah – aku ponidi, jejaka kemencur. Usiaku menapak 17 tahun, wajahku mirip banget fachri ali bintang sinetron yang bapaknya rocker gaek itu. tubuhku cukup atletis, 175 dan berbobot 65 kg. Siang itu, cukup gerah dan panas jadi sehabis mengisi bak dikamar mandi, aku sempatkan dulu untuk membasahi tubuhku dengan air sumur. Tubuhku yang separo telanjang, masih menyisakan butiran-butiran air ketika mbak sum janda bahenol tiba-tiba muncul dibelakangku. “dik ponidi, mbak numpang mandi duluan ya…?!” bisiknya ditelingaku. Aku kaget dan geli banget, mendengar suaranya ditambah dengan desisan nafas yang menghajar habis bulukudukku itu. “ah…mbak sum, ngagetin aja!” kataku tersipu, apalagi setelah melihat sosok mbak sum yang siang itu hanya memakai tank top warna putih, dan celana pendek buatan bali dengan bunga-bunga besar di daerah resletingnya. Jujur saja, baru kali ini aku melihat sosok tubuhnya utuh. Tubuh yang luar biasa bahenolnya. Kulitnya yang putih mrusuh, tidak bisa tertutupi dengan balutan tank top itu. Jelas terlihat noda bulat munjung dengan tonjolan keras didadanya. tanpa BH.

Mbak sum tertawa geli, melihat ulahku yang kaya baru melihat hantu itu. “ngopo to dik..kok ndelok mbak koyo ndelok setan” katanya dengan senyum dekiknya. ada terbersit rasa bangga diperhatikan jejaka muda yang tengah naik daun dikalangan kost-kostan itu. Apalagi tadi sempat terlihat mata ponidi hampir tidak berkedip menatap dadanya yang membusung. “hmmm anak ini benar-benar polos banget” pikirnya. yah, sejak jeng rita membicarakan sosok ponidi di kost-kostan ku beberapa minggu yang lalu, aku memang jadi penasaran. Ternyata betul, ponidi betul-betul sosok macho. Tubuhnya tegap, alur otot-ototnya membayang jelas dan yang membikin dadaku berdesir adalah tongkolan kukuh dibalik celana basketnya itu. Hmmm pistol gombyok yang sangat kuimpikan. Tidak sia-sia tadi minta ijin jeng rita untuk pulang duluan. Aku bisa berserobok dengan dik ponidi. Tank top putih, tanpa bh adalah paduan sempurna untuk menonjolkan buah dadaku yang meskipun sempat untuk menyusui ganang anakku 6 bulan lebih tapi masih terlihat kenyal dan kencang. Apalagi pucuk pentilku, yang sebesar jempol itu pastilah tercetak cukup lebar disitu. Belum lagi juntaian lebat diketiakku, betul-betul membuat dik ponidi mati kutu. “piye dik, bisa to mbak numpang mandi dulu, gerahhh banget nih” kataku sambil mempermainkan rambutku sehingga ketiakku yang lebat itu agak terangkat. Melihat bulu ketek itu dik ponidi hanya ngowohhh ” iayaaa mbak bolehhh” katanya terbata-bata. “yes!!” jeritku dalam hati melihat ponidi begitu terpesona melihat lekuk ketekku yang berbulu lebat, hingga jakunnya yang naik turun terlihat jelas. akupun semakin aksi, untuk bisa mempermainkan jejaka muda itu. Dengan lagak dibuat-buat tiba-tiba aku menjatuhkan handuk persis didepannya, dan betul matanya langsung melotot melihat bongkahan dada sekalku yang seperti mau meloncat keluar, tong gelantong itu. kukerling manja ponidi, dan betul dugaanku dia terangsang hebat. dengkulnya goyah, dan tonjolan pistol gombyok itu semakin menebal.



Duhh, aku terpana melihat mbak sum yang entah sengaja atau tidak menjatuhkan handuk itu persis didepanku. thanktop putih itu seperti tidak mampu menahan isi dadanya, putih menyembul hampir dua pertiga. melihat pemandangan yang baru kusaksikan untuk pertama kali ini, lututku seraya goyah lemas. Sementara rasa panas pelan-pelan merambati selakanganku. membangunkan tidur burungku. nafasku terasa sesak, sesesak celana basket kebanggaanku itu. Mukaku mungkin merah, dan nafas dihidungku kalau di film kartun tentu sudah mengeluarkan asap. apakah ini yang dinamakan berahi? pelan-pelan mbak sum dengan kerlingan matanya yang tajam mengambil handuk itu, gilanya mbak sum seolah-olah membiarkan mataku ini menguliti segenap isi dadanya yang mrusuh itu. bukannya tersipu-sipu malu tapi selah-olah menantangku untuk terus memeloti buah dada ranum itu. Buah dada yang menurutku sangat indah dihiasi arola coklat tua, dan putingnya itu sebesar jempolku. benar-benar penthil susu idamanku banget. “hayoooo lihat apa dik?!” serunya mengagetkanku sambil dengan gemas mencubit hidungku. aku gelagapan, dan sebelum pergi mbak sum berbisik mesra “..dik kalau mau lihat isinya lengkap, ikut saja ke kamar …he he itupun kalau dik ponidi berani lho!” sambil mengeol-geolkan pantatnya yang utuh membusung itu. Kembali aku menelan ludah, melihat goyangan pinggulnya itu, dan yang lebih membuatku terpana bau badannya itu, bau yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, hmm bau perempuan dewasa yang sedang dalam berahi tinggi.

sepi sejenak, dan kemudian sayup-sayup terdengar mbak sum menyanyi, suaranya tidak begitu bagus cenderung fals malah, tapi syairnya itu lho ” ono joko manggon nang ngarep kamarku, yen ruh aku deweke ngguya-ngguyu ” trs terdengar suara mendesis panjang seperti orang sedang buang air kecil, yang dilanjutkan dengan suara air mencebok-cebok. mendengar suara itu, mataku menengok ke kiri dan ke kanan, hmmm mumpung sepi pikirku, pelan-pelan aku menghampiri pintu kamar mandi. terlihat thanktop putih itu sudah nangkring diatasnya ditemani dengan celana pendek berbunga itu, serta celana dalam warna krem.

Kamar mandi itu memang terdiri dari dua kamar, satu yang sekarang ini sedang dipakai mbak sum dan satunya kosong. agak tercekat juga jakunku ketika pelan-pelan aku bergeser, mendekati kamar mandi mbak sum. Mendengar ada orang yang masuk di kamar mandi sebelah mbak sum dengan gayanya yang sok tahu langsung menghentikan nyanyiannya dan berkata “hayo…mau ngintip mbak sum ya!” aku jadi gelagapan dan menyahut pelan “ndak…ndak aku mau kencing kok..!” jawabku dengan terbata-bata. “kencing atau kencing…kasihan deh 17 tahun hanya untuk kencing doang” katanya sambil menguyurkan air dan tertawa panjang. Aku kemudian naik ke bak mandi, dengan menahan nafas aku julurkan mukaku di ventilasi yang kacanya hilang separo. tercium bau sabun, dengan berdebar-debar kulayangkan pandangan ke bawah. kakiku spontan gemetaran melihat pemandangan dahsyat dibawah. nampak tubuh kuyup dari mbak sum, utuh. rambutnya penuh busa shampo, dan dua bukit kembarnya mrusuh banget. mbak sum dengan santai menggosok bukit mrusuh itu, dikucel-kucelnya dan dengan kain lembut diusapnya puting-puting sebesar ibu jari itu. seperti seorang dokter yang sedang memeriksa lubang susu. aku agak menahan nafas, dan segera menarik mukaku ketika mbak sum tiba-tiba mendongak keatas, muka pucat sekali. dengan tergesa-gesa aku langsung turun dan pura-pura menyiram kloset. terdengar mbak sum berkata dengan nada yang amat mesra” dikkk…bisa tolongin mbak tidak?” ..dengan terburu-buru aku segera keluar dan menghampiri kamar mandi yang dipakai mbak sum. Kriet…pintu kamar mandi setengah terbuka. Mbak sum berdiri dengan handuk basah sebatas dadanya! dada membusung mrusuh yang sempat kulihat tadi. Hmm, agak kaget aku melihat dada mrusuh itu dengan jarak yang begitu dekat, bahkan bintik-bintik air masih terlihat jelas, dan bau wangi sabun mandi terpapar jelas dihidungku. ho hoo tubuh mbak sum tercetak sangat indah. kulit bahu dan pahanya mulus banget. kencang dan lumer banget. aku hanya bisa terpana, mataku tak berkedip memandangi seluruh bangunan tubuhnya itu. mbak sum tersenyum melihat dlolak-dlolokku itu, “hanyooo ngliat apa?” sambil menjentikkan sisa air dimukaku. “otaknya mesti mesum tuh…kelihatan mupeng banget” katanya lagi dengan genit, aku geragapan dan dengan terbata-bata cuma bisa berkata “ahhhh tidak, ehhh, mbak sum cantik sekali” jawabku ngawur untuk menutupi serba salahku. “wwwwwowwww rayuan gombal cap mukio” ujar mbak sum dengan kerlingan blink-blinknya. ” dikkk!! tolong aku, ya ?!” Tolong apa, mbak?!” “Tolong ambilkan aku sendal jepit di kamar. Brengsek, deh. Aku lupa pakai sendal ke kamar mandi.” kata mbak sum dengan suara manja. Suara yang membuat hati ku panas dingin, apa lagi ketika berkata itu entah sengaja atau tidak mbak sum mengangkat lengannya, memperlihatkan ketiaknya yang lebat basah. aku tertegun, dan mbak sum dengan santai malah membuka keteknya lebar-lebar, dan berkata dengan nada tak berdosa “hmmm mbak lupa dik, sudah sebulan ini males vukur rambut kelek” katanya sambil menarik-narik bullu keleknya yang lebat, bergantian kiri dan kanan. “kelihatan jorok ya dik?!” katanya lagi sambil mengamati dan kemudian menciumi rambut keleknya ” tapi.. ndak berbau kok1″ katanya lucu. Aku hanya bisa bengong dan menelan ludah melihat tingkah lakunya yang sexy itu. Entah kenapa aku begitu menyukai rambut kelek mbak sum itu. rambut yang sangat alamiah serasi dengan kulit tubuhnya yang kuning langsat itu. tiba-tiba mbak sum menyodorkan keleknya dan meminta aku untuk menciumnya “dik coba dicium keleknya mbak, bau tidak?!” katanya lagi. dengan agak sungkan aku mendekatkan mukaku, dan dengan malu-malu kucium kelek itu. sungguh, baunya benar-benar enak bau yang membuatku jadi on berat. mbak sum lalu terkikik geli dan mendorongku menjauh. “wes dik, ndang.. ambilkan mbak sandal..nanti kelamaan bikin mbak ndak tahan” katanya membangunkanku dari tarikan nafsu. cepat-cepat aku berbalik, dan bergegas menuju kamar Mbak sum, mengambil sendal jepit itu lalu kembali ke kamar mandi. “Terima kasih ya adikku sayang, kamu baik banget sama embak” ujar mbak sum sambil mencium pipiku sekilas dan langsung mengenakan sendal yang tadi kuambilkan. aku terpana dan ada rasa panas yang menerpa wajahku, mbak sum menciumku. kulitku merinding semua dan ada rasa hangat yang merambat memenuhi batang kelakianku

0 komentar:

Posting Komentar