blog visitors

Nafsu Seks Vira Yuniar -1


Vira_Yuniar Cerita sex - Sudah lama aku ngefans berat dengan Vira Yuniar ketika aku secara tidak sengaja bertemu dengannya disebuah mall Taman Anggrek Kedoya Jakarta, perkenalan tidak sengaja itu membawaku yang akhirnya harus memenuhi hasrat seks Vira Yuniar yang ternyata justru ngebet ketika habis aku berikan kenikmatan surgawi itu. Aku sendiri tidak sengaja berkenalan dengannya di Gramedia Taman Anggrek ketika kedua anaknya secara tak sengaja menanyakan padaku soal buku buku pelajaran, sedangkan Vira Yuniar sendiri terlepas mengamati anaknya karena sibuk membuka buka buku. Ketika anaknya kuberikan penjelasan dengan cara aku berjongkok, bukan dengan cara berdiri sehingga anak Vira Yuniar itu senang. Kuterangkan soal buku buku itu dengan cara bahasa yang mudah dicerna, apalagi itu buku komputer untuk anak anak, aku tak tahu ketika menjelaskan kepada anaknya Vira Yuniar sudah berada di belakangku dengan tersenyum, aku sendiri tidak menyadari kalo ucapanku yang sampai bersimpuh itu membuat Vira Yuniar menjadi kagum dan geleng geleng, maklum aku biasa bikin anak lewat artis yang selama ini aku gauli, entah sudah berapa anak aku tidak menghitung, spermaku yang ditampung jadi anak atau tidak sudah bukan menjadi urusanku lagi.
Vira Yuniar tetap membiarkan aku menerangkan semua itu, sang anak pun sangat senang, sehingga aku menjadi terkejut ketika sang anak mendongak dan bicara pada Vira Yuniar di belakang.
“Ini Ma .. Oom pinter banget soal komputer .. aku suka Ma “ kata anak Vira Yuniar dengan senang. Aku menjadi terkejut lalu memalingkan mukaku ke ke belakang.
“Terima kasih Mas .. anak saya menyita waktu anda “ kata Vira Yuniar dengsn sopan, wow .. luar biasa body Vira Yuniar ini, aku suka dengan bentuk bodynya yang proposional itu, buah dadanya besar, badannya sungguh berisi dan sangat montok. Aku terkesiap, karena beberapa hari yang lalu temanku yang artis barusan ketemu dengan Vira Yuniar menanyakan soal dunia perblogin, dia malah menyarakan Vira Yuniar menanyakan padaku lewat email. Apalagi buku yang kupegang tentang pembuatan website, sehingga itu menjadi daya tarik bagi Vira Yuniar, aku tetap bersimpuh itu membuat Vira Yuniar semakin bersimpati, apalagi anak satunya juga bertanya tanya padaku soal buku.
“Oom pinter komputer ya ?”
“Nggak dik .. hanya Oom senang belajar saja .. tiap hari Oom baca buku dan belajar .. “
“Wah hebat ya Ma .. sudah besar tetap belajar, aku pengin seperti itu Ma “ kata si kecil dengan ceria dan kemudian menyalami.
Aku kemudian berdiri dan berkenalan dengannya
“Burhan .. biasa dipanggil Han “
“Haaaaaaaah “ Vira Yuniar menjadi terkejut
“Kamu Burhan ? kenal sama cewek yang dulu temannya mantan suamiku yang masih kuliah sastar di UI ?” tanya Vira Yuniar dengan terkejut sambil menyebut nama
“Mbak Vira khan ini ? “ tanyaku kikuk karena di hadapanku adalah artis yang matang dalam dunianya.
“Iya .. duh .. justru itu temanku menyarankan aku bertanya padamu Mas .. tapi nggak sempat .. “
“Oh yaa ? dia belum kontak sama saya .. maklum saya akhir akhir ini sibuk .. padahal saya barusan pulang dari singapore sehari urusan sebuah produk hardware ..” kataku diplomatis untuk menaikan gengsi walaupun ke singapore memang urusannya asli untuk launching produk hardware komputer atas undangan orang dalam vendor ternama di bidang komputer.
“Duh .. aku ketemu pakar komputer … pinter juga kamu ngajarin anak anakku .. biasanya mereka nggak suka sama orang yang belum kenal .. “ kata Vira Yuniar dengan menyalami aku. Vira Yuniar meminta nomer teleponku dan kami pun saling bertukar nomer. Kami sempat ngobrol ngobrol di toko buku itu, bahkan aku kembali bersimpuh dan bermain dengan anak anak Vira Yuniar, mereka tak segan segan kupeluk dan Vira Yuniar menjadi senang.
Aku pun akhirnya harus berpisah dengan artis pujaanku itu, anak anaknya pun merasa keberatan aku pergi, namun memang aku harus pulang karena letih, sepulang dari Singapore aku hanya sebentar ke kantor terus ke gramedia, tak henti hentinya sang anak minta aku datang ke rumahnya.
Selepas pertemuan itu aku sendiri nekad datang ke rumahnya, itupun juga karena kebetulan aku lewat rumahnya. Janda beranak dua ini menyambutku dengan sumringah beserta anak anaknya, bahkan saking ngebetnya sang anak sampai menarik narik tanganku ke komputer yang masih hidup itu. Aku pun diminta mengajarinya. Dengan sabar aku mengajari anaknya.
“Anak anakku manja ya sama kamu .. hihihihi .. jarang mereka bersikap begitu .. “ kata Vira Yuniar dengan tersenyum. Sejam kemudian aku pun minta berhenti karena capek, aku relaks di kursi sofa itu, padahal hari sudah semakin menggelap ketika aku diajak makan malam, tak lama setelah makan itu anak anak pada tidur karena kecapekan, tinggal kini aku dan Vira Yuniar yang berembug soal Vira Yuniar mengerti tentang dunia internet.
Kami duduk saling bersebarangan di meja makan itu, laptop kami berlawanan, aku sering menjadi tidak konsen dengan kecantikan Vira Yuniar sehingga aku menjadi salah tingkah, walau Vira Yuniar sering memberikan aku pujian karena aku gegas dalam menyelesaikan permasalahan internet dan komputer.
“Kamu pinter Han .. dulu sekolah dimana ?” tanya Vira Yuniar dengan tersenyum dan menyelidik
vira-yuniar “Ya belajar sendiri aja Mbak Vira .. tapi ya ditekuni sampai bisa .. ada tahapan yang kudu dilalui, nggak bisa serampangan .. satu pelajari sampai bisa baru berpindah ke lain hati ..” kataku disambut tawa Vira Yuniar. Rambutnya yang panjang itu disibakkan karena berada di depan dadanya, aku sampai terpukau dengan kecantikan janda beranak dua itu, sampai aku memandangnya dengan tersenyum sambil geleng geleng
“Mbak Vira cantik sekali “ pujiku yang disambut senyum malu Vira Yuniar.
“Ah aku biasa saja Han .. “ tolak Vira Yuniar dengan tersenyum, naluri seksnya seolah olah muncul, Vira Yuniar memancing dengan nakal
“Kamu sudah punya pacar ? juga sering gituan ?” tanya Vira Yuniar dengan selidik, kuperhatikan jari jari tangannya mengepal di ketika diletakkan di meja. Pertanda wanita ini sudah lama tidak digauli, aku menahan diri agar tidak over acting dan pura pura terperengah
“Nggak aaaaaaah “ kataku yang ketika menjawab mulutku aku makanan sendkit itu aku pura pura kesedak, sampai Vira Yuniar berdiri dan menahan pundakku di samping
“Hati hati Haan .. makan jangan sambil ngomong “ Vira Yuniar menasehati aku. Aku pura pura kesakitan, kutenggak air minum di depanku, tanganku sampai menyenggol buah dadanya membuat Vira Yuniar menjadi berdesir tak karuan, namun Vira Yuniar tidak protes, masih memegang lenganku, kuelus elus tangan Vira Yuniar yang halus dan lembut itu, kutatap dengan memalingkan mukaku bertatapan dengan Vira Yuniar, Vira Yuniar menunduk malu namun tetap memegang lenganku dengan erat seolah berat melepaskan, kutarik tangannya sedikit keras, kakiku tersandung kaki Vira Yuniar sehingga kontan Vira Yuniar langsung berada dipangkuan
“Haaaaaan .. pleaseeeeeee “ Vira Yuniar seolah olah kaget dan keempukan pantatnya berada di pangkuanku, kurasakan penisku yang ngaceng itu mendapatkan timpaan yang empuk dan sekal, aku melingkarkan tanganku memeluk pinggangnya, Vira Yuniar menjadi tidak tenang, tubuhnya mulai gemetaran karena kawatir apa yang akan terjadi.
“Mbak Vira cantik “ pujiku dengan tetap mengelus elus lengan Vira Yuniar dan kucium rambutnya ya wangi itu, jemari tangan Vira Yuniar meremas kuat celana panjangku, menahan libidonya tak tersalurkan.
“Mbak .. aku pengin Mbak Vira .. “ kataku dengan membisik pelan
“Jangan Haaan .. jangaan yaa .. nggak baaaik “ sahut Vira Yuniar dengan suara yang berat untuk menahan nafsu seksnya, nafasnya memburu dengan cepat tidak tahan akan godaan nafsu yang selama ini mengekangnya
“Mbak .. Mbak Vira cantik .. Mbak Vira jangan bohongi nurani .. Mbak Vira butuh belaian lelaki bukan ?” pancing dengan mulai nakal menaikan gaun roknya itu, rambut yang wangi aku cium, gilanya Vira Yuniar tidak berontak dari pangkuanku. Aku semakin mendapatkan angin, Vira Yuniar semakin tidak tenang dan mulai rileks dan menyenderkan punggungnya di dadaku
“Mari Mbak .. aku akan mengisi kesepian Mbak Vira .. “ kataku dengan mendorong kepala sebelah kiri Vira Yuniar dan bertatapan denganku, Vira Yuniar memandangku dengan tegang dan matanya sayu pelan pelan menutup, bibirnya terbuka pelan pelan, kumajukan bibirku dan kupagut dengan pelan pelan, Vira Yuniar menikmati pagutan itu, kami berpagutan dengan berpangkuan kembali aku memeluk pinggangnya dengan kedua tanganku, tangan kananku tetap mengelus pahanya yang sangat mulus itu, gelora birahinya meningkat cepat, dadanya membusung lebih besar pertanda birahinya sudah berada di ubun ubun, kami berdua berpagutan sampai kami kemudian saling menghembuskan nafas
“Ssssssssh ssssssssshhh ..hhhh “ desis Vira Yuniar merasakan nafas yang barusan tertahan karena kami berpagutan dengan lama dan mesra, matanya menatapku lagi
“Haaaaan .. “ sapa Vira Yuniar dengan suara lirih dan kecil
“Ya Mbaaak “ jawabku dengan kembali mengelus elus rambutnya yang panjang itu, matanya terpejam dan bibir tergigit dengan kuat, kemudian membuka lagi, kusambar bibir itu dan kuajak kembali berpagutan.
“Oooh Haaaaaaaan “ tahan Vira Yuniar ketika aku melumat bibirnya dengan rakus, namun tak lama kemudian kembali melawan lumatanku, tanganku naik dan meremas buah dadanya yang membusung padat itu, Vira Yuniar terus melumat bibirku, tangannya naik dan memeluk kepalaku, kami saling berlumatan dengan kupangku Vira Yuniar itu, kami saling menikmati pagutan dan lumatan itu, Vira Yuniar sampai megap megap menahan lumatanku.
“Kita kita ke kamar Mbaak ., biar lebih indah .. ijinkan aku mengisi sisi ranjangmu yang sepi “ bujukku dengan meremas buah dadanya itu, Vira Yuniar kemudian berbalik badan dengan mendudukiku. Kedua tangannya ditopangkan ke pundakku dan tersenyum padaku, senyum manisnya diberikan padaku
“Kamu yakin ?” tanya Vira Yuniar dengan menatapku, aku mengangguk dengan pelan. Vira Yuniar kemudian langsung menyerbu bibirku rakus, melumat bibirku. Tanganku dicekal dan diarahkan ke buah dadanya agar aku kembali meremasnya, kuremas buah dada Vira Yuniar dan kami berlumatan dengan penuh rakus dan nafsu.
“Ssssssssssh ssssssshhh ssssssshhh .. Haan .. sayaang .. ke kamar yuk .. aku aaakuu sudah nggak tahaan .. sudah lama aku nggak gituan “ ajak Vira Yuniar dengan menunduk karena gelombang birahi itu menyerang ke lubuk hatinya yang selama ini kering belaian lelaki.
“Aku malu Han “ jawab Vira Yuniar ketika dagunya aku naikan dengan tanganku, namun tangan kiriku tetap memegang bongkahan dadanya yang besar itu. Aku kemudian mendorong pinggangnya sehingga Vira Yuniar tidak berada di pangkuanku setengaj berdiri tertahan meja di belakangnya yang aku dorong dengan kakiku, aku langsung menahan ke ketiaknya, kemudian tangan kananku menahan ke belakang lututnya, kuangkat sambil berdiri dan kini Vira Yuniar dalam pondongan
“Oo Haaan .. mau di bawa kemana aku, sayaaaang “ lonjak Vira Yuniar dengan merangkulkan tangan kirinya ke belakang kepalaku, tangannya kanannya membelai belai pipiku
“Kamu ganteng Han .. “ ujar Vira Yuniar tersipu malu dan kupagut kembali bibirnya yang seksi dan berlipstik itu, Vira Yuniar menikmati pagutanku dengan mesra
“Bawa aku ke kamar, sayaang .. “ ajak Vira Yuniar tidak tahan lagi, lahan keringnya minta disirami dengan spermaku agar kembali subur
“Kamarmu di mana Mbak Vira “ tanyaku lirih dengan hendak berjalan memondong Vira Yuniar.
“Di belakang itu sayaang “ kata Vira Yuniar dengan memelukku lebih erat, akupun kemudian membawa wanita yang haus pelampiasan birahi ini ke arah kamar yang ditunjuk Vira Yuniar. Kubawa kamar itu ganggangnya dengan kakiku.
Sesampai ke kamar kuturunkan tubuh seksi nan montok itu ke ranjang, aku langsung ditarik pundakku, aku kembali bercumbuan dengan Vira Yuniar yang dengan rakus melumat bibirku, tangannya menyelinap ke bawa dan meremas batangku, Vira Yuniar sampai mendelik dengan mata membesar
“Haaaaaaan uuuuuuuuuh .. sssshh .. punyamu besar sekal, sayaang .. ooh .. besaar iih .. gimana ya rasanyaaaa “ lenguh Vira Yuniar dengan tersenyum manja.
“Mau pengin lihat Mbak Vira, sayaang “ pancingku yang dijawab jawilan tangan Vira Yuniar di pipiku
vira yuniar“Kamu nakal, sayaang .. lelaki ternakal .. suka to the point ..tapi aku suka sayaang .. sudah lama kuinginkan ini .. aku sudah tahu tentang kamu.. aku baca diirimu di blogmuu .. “ aku Vira Yuniar dengan masih memegang penisku.
“Aku pengin melihatmu polos Mbak Vira, sayaang “ kataku dengan menarik badanku, melepas kancing bajuku, Vira Yuniar membantu aku membuka bajuku, kemudian menarik kaos dalamku, kini aku bertelanjang dada, tangan Vira Yuniar kembali meremas batangku, dengan cepat kaitan celanaku di buka, Vira Yuniar tidak tahan lagi melihat batangku sebesar berapa, ketika menarik celanaku itu langsung dengan celdamku, Vira Yuniar sampai tersenyum lebar dan kemudian tertawa nakal
“Besar sekali Haaan .. ck ck ck ck “ puji Vira Yuniar dengan menatapku mesra
“Gantian aku pengin melihat Mbak Viraaaa .. “ kataku dengan menahan tangan Vira Yuniar yang memegang batangku itu, Vira Yuniar kemudian tersenyum, membuka rok terusan itu dan dibuang ke samping, aku sampai berdegup kencang menyaksikan Vira Yuniar tanpa baju itu, buah dadanya benar benar montok dan besar, kemudian dengan bersimpuh itu aku langsung menarik celana dalamnya
“Woow .. nggak sabaran ya sayaaaaaaaang “ rajuk Vira Yuniar dengan membuka kaitan branya, ketika cup bra lepas, bongkahan kenyal nan montok itu menjadi tatapan mataku yang nakal. Vira Yuniar kemudian rebahan
“Tunggu apalagi, sayaaang .. segera puaskan aku .. jangan diam saja, sayaaang .. aku menunggumu sayaang .. segera sayaang pleasee .. tindih aku “ tarik Vira Yuniar dengan gemas dan kami saling bergulat gaya bebas dengan saling bercumbu, tanganku semakin nakal meremas buah dadanya
“Haaaaaaan sssssssssh .. sayaaaaaaaaaang .. remeesaaamuu “ erang Vira Yuniar dengan menggelinjang merasakan remasanku, malah menjepit pahanya, vaginanya digesek gesekan ke penisku itu.
“Nggak tahan ya ?” godaku yang disambut dengan pelukan Vira Yuniar dan Vira Yuniar menggulingkan aku, kemudian mendudukiku. Luar biasa indahnya wanita janda ini, kulitnya mulus, rambutnya panjang dan buah dadanya besar, vaginanya basah tidak tahan rangsangan birahi.
“Aku akan selalu mengisi malammu yang sepi, Mbak Vira sayaang “ rajukku yang dijawab dengan tawa Vira Yuniar kemudian memegang batangku dan dikocoknya pelan.
“Ya Haaan .. “ jawab Vira Yuniar dengan pelan. Kemudian kepalanya menggeleng dan tersenyum
“Besar sekali penismu, sayaang .. “ puji Vira Yuniar kembali, namun kemudian malah menindihku dan mengajak saling melumat, kami berlumatan kembali dengan rakus, buah dadanya ditekankan ke dadaku, kurasakan sentuhan punting susunya itu, aku semakin tenggelam dalam lautan birahi bersama Vira Yuniar ini. Kuyakini malam ini akan menjadi malam panjang bagiku dan Vira Yuniar yang mengerang, melenguh dan merintih serta mendesah desah mendapatkan kepuasan birahi.

0 komentar:

Posting Komentar