blog visitors

Keperarwanan Chintya Sari 1


chintya sari Cerita sex - Boleh boleh saja Tukul Arwana berduet dengan Chintya Sari di acara Bukan Empat Mata, namun beda dengan diriku yang sudah lama mengenal Chintya Sari di dunia dangdut yang selama ini aku ngefans dengannya, apalagi aku beberapa kali bertemu dengannya ketika hendak manggung, Chintya Sari kadang kadang mencuri pandang padaku, aku tersenyum ketika mata pandangan Chintya Sari tertumbuk padaku, kemudian Chintya Sari menghindarkan tatapanku, entahlah ada yang tersembunyi dari wanita ini. Walau penyanyi dangdut namun Chintya Sari mempunyai gelar S2 Komunikasi. Gadis single ini akhirnya takluk dalam dekapanku, bahkan aku berhasil memperawani wanita ini, kegadisannya aku renggut, walau usianya masih muda alias berumur 28 tahun namun kemolekan dan kemontokan tubuhnya itu selalu membuatku terpana akan kecantikannya. Aku bertemu dengannya berkali kali, malah wanita ini kadang mengajakku mojok membawa laptopnya, pengin dibantu masalah arransement lagunya yang menggunakan teknik sampling audio lewat komputer, Chintya Sari semakin senang karena aku mengerti dunia tata suara musik lewat software software audio, sehingga aku diminta datang di rumahnya setelah selesai kelar job manggungnya itu.
Aku diterima di rumahnya dengan sumringah, padahal hari masih sangat pagi aku sampai di rumahnya yang tidak jauh dari kantorku, hanya setengah jam dari kantorku ketika aku hanya chek pekerjaan kemudian keluar lagi.
“Waaah .. pagi kamu Han “ sapa Chintya Sari di depan pintu masuk rumahnya, aku luar biasa terpana dengan pakaian Chintya Sari yang memakai tank top dengan rok pendek menampakan kemulusan pahanya
“Ya, kantor masuk pagi .. aku chek kerjaan, karena kosong ya meluncur kemari .. bete di kantor ndak ada wanita cantik .. enakan di sini sama Mbak Chintya yang cantik “ godaku yang disambut tawa sumringah Chintya Sari itu.
“Sudah siap Han .. itu komputerku .. canggih lho “ pamer Chintya Sari dengan memamerkan giginya yang putih itu. Rambutnya tergerai dengan sangat indahnya
“Hmm .. aku sendiri nggak bisa beli komputer secanggih itu .. maklum cuma kantoran “
“Halaah .. kamu khan pinter komputer .. gampang nyari duitlah “ sahut Chintya Sari dengan enteng.
Kuinstall beberapa software, Chintya Sari memperhatikan aku, kadang mencuri pandang padaku, ekor matanya melirik terus ke wajahku. Ketika aku memaling Chintya Sari sampai tersipu malu
“Kenapa Mbak Chintya ? naksir aku ya “ godaku dengan tersenyum
“Nggak aaaaah .. cuma kamu ganteng ajaa “ sahut Chintya Sari dengan memandang ke arah monitor.
“Aku mau jadi pacar Mbak Chintya “ sahutku enteng
“Aku belum mikir kesitu .. konsentrasi karir dan mau mendirikan entertainment ..walau gagal aku ndak kapok “ sahut Chintya Sari dengan gaya diplomasi yang cool karena pendidikannya adalah komunikasi.
“Aku lamar langsung aja ya Mbak “ kataku menggoda dan dicubit oleh Chintya Sari itu.
“Haaaaaaaaaaaaaaaah .. to the point aja kamu .. “ sungut Chintya Sari dengan mengelus elus rambutnya panjangnya
“Habis aku juga naksir sama Mbak Chintya sih “ kataku tak kalah yang dijawab dengan tawa keras Chintya Sari sampai berair, karena tertawa sampai terpejam itu aku langsung mencium pipinya sehingga Chintya Sari kaget sampai memukuli punggungnya
“Haaaaaaaaaah .. jahat kamu .. jahat kamuu “ pukul Chintya Sari sambil mencubiti lenganku kuat sekali, saking kuatnya aku sampai meringgis bahkan tanganku sampai ditarik sampai menyentuh buah dadanya yang montok itu. Posisi kami duduk bersebelahan tanpa sandaran tangan kursi, sehingga aku menggesekan lenganku dengan menahan sakit ke buah dadanya, mata Chintya Sari melotot merasakan buah dadanya digesek lengan kananku, sedangan tangan kiri refleks memegang bahunya.
“Haaaan .. “ sapa Chintya Sari dengan suara parau, wajahnya kebingungan, kuelus elus pipinya yang halus dan lembut itu, sedang kepalaku dekat dengan kepala wanita ini, hembusan nafasnya terasa berat. Chintya Sari sampai memejam ketika aku mengelus elus pipinya itu, kudekatkan bibirku dan mengecup bibirnya itu, Chintya Sari sampai terkejut dan membuka matany, saking dekatnya bibirku itu Chintya Sari sampai diam mematung tidak percaya.
“Tenang Mbak Chintya … “ hiburku dengan pelan pelan menurunkan tanganku, mengelus elus pipinya kemudian turun mengelus elus lengannya yang baju tanpa lengan, hanya memakai tank top, tangan kananku terlepas dari pegangan tangan Chintya Sari dan jatuh di pahanya, kuelus pahanya yang mulus itu, Chintya Sari menjadi terpejam erat merasakan elusan demi elusan itu.
Chintya Sari masih dengan wajah bingung, namun lama lama rileks, tanganku bergeser ke buah dadanya dan kuremas lembut membuat Chintya Sari menjadi membuka matanya
“Jangan Haaan .. jangaaan “ tolak Chintya Sari dengan menahan tanganku yang memegang buah dadanya itu
“Kau cantik Mbaaak .. aku pengin “ bujuku di telinganya sambil mengelus elus rambut yang tergerai panjang itu
“Jangaan Haan . aku masih gadis “ sahut Chintya Sari dengan suara berat, kupagut kembali bibirnya itu, Chintya Sari menaikan tangannya dan memegang kepalaku. Chintya Sari menikmati setiap pagutanku itu, mili demi mili Chintya Sari memagut dan bermain lidah denganku, aku semakin nakal menaikan roknya sampai di segitiga selakangannya yang mulai membasah. Kulumat bibir seksi itu dan Chintya Sari pun terbawa larut akan kenikmatan birahi itu, dikuatkan pelukan di kepalaku itu untuk mengontrol pagutan dan lumatannya. Namun tak lama kemudian Chintya Sari membuka matanya dan menarik kepalaku
“Jangan terlalu jauh Han .. nggak baik “ tolak Chintya Sari ditanganku yang sudah meraba raba vaginanya itu, kuremas buah dadanya dengan lembut dan Chintya Sari pun kembali terpejam
“Ooh Haaaaaaan ssssssssshh sssssssshh ..hhhh “ desis Chintya Sari merasakan rangsangan yang menggempur logika dan akal sehatnya itu. Kuturunkan tali tank top itu dengan kedua tangan kananku yang meremas buah dadanya, kami berdua kembali saling berpagutan dengan berpelukan, kedua tali tank topnya lepas, akhirnya melorot dan terlihatlah bra warna coklat dengan buah dadanya sangat montok, tanganku tak tinggal diam, memeluk dan melepas kaitan bra. Chintya Sari sampai terperanjat menyaksikan buah dadanya sudah memberojol keluar, kontan sampai Chintya Sari langsung menutupi buah dadanya.
“Aku suka sama buah dadamu Mbak “ pujiku dengan menarik tangan Chintya Sari yang menutupi dadanya
“Jangan Haan . jangan .. sudaaah “ tolak Chintya Sari dengan mencoba menghindar dari duduknya namun aku sudah mengunci dengan memegang pinggangnya. Kupagut kembali dan Chintya Sari semakin terlena kembali dalam lautan birahi itu
“Sssssssssssssh Haaaaan aaaaah enaaaaaaaaaak .. “ desah Chintya Sari kembali merasakan pagutan demi pagutan di pagi hari itu. Kuraba kembali vaginanya yang basah itu, birahi itu kembali meracuni akal sehat Chintya Sari yang sudah terburu nafsu buta. Tangan kiriku menyelusup sampai belakang punggungnya sedang tangan kananku menyelusup ke bawah pahanya kemudian kuangkat tubuhnya sambil kami terus berpagutan, kupagut gadis ini dan kuangkat, Chintya Sari menikmati pagutan demi pagutan itu. Chintya Sari kemudian merangkulku, kubawa wanita ini ke sofa dan kurebahkan dengan pelan pelan.
“Ssssssssssshh ssssssshhh hhhh “ desis kami bersahutan ketika kami menahan tidak memagut, namun Chintya Sari kembali memagut bibirku, kutindih dari samping Chintya Sari dan tanganku kini bermain dengan gudukan kenyal yang sudah terangsang nafsu birahi.
“Oh Haan .. mau kau apakan aku “ tanya Chintya Sari dengan nafas memburu ngos ngosan karena habis saling berlumatan
“Akan kuberikan kenikmatan surgawi “ racunku dengan meremas buah dadanya lembut membuat Chintya Sari kembali terpejam, sambil kembali memagut bibirnya, tangan kananku mengelus pelan pelan pahanya yang mulus itu, tanganku naik lagi sampai di pinggangnya dan kutarik celana dalamnya. secara refleks gairah seksnya meningkat drastis mengangkat pahanya dan kuloloskan celana dalamnya sampai di pahanya, kutindih dengan kakiku masih di lantai, kami berpagutan dengan sangat penuh birahi, kali ini Chintya Sari semakin agresif mengajak berlumatan
“Sssssssssssh Haaaaaan .. enaaaaaaak sssssssssshh … teruus Haaaaaaan .. teruss, sayaaang “ desis Chintya Sari semakin terlena dengan kenikmatan surgawi itu. Kutarik badanku dan kuloloskan rok pendek itu, Chintya Sari memberikan ruang padaku untuk membuang rok pendeknya itu, sedang bra nya masih berada di bawah buah dadanya dan tak top itu terlipat bersama branya, aku membuka bajuku dengan cepat, malah kurobet sehingga beberapa kancing bajuku lepas, Chintya Sari menungguku dengan memandangku sayu, kubuka kaitan celanaku dan kukeluarkan penisku yang ngaceng dan tak terkira itu, Chintya Sari sampai terpekik menutup mulutnya melihat besarnya batangku, aku langsung mengangkang di atas tubuh Chintya Sari
“Pegang sayaaang “ rayuku, dengan tangan gemetar Chintya Sari memegang batangku, tangannya yang belum pernah memegang penis penis itu gemetar, namun tangan Chintya Sari akhirnya memegang batangku
“Kocok sayaaang .. pelan ajaa “ ajakku yang disambut dengan kocokan pelan Chintya Sari itu. Chintya Sari menikmati kocokan itu dengan kaku.
“Ngocoknya jangan dipegang kuaat .. longgara dikit .. sakit aaaaaah “ lenguhku merasakan kocokan kaku Chintya Sari di kontolku itu
“Ih .. barang kamu gedhe banget Haan “ sahut Chintya Sari dengan masih memandang tangannya yang tak percaya memegang penis besar.
“Nikmati saja sayaaang “ kataku dengan tetap mengangkang di atas tubuh polos Chintya Sari yang mulus putih dan sangat indah di mataku itu.
“Sekarang kulum sayaaang “ perintahku dengan mendekatkan penisku di mulutnya, Chintya Sari menaikan tubuhnya sehingga bersandar pada sandaran tangan sofa itu, penisku dijilati dengan ragu ragu.
“Jilatan yang agak rakus .. nikmat kok “ kataku mengajari wanita yang masih hijau ini, maklum masih perawan, jilatan Chintya Sari semakin cepat, batangku dijilat jilat dengan rakus, namun masih menolak memasukan.
“Masukin sayaaaaaaaaaang “ perintahku lagi, jilatan itu berhenti, matanya setengah sayu memandang ke batangku kemudian membuka bibirnya melebar dan pelan pelan batangku di masukan ke mulutnya
“Sreeeeeeeeeeeeep “ batangku masuk ke dalam mulut Chintya Sari dan di dalam mulutnya lidahnya mengolesi batangku pelan
“Aaaaaaaaauh .. enaak sayaaang .. ayoo sekarang dikeluarmasukan .. pelan pelan .. aja. kalo sudah masuk disedot yaa “ kataku dengan senyum kemenangan, dengan memejamkan matanya Chintya Sari menikmati kuluman itu, giginya sering menggesek batangku sampai membuat aku melenguh tak karuan, kurasakan kuluman Chintya Sari semakin lama semakin halus
“Mbak Chintya pintar deeh .. terus deeh . rasakan kenikmatan kontolku sayaaang “
Chintya Sari tetap mengulum batangku keluar masuk, tangannya meremas pahaku kuat sampai aku tidak tahan.
“Sudaaaah Mbaaak sudaah .. saatnya aku gantian kerjain memekmu “ kataku dengan menarik kepala Chintya Sari yang duduk bersandar itu, kepalaku hendak masuk ke belahan segitiganya, Chintya Sari menahan kepalaku
“Jangan Haaan . aku masih perawan .. pleasee “ tolak Chintya Sari dengan suara berat
“Enaak kok .. nanti kalo sudah kusodok sodok . nikmat rasanya… “ kataku dengan menyingkirkan tangan itu yang menahan kepalaku, pertahanan Chintya Sari akhirnya jebol juga, tangannya melemah dan aku langsung menjilati memeknya yang sudah basah itu, kujilati lubangnya yang sangat sempit itu, belum pernah dipakai, vaginanya sangat rapat sekali, ukuran wanita yang masih gadis, namun selakangan yang basah itu membuat aku semakin bernafsu untuk membuka tabir vaginanya.
Kuhisap lembah kenikmatan milik Chintya Sari ini, Chintya Sari sampai mendongak ke atas sampai terpejam
“Ooh Haaaaan .. uuuuuuuuh .. enaaaaaaaaaaaaaak .. teruus Haan .. teruuuuuuuuus “ lenguh Chintya Sari dengan memegang kepalaku itu, kukuak belahan vaginanya sempit itu, kulihat vaginanya semakin membasah dengan deras, kujilati dan kuhisap membuat Chintya Sari semakin terbakar nafsunya, nafasnya ngos ngosan, matanya kadang terbalik hanya terlihat memutih, kukuak terus vaginanya agar melebar itu.
“Ooh .. sayaaaaaaang aaaaaaaaaaaaaaah .. ssssssssshh ssssssshh .. nggak tahaaaaan aaaaaaaaah “ lenguh Chintya Sari dengan kepala menggeleng geleng ke sana kemari sehingga rambutnya beterbangan ke sana kemari, bahkan tubuhnya menggeliat dengan hebatnya, kuremas buah dadanya dan kumainkan punting lancipnya itu. Chintya Sari semakin terbakar birahi
“Haaaaan .. teruuuuuuuuuuuus aaaaaaaaaaaaaaaaaaauuh “ lenguh Chintya Sari tak karuan dengan menggeliat. Kusentil kiltorisnya itu dengan lidahku sampai meembuat Chintya Sari menahan nafas karena sensasi luar biasa.
Kusudahi oral di memek Chintya Sari itu, lalu kutarik tubuhnya sehingga aku tertunduk, Chintya Sari membuka matanya dan bertopang pada pundakku
“Masukin yaa “ pintaku
“Jangaaaan Haaan .. aaaku takut hamil “
“Tenang aja deh .. nikmat kok “ kataku yang disambut sikap kawatir Chintya Sari, kupegang batangku dan kuarakan ke vagina Chintya Sari, Chintya Sari sampai menahan tanganku ke bawah
“Jangan pleaseee “ tolak Chintya Sari dengan berat, namun batangku sudah menyeruak sedikit masuk di kepala penisku membuat Chintya Sari kembali terpejam, kuremas buah dadanya sehingga Chintya Sari kembali menggelinjang, pelan pelan batangku yang besar itu masuk seiring tekanan pinggang Chintya Sari ke bawah, kuangkat pantat Chintya Sari dan kuremas kuremas pelan
“Ssssssssssssh saaaaaaaaa kiiiiiiiit aaaaaaaaaaah uuuuuuuuuuuuuh “ ringgis Chintya Sari merasakan batangku pelan pelan menerobos vagina
“Aayoo sayaaang .. tinggal sedikit kok “ kataku untuk membuat Chintya Sari agar terlena, pelan pelan batangku melesak sampai masuk, kurasakan jepitan vagina perawan ini kurasakan, sesempit vagina Carissa Putri yang pernah kuperawani. Jepitan itu bisa membuatku cepat orgasme
Kunaikan penisku agar melesak masuk, ketika batangku melesak lebih dalam itu, kurasakan selaput dara Chintya Sari pecah disertai dengan pekikan kaget Chintya Sari karena dari vaginanya ada yang mengalir, Chintya Sari membuka matanya dan memandangku dengan mata seolah hendak marah, namun ditahannya, wajahnya menunduk melihat ada bercak darah keluar
“Wauuh Haaan .. kamu jahaaat .. aku nggak gadis lagi “ sungut Chintya Sari dengan wajah kecewa, bahkan sampai setengah shock, namun aku menenangkan sehingga Chintya Sari memejamkan matanya lagi
“Jangan takut sayaanng . aku siap melamarmu kok “ kataku memberikan janji janji agar bisa menenangkan Chintya Sari ini. Kutahan pinggangnya dan kutekan lebih dalam membuat batangku mentok disertai pekikan kami.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah “
Bercak darah semaki membanjir, nikmat rasanya bisa memperawani wanita penyanyi dangdut ini.

0 komentar:

Posting Komentar